Wednesday, July 18, 2007

Selebriti-selebriti Dadakan

Jadi Selebriti Karena Berwajah Mirip Selebriti
Berwajah mirip selebriti ternyata mendatangkan untung. Bisa tenar dan jadi selebriti sungguhan.
Oleh Ade Irwansyah


Ini kejadian di tahun 2003. Sebuah faks dikirim Budi Setiawan untuk Habibie, mantan presiden itu, lewat sekretarisnya di kantor PT DI (Dirgantara Indonesia, dulu IPTN, Industri Pesawat Terbang Nusantara). Isinya, Budi minta ijin untuk tampil di teve menirukan gaya khas Habibie. Sambil mengirim faks, Budi menitipkan amplop berisi foto dirinya menirukan Habibie lengkap dengan jas dan peci. Waktu itu Habibie sedang di Jerman, tak bisa langsung membalas faks Budi. Syahdan, di tahun yang sama, Budi berkesempatan bertemu Habibie. Dalam acara ramah tamah di kediaman Habibie di Bandung, Jawa Barat itu, Habibie tahu kalau Budi yang mengirim faks saat ia di Jerman.

“Saudara yang kirim surat waktu kami (maksudnya ia dan istrinya, Ainun Habibie) di Jerman?,” tanya Habibie.

Budi mengiyakan dengan takzim.

“Wah, Anda gaya, difoto pakai peci, berkumis lagi,” kata Habibie. “Tapi kumisnya (lebih) bagus saya.” Keduanya tertawa. Budi lantas minta foto dengan Habibie. Pada kesempatan lain, kala untuk kedua kalinya Budi ketemu Habibie, Budi tak lupa membawa fotonya dengan Habibie tempo hari. Ia minta Habibie menandatangani foto itu. Sambil membubuhkan tanda tangan Habibie bilang begini, “Kalau orang ini main film, disangka saya (yang main)...” Keduanya lantas tergelak.

Momen itu takkan dilupakan Budi, kini 54 tahun. Hingga kini ia masih menyimpan kopi faks yang dulu dikirimnya ke Habibie. Foto barengnya dengan Habibie ia perbesar dan dipajang di rumahnya, di Bandung. Pada setiap wartawan yang mewawancarainya, termasuk Bintang, Budi memperlihatkan repro foto itu.

Budi berwajah mirip Habibie. Dari situ, keberuntungan malah menghinggapinya. Ia jadi sering diminta menirukan Habibie di acara-acara perusahaan atau resepsi perkawinan. Belakangan, ia mulai sering tampil di teve. Bisa sekali dalam sepekan ia ke Jakarta untuk tampil melawak, menirukan Habibie.

Selebriti dadakan bermodal tampang mirip tokoh tenar
Kemunculan “Habibie” palsu yang dilakoni Budi menandai perkembangan mutakhir dunia hiburan kita. Bila Anda rajin mencermati teve belakangan ini, Anda bakal menemukan sejumlah orang berwajah mirip tokoh terkenal muncul di teve. Kalau dulu ada Kiwil yang menirukan suara KH Zainuddin MZ, sekarang ada Heriyanto (22), biasa disapa Argo, anggota grup lawak Jaka Baret, yang mirip sekali da'i kondang Aa Gym. Argo punya panggilan beken Aa Jimi. Selain itu, ada pula Ucup Kelik yang bisa bertingkah mirip Wakil Presiden Jusuf Kalla. Lantas, ada pula Cathy, personil lain Jaka Baret, yang mirip Dewi Hughes dengan nama plesetan Dewi Judes. Daftar itu masih panjang. Di acara Newsdotcom: Republik Mimpi (Metro TV) setiap pekan makinsering bermunculan orang-orang y ang berwajah mirip tokoh politik. Ada yang mirip Gus Dur, dinamai Gus Pur; mirip Megawati Soekarnoputri, dinamai Megakarti, dan banyak lagi. Saat bertandang ke acara Newsdotcom di studio Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat, Senin malam, 16 Oktober silam, Bintang bertemu sosok yang mirip Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, mirip Ucup Kelik (Duh, Ucup Kelik yang meniru Wapres Kalla saja ada yang meniru), dan mirip juru bicara kepresidenan Andi Mallarangeng.

Bagaimana tren seperti bisa muncul? Sebenarnya, tren mirip selebriti bukan pertama kali terjadi di negeri ini. Pada 2000 lalu lahir acara Asal (Asli Apa Palsu) di SCTV. Acara yang dipandu Taufik Savalas itu mengundang orang-orang yang berwajah mirip selebritis tampil di teve. Sebelumnya lagi, pada 1997, muncul Lomba Mirip Bintang. Tapi, Asal lebih membekas di benak banyak orang. Acara ini lahir dari gagasan Helmy Yahya yang merasa begitu banyak orang berwajah mirip, termasuk mirip selebriti. Namun, setelah jalan beberapa lama, Asal berhenti tayang.

Nah, kini tren itu bangkit lagi. Orang-orang berwajah mirip tokoh terkenal bermunculan di teve. Argo mengocok perut dengan menirukan Aa Gym hingga grup lawaknya, Jaka Baret meroket. Buntutnya, mereka dipercaya mengisi paket acara sahur SCTV, Sana Sini Sahur. Acara talk show parodi macam Newsdotcom makin riuh setelah diisi orang-orang berwajah mirip tokoh-tokoh politik. Pun demikian dengan Istana BBM atau spin-off-nya, Pengadilan BBM—dua-duanya di Indosiar.

Saat muncul di teve, para orang berwajah mirip tokoh terkenal itu langsung jadi selebriti dadakan. Ini rasanya, cara paling mudah untuk jadi selebriti. Cara ini lebih instan dibanding selebriti instan yang ikut reality show kontes bakat macam AFI, Indonesian Idol, atau KDI. Kalau para kontestan reality showw itu mesti unjuk kebolehan dan punya modal suara oke, orang-orang berwajah mirip hampir tak perlu melakukan apa-apa lagi. Tampang dan suara yang mirip sudah jadi karunia Tuhan. Gaya bicara dan mimik tokoh asli tinggal dipelajari dengan mudah dari siaran teve.

Bermodal mirip Habibie
Karenanya, cuma bermodal mirip Habibie, Budi bisa menghidupi satu istri dan seorang anaknya berusia 10 tahun. Budi tak punya pertalian saudara dengan Habibie. Habibie asli Pare-pare Sulawesi Selatan, sedang Budi lahir dari ayahnya yang asli Subang dan ibunya asli Kuningan—dua-duanya di Jawa Barat. Namun, Habibie dan Budi punya satu kesamaan: sama-sama berkarier di IPTN. Bedanya, Habibie jadi direktur, sedang Budi karyawan di bagian keuangan.
Selepas kuliah di jurusan ekonomi Universitas Padjadjaran, Bandung, pada 1983, Budi diterima kerja di IPTN. Di kantor, Budi aktif jadi pengiring band ibu-ibu Dharma Wanita IPTN. Budi main piano. Di situ ia bertemu Ainun, istri Habibie, pimpinan Dharma Wanita unit direktorat keuangan IPTN. “Ibu Ainun itu kalau melihat saya suka dalam,” kata Budi. Waktu itu Budi masih terlalu muda untuk merasa mirip Habibie. Namun, belakangan ia mengira kalau tatapan Ainun itu mungkin berarti kalau Ainun merasa Budi mirip betul dengan suaminya.

Lama-lama Budi makin menunjukkan kemiripan dengan Habibie. “Orang-orang dekat Pak Habibie dan teman-teman kantor bilang saya mirip beliau,” katanya. “Orang asing yang bekerja di IPTN juga bilang begitu. Mereka tanya apa saya punya hubungan saudara dengan Habibie atau tidak.” Dari situ, Budi sering diminta menirukan Habibie. Semula, praktek itu cuma berlangsung dinkalangan dekatnya, tapi lama-lama ia mulai diminta mengisi acara resepsi perkawinan, reuni sekolah, perusahaan, sampai instansi militer. Di seantero Bandung, kata Budi, namanya dikenal.

Suatu kali, di tahun 2002, Budi dikenalkan dengan Djody, pelawak sekaligus presenter rekan Edwin. Djody meminta Budi ikut acara highlight Liga Jerman di RCTI. Budi minta cuti seminggu untuk ke Jakarta dari kantornya. “Setelah muncul di teve banyak yang telepon Djody, minta nomor saya untuk tampil di teve,” bilang Budi. Ia lantas minta ijin kantor untuk sekali lagi minta cuti. Namun, kali ini atasannya tak membolehkan. “Atasan saya bilang, 'Anda mesti konsentrasi dengan pekerjaan. Nanti malah berantakan kalau Anda ikut main sinetron,'” cerita Budi. Ia mengalah. Budi memendam angannya buat jadi artis.

Selang beberapa lama, IPTN yang berganti jadi PT DI diguncang masalah. Restrukturisasi besar-besaran membuat ribuan karyawannya kena PHK. Hanya 3 ribu orang karyawann PT DI yang dipekerjakan kembali. Budi termasuk orang yang diajak lagi bekerja. “Saya nggak ikut demo. Malah yang didemo,” bukanya sambil tergelak. Kala itu, ada aturan karyawan yang sudah 50 tahun boleh pensiun dini. Budi yang sudah menginjak 50 tahun mengambil hak itu. Ia memilih berhenti kerja, ketimbang meneruskan karier di PT DI. Tekad Budi untuk terjun ke dunia hiburan sudah bulat.

Budi tak pernah menyesal dengan keputusan itu. “Saya malah senang. Dulu waktu masih mahasiswa, saya pemaion band. Jadi, ini seperti kembali ke asal,” jelasnya. Baginya, berkarier menjadi Habibie merupakan wujud mengisi hari tua setelah pensiun. “Minat dan bakat saya memang pada dunia seni.”

Ada tiruan Aa Gym dan Dewi Judes
Nasib Argo kurang lebih sama dengan Budi. Sejak dulu, banyak yang bilang suaranya mirip Aa Gym. 'Tadinya saya nggak sadar. Tapi setelah merekam di rumah, ternyata memang benar mirip,” ujarnya suatu kali pada Bintang. Argo lantas ikut audisi Jaka Baret, Mei 2006. Saat audisi lawakannya tak laku. Ia malah diminta menirukan Aa Gym. Lantaran itu ia diterima bergabung di Jaka Baret. Semula, Argo menolak jadi tiruan Aa Gym. Ia takut menyinggung banyak pihak. “Santrinya Aa Gym kan banyak sekali,” katanya khawatir.

Seperti halnya Budi, Argo juga bertemu Aa Gym asli. Kala itu, 15 September lalu, Argo pucat. Badannya gemetar. Hatinya baru plong waktu Aa Gym tak keberatan ada orang yang menirunya. “Saya sih ikhlas-ikhlas saja,” bilang Argo menirukan perkataan Aa Gym.
Dari Jaka Baret ada pula Cathy yang mirip Dewi Hughes. “Yang bilang saya mirip Dewi Hughes teman-teman,” katanya. Cathy lantas ikut kasting Jaka Baret. Seperti halnya Argo, Cathy diminta jadi tiruan selebriti lain. Ia jadi Dewi Judes, tiruan Dewi Hughes. Buat Cathy tak sulit meniru Hughes. “Kalau latihan khusus tak pernah. Karena dasarnya saya ini ngemsi dan penyiar radio,” jelasnya. “Jadi saya tinggal mengikuti gaya Hughes saja.”

Namun, tak seperti Budi atau Argo, Cathy belum menyempatkan diri bertemu Hughes asli. “Belum ketemu,” katanya. Hughes juga tak merasa perlu minta ijin Hughes asli. “Saya rasa tak perlu minta ijin dia. Karena saya yakin Hughes takkan marah selama parodi yang saya lakukan tidak menjelek-jelekkan,” terang Cathy.

Tapi apa iya Hughes berkenan ada tiruannya nongol di teve? Saat dimintai komentar soal ini, Rabu, 18 Otober silam, managemen Hughes mengaku sedang menbahas perihal tiruannya dalam sebuah rapat internal. Kemungkinan rapat internal itu membahas apa yang dilakukan Cathy bagian dari pelanggaran hukum. Sebab, nama Hughes sudah dipatenkan. Namun, saat dimintai komentar keeseokan harinya, Kamis, 19 Oktober siang, Hughes menolak bicara. “Saya nggak mau komentar soal itu,” katanya via telepon. “Mending ngomong yang lain saja.”

Newsdotcom menjaring orang-orang mirip tokoh politik
Tidak jelas apa keberadaan Cathy bakal berujung jadi masalah hukum. Yang jelas, orang-orang berwajah mirip tokoh terkenal dijamin makin banyak muncul. Hal ini terjadi berkat kerja Effendi Ghazali dan timnya. Lewat sejumlah tabloid dan surat kabar—plus acara teve Newsdotcom—Effendi mengajak siapa saja yang berwajah mirip tokoh-tokoh politik bergabung di Newsdotcom. Tak tahunya ajakan itu disambut antusias. “Sudah banyak sekali,” bilang Effendi tanpa menyebut angka persis. Namun, Effendi mewanti-wanti acaranya bukanlah kontes adu mirip. “Ada orang yang lebih mirip tapi tak kami ajak, karena kami merasa ia tak bisa menyampaikan apa yang kami inginkan,” ujarnya sambil bilang punya 6 kandidat orang mirip Andi Mallarangeng tapi cuma ambil satu saja.

Andi Mallarangeng palsu yang dimaksud itu aslinya bernama Sarjono (37). Ia berkumis tebal dan berambut lebat mirip Andi Mallarangeng. Perawakannya pun nyaris sama. Sehari-hari, ia bekerja “jadi supir taksi Permata,” katanya. Dari dulu, katanya, sudah banyak yang bilang ia mirip Andi. “Banyak penumpang saya bilang begitu,” ceritanya. “Sampai-sampai ada yang naksir saya. Suka kumis saya.” Dari dulu Sarjono sudah dimintaikut Asal. Tapi ia ogah. Hingga teman-temannya meminta Sarjono ikut Newsdotcom. Tak tahunya, ia kepilih masuk. Di acara Newsdotcom, ia malah berkesempatan bertemu Andi asli. “Dia bilang, 'Wah saya ada saingan. Ya sudah, sekarang saya aman. Kalau ada Dorce , Anda saja yang temui.'” Dorce konon menggemari Andi Mallarangeng. “Wah, saya nggak mau ketemu Dorce,” selorohnya.

Selain Sarjono, ada pula Zafrullah Eddy (57), pensiunan pegawain negeri sipil. Dari dulu, katanya ia dibilang mirip Sutiyoso. Padahal ia merasa dirinya tak mirip. “Bukan saya yang mirip, tapi dia yang mirip saya,” ujarnya sambil tergelak. Kenyataannya, Eddy memang mirip Sutiyoso. Sarjono bercerita, setelah didapuk jadi tiruan Sutiyoso, ia diminta datang ke Jak TV. Kala itu, di sana Effendi sedang memandu acara talk show soal Jakarta dengan tamu Wimar Witoelar dan Ryas Rasyid. “Waktu itu mereka lagi bicarakan Bang Yos (sapaan akrab Sutiyoso),” ujar Eddy. Saat jeda, seorang tim dari Effendi meminta Eddy masuk studio. “Mereka semua kaget, mengira Sutiyoso datang. Wimar bilang, 'Saya bisa jantungan. Gila, lu!'” kisahnya diiringi tawa. Lalu, ada pula Jq, sapaan beken sosok yang mirip Ucup Kelik. Sebelumnya, Jq bersama bandnya jadi juara dua Audisi Band Gelo (ABG) di TPI. Namun, ia kini malah berkesempatan bersolo karier jadi tiruan Kelik.

Menurut produser Newsdotcom, Rahmayanto kehadiran orang-orang mirip tokoh politik di acaranya memang langsung mengundang tawa. “Begitu kami munculkan orang mirip Megawati, semua langsun ketawa,” jelas Rahmayanto. Ia sadar, orang bakal langsung mengira kehadiran merka sebagai bagian dari hiburan. Tapi soalnya bisa jadi lain bila yang orang tiruan yang hadir justru malah mengesankan menghina bentuk fisik orang aslinya. “Kami takutkan jadi penghinaan pada fisik,” ujarnya khawatir.

Ini bisa jadi masalah besar bila menyangkut tiruan Gus Dur. Siapa pun tahu, Gus Dur punya kelemahan fisik yang mencolok. Lalu di lain pihak, Gus Dur punya pengikut fanatik yang takkan berkenan melihat kondisi fisik Gus Dur jadi bahan hinaan. “Khusus untuk tiruan Gus Dur, kami sangat berhati-hati,” aku Rahmayanto. Ia sadar akibatnya bisa fatal bila pengikut fanatik Gus Dur tak berkenan. “Akan bahaya buat kami, baik di Newsdotcom dan lain-lain (maksudnya, Metro TV).” Hal ini juga disadari Effendi. Makanya, setiap kali Gus Pur, nama beken tiruan Gus Dur, hadir di Newsdotcom, hadir pula Gus Mis, cendikiawan muda NU yang dekat dengan Gus Dur. “Dia selalu ikut kami kalau Gus Dur palsu hadir,” katanya. “Dia yang mengingatkan kami batasan mana yang bisa diterima pendukung Gus Dur dan mana yang menyerang fisik.”
Hingga kini, belum ada nada keberatan dari pendukung Gus Dur. Yang ada, orang-orang berwajah mirip itu kini tak ubahnya selebriti lain. Mereka malah makin sering tampil di teve. Saat ulang tahun Metro TV November nanti, Effendi berjanji bakal membawa koleksi orang-orang mirip tokoh tenar yang dihimpunnya. Wah, kini jalan jadi selebriti makin gampang saja. *** Dibantu laporan Bismar Yogara
Dimuat BINTANG INDONESIA edisi 810.

Butet Kartaradjasa
“Bermuka Mirip Selebriti, Bisa Dapat Rezeki”
Bicara soal sosok yang mirip-mirip tak afdol bila tak menyebut sosok yang satu ini: Butet Kartaradjasa. Sejak Orde Baru lengser di tahun 1998, nama Butet terangkat naik lantara n piawai menirukan mimik dan gaya bicara mirip Soeharto, penguasa Orde Baru. Tak cuma itu, Butet juga jago menirukan Habibie, presiden pengganti Soeharto, dan Harmoko, menteri penerangan kabinet Soeharto dan lalu ketua MPR. Kini, di acara Newsdotcom, Butet didapuk menirukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia tampil jadi Presiden Republik Mimpi, sebuah republik dagelan, dengan nama SBY, padanan dari Si Butet Yogya.
Namun demikian, salah besar kalau yang dilakukannya itu bermodalkan kemiripan wajah. “Saya sama sekali nggak mirip Soeharto atau Habibie,” tegas Butet. Yang dilakukannya, tak lain bagian dari pendalaman seni peran. “Itu bagian dari latihan teater. Bagian dari eksplorasi berkesenian,” ujarnya. Ia bilang, sejak 1980-an sudah aktif berteater. Saat itu ia terlatih menirukan pejabat masa itu. “Saya bisa menirukan Ali Moertopo,” katanya. Ali Moertopo menteri penerangan di awal 1980-an.
Saat hendak menirukan orang lain, Butet “menafsirkan karakter, lalu mencari padanannya dalam satu seni peran yang saya mankan, entah menyebalkan atau bagaimana. Dari situ saya reka dan tafsirkan jadi karakter yang menyerupai tokoh tertentu,” terangnya. Biar dibilang mirip betul, Butet bakal mencari ikon-ikon yang membuatnya makin mirip tokoh asli. “Bisa dari gestur, mimik, atau gerak, diksi, atau idiom yang sring digunakan,” jelasnya lagi.
Lantas, apa kata Butet melihat banyak orang-orang mirip selebriti muncul di teve? Ia menyambut perkembangan itu. Katanya, hal itu bisa diartikan demokrasi yang makin bebas kini. Namun, selain itu, hal ini juga jadi pertanda masyarakat makin miskin. “Karena kemiskinan orang punya akal untuk cari makan dengan cara lain,” tuturnya. Cara yang dimaksud ya, jadi tiruan oran terkenal. Karenanya ia bilang, jadi tiruan selebriti itu “bisa mengurangi pengangguran. Hidup orang jadi lebih baik,” katanya. “Bermuka mirip selebriti, bisa dapat rezeki.” ***
Dimuat BINTANG INDONESIA edisi 810.

No comments: