Sunday, July 29, 2007

Di penjara, di Bulan Ramadhan

Ramadhan di Hotel Prodeo

Siapa bilang Ramadhan di penjara serba susah. “Dibanding gelandangan pinggir jalan, hidup napi lebih baik,” kata Gunadi, Kalapas Cipinang. Kebutuhan jasmani dan rohani napi terjamin.

Oleh Ade Irwansyah

Sebutannya keren: hotel. Tapi, rasanya tak ada yang mau disuruh menghuni hotel yang satu ini, hotel prodeo. Nama itu istilah untuk menyebut penjara. Ya, siapa yang mau merelakan tubuhnya terkerangkeng di dalam sel, tak bebas berkeliaran kemana-mana. Namun demikian, sejumlah orang terpaksa tinggal di penjara—termasuk bulan Ramadhan seperti sekarang. Hm, bulan puasa begini, seperti apa rasanya hidup di penjara ya?
Berpuasa di penjara rasanya tentu berbeda dengan di alam bebas seperti kita. Hanya saja, Anda salah mengira kalau berpuasa di penjara bakal sepi dari kegiatan. Mari tengok Lembaga Pemasyarakatan Cipinang di Jakarta Timur. Lapas ini tak kurang dihuni 3.811 napi. Jumlah ini terlalu banyak bagi penjara seluas 9,6 hektar ini. Mestinya, kata Gunadi, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, penjara ini idealnya “hanya diisi 880 orang narapidana,” ujarnya.

Makan terjamin selama puasa
Dari sekitar tiga ribu delapan ratusan napi itu tentu tak semuanya beragama Islam atau berpuasa. “Setiap hari kami data siapa saja yang akan berpuasa esok hari,” kata seorang pegawai lapas. Dari situ, akan ditentukan berapa besaran konsumsi makanan yang akan dikeluarkan. Saat Bintang berkunjung ke sana Rabu (27/9) siang lalu, terdata 3.260 napi yang berpuasa. Setelah data diperoleh, makanan pun disiapkan. Untuk berbuka puasa, disiapkan kolak (atau kadang berganti dengan kacang hijau). Harga kolak itu dianggarkan 1000 rupiah per napi. Kolak dibagikan dalam bungkus plastik pad setiap napi. Lantas, setiap napi diberi makan malam. Pada dini hari, napi yang akan berpuasa disuguhi makan sahur.

Santap sahur mulai disiapkan sejak pukul 1 dini hari. “Karena orang yang kami bagi banyak sekali,” bilang seorang petugas lapas. “Membagikan makanan saja bisa makan waktu 2 jam.” Makan sahur (atau pun makan malam) sebenarnya cuma pengganti jatah makan harian di dalam penjara. Setiap hari, seorang napi berhak dapat jatah makan 3 kali sehari: pagi, siang, sore. Jatah makan seorang napi sehari berkisar 8000 rupiah. Dalam satu minggu, napi dapat makan daging dua kali, saban Senin dan Kamis. Sementara itu, tiga kali seminggu napi dapat makan telor. Usai makan besar, napi juga berhak dapat cuci mulut setiap hari. “Kami beri pisang,” sebut Gunadi. O ya, kata Gunadi lagi, “Napi juga bisa tambah nasi lagi bila masih lapar.” Sementara itu suplai air minum membludak. “Kami siapkan banyak air masak, tinggal ambil sesuai kebutuhan.”

Gunadi berujar, kebutuhan hidup minimal seorang napi sudah tercukupi di penjara. “Standar kemanusiaannya sudah kami penuhi,” katanya. “Dibanding gelandangan di pinggir jalan atau yang kelaparan, makan napi lebih teratur. Hidupnya lebih baik.” Rupanya, hal ini disadari betul sejumlah napi. Seorang petugas lain bercerita, sering bertemu orang yang sama keluar-masuk penjara. “Waktu saya tanya, dia bilang mending tinggal di penjara. Di luar malah susah makan,” cerita sang petugas. Tambahan pula, jika napi tak berkenan dengan makanan yang disiapkan petugas penjara, “Mereka kami beri kesempatan menambah gizi yang bersangkutan melalui uangnya sendiri,” bilang Gunadi. Napi bisa menggunakan uangnya (yang didapat dari kerabat yang membesuk) untuk membeli berbagai kebutuhan—termasuk makanan—dari kantin penjara.

Pemenuhan kebutuhan rohani napi
Itu untuk urusan jasmani. Bagaimana dengan pemenuhan kebutuhan rohani para napi selama Ramadhan? Sepanjang Ramadhan, napi tak perlu khawatir ibadahnya terusik. “Akses untuk beribadah kami beri seluas-luasnya,” bilang Kamal, seorang petugas lapas. Sampai waktu sholat ashar, napi bebas keluar sel untuk beribadah di masjid dalam penjara. Saat maghrib tiba, napi berkumpul untuk sholat berjamaah. Tentu, kapasitas masjid yang hanya ditujukan bagi 500 jamaah, takkan mungkin menampung lebih dari 3.000 orang beribadah sekaligus. Sebagai solusi, sholat maghrib dilangsungkan di kantung-kantung napi di tiap blok atau aula. Di dalam sel, napi lebih bebas lagi beribadah. Napi yang ingin mengaji di sel diberi Al-Quran. “Membaca Al-quran dalam sel sampai jam berapa pun takkan masalah,” kata Kamal. Gunadi menambahkan, dirinya malah makin senang ada napi yang aktif dalam hal keagamaan.

Bagi napi yang ingin sholat tarawih, pengelola lapas juga menyediakan imam-imam untuk sholat. Seperti halnya sholat maghrib berjamaah, tarawih tak mungkin dipusatkan di masjid penjara saja. Maka, imam tarawih disebar untuk sholat di berbagai sudut penjara. Di lapas Cipinang sendiri, setiap tahun bekerjasama dengan lembaga dakwah (di antaranya pendakwah dari KODI (Kordinator Dakwah Islam) dan dari masjid Al-Azhar, Jakarta) untuk jadi imam sholat tarawih. Bilangan sholat tarawih di penjara 8 rakaat plus 3 rakaat sholat witir. Sholat tarawih diselingi khutbah pendek dari sang pendakwah. Selain pendakwah dari luar, sipir penjara yang dianggap punya ilmu keislaman lebih kerap didapuk jadi imam. “Petugas sini juga ada yang bertitel sarjana agama, atau biasa jadi imam masjid lingkungannya,” kata Kamal.

Terkadang, di antara sesama napi juga ada yang dipercaya jadi imam sholat. Nah, khusus di lapas Cipinang sendiri tak kurang ada 26 napi dan tahanan yang tersangkut kasus terorisme. Bagi tahanan dengan tuduhan terorisme ini, pengelola lapas mengambil kebijakan tak membolehkan mereka berdakwah atau menyebar ajaran radikal di penjara. “Mereka tidak kami ijinkan ceramah,” ujar seorang petugas penjara. Namun, sekadar mengajar mengaji pada napi-napi yang buta huruf Al-Quran dibolehkan. Selain itu, saban Ramadhan, saat malam Nuzulul Quran, ada hajatan di dalam penjara. Antar napi diikut sertakan dalam lomba baca Al-Quran.

Ramadhan di penjara ternyata cukup riuh oleh berbagai kegiatan. Napi tinggal pilih mau ikut serta atau tidak. Tentu saja, selama beribadah napi mesti dijaga ketat para sipir. Lapas Cipinang dijaga tak kurang 44 sipir—jumlah tak seimbang bila dibanding total napi yang berjumlah 3.811 orang. “Walau dirasa kurang orang, penjagaan tetap kami lakukan,” bilang Gunadi. “Karena itu prinsip penjara. Kalau tidak dijaga, kami malah salah.” ***

Menengok Revaldo Melewatkan Ramadhan di Penjara

Meski terserang asma, Aldo berkeras berpuasa . Di hari ke-4 Aldo tak kuat. Asmanya makin parah. Bagaimana Aldo mengisi hari-harinya di penjara bulan Ramadhan ini?

Oleh Ade Irwansyah

Hari itu, Rabu (27/9) pekan lalu, Revaldo sedang tak berpuasa. Saat menemui Bintang di salah satu ruang petugas Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur, wajah Revaldo tampak sedikit pucat. Mukanya terlihat lebih tirus. Selama ditahan, katanya, berat tubuhnya turun. “Sekarang berat saya 65 kilogram,” katanya. “Kalau dulu, sekitar 68 kilogram.” Namun, bukan lantaran merasa lebih kurus Aldo, sapaannya, tak puasa hari itu. Ia bilang, penyakit asmanya yang sudah menahun, kembali kambuh. “(Penyakit asama) ini kambuh setiap tahun kalau pergantian musim kemarau ke musim hujan kayak sekarang,” bilangnya.

Sejak dua hari sebelum Ramadhan, Aldo sudah mulai merasa asmanya bakal kambuh. Hanya saja, saat Ramadhan datang, Aldo menguatkan diri berpuasa. Selama 3 hari pertama Ramadhan Aldo kuat berpuasa hingga bedug maghrib bertalu. “Saya maksain diri buat berpuasa,” ujar Aldo. Namun, di hari keempat ia tak kuasa menahan sakit. Padahal, kata seorang penjaga penjara, Aldo sudah mendaftar buat berpuasa hari Rabu itu. Di malam harinya, ia urung ikut makan sahur.

Paginya, Aldo membuat penghuni lain masih terlelap usai subuh jadi terbangun. “Semua bangun dengar saya batuk,” katanya. Sambil berkelakar mereka berkomentar macam-macam.

“Si Aldo kenapa, tuh?” tanya rekan satu selnya.

“Main biola?” tanya yang lain.

“Kemasukkan tikus?” tanya yang lain lagi.

Sesaat sebelum menemui Bintang, Aldo bertemu pengacaranya yang juga masih kerabatnya. Dari pengacaranya, Aldo dapat obat asma pasokan obat asma hirup. “Obat-obatan kayak begini nggak dijual di sini,” sesalnya. Ia lantas menghirup obat itu dalam-dalam.

Aldo resmi menyandang status napi Agustus lalu. Ia divonis 2 tahun penjara berikut denda 1 juta rupiah subsider satu bulan kurungan. Aldo terbukti bersalah menyimpan shabu yang ditemukan polisi saat menggrebek rumah kontrakannya, 10 April silam. Saat tertangkap tangan, Aldo kedapatan memiliki 2 paket shabu tersimpan di saku celana sebelah kirinya (seberat 0,1525 gram) dan satu paket lagi disimpan di kotak kayu (seberat 0,1484 gram). Syahdan, Aldo mesti meringkuk di penjara—termasuk melewatkan Ramadhan kali ini sambil menginap di hotel prodeo.

Aktivitas di penjara
Aldo bercerita merasakan betul perbedaan puasa di penjara dengan di luar sana. “Biasanya hari-hari pertama puasa itu dihabiskan bareng keluarga,” katanya. Yang bisa dilakukannya kini, hanya bisa saling kirim kabar saat berbuka puasa dan menjelang sahur. Selama 3 hari Ramadhan kemarin, orangtua Aldo belum sekali pun datang membesuk. “Mereka pasti ada urusan lain. Anak mereka kan bukan saya saja,” katanya.

Selama berpuasa, Aldo mengisi aktivitas dengan banyak hal berguna. “Saya banyak baca buku di sini,” katanya. Ia sedang menamatkan novel Paolo Coelho, The Fifth Mountain. Kegiatan ini jarang dilakukannya saat bebas dulu karena sibuk syuting. Ia bercerita, novel Harry Potter and the Order of Phoenix bisa dihabiskan sampai satu setengah bulan lantaran mesti diselingi syuting sana-sini. Kini, cerpen Dee, Filosopi Kopi langsung ia tamatkan sekaligus. Buku tebal semisal La Tahzan juga ia habiskan tanpa perlu waktu lama. Membaca jadi bagian agar hidup di penjara tak terasa membosankan buat Aldo. “Kalau sampai merasa bosan, bisa bunuh diri. Jadi, buat bagaimana caranya biar nggak bosan,” bilangnya. Selain membaca, saat puasa belum datang, Aldo sering menghabiskan waktu dengan berolahraga. Berbagai macam jenis olahraga di penjara ia coba, entah basket, bulu tangkis, sampai pingpong. “Di sini saya belajar main pingpong,” ujarnya girang. Setiap ada kesempatan keluar sel, Aldo bakal ngeloyor ke lapangan atau aula, memilih salah satu jenis olahraga. Nah, terkadang Aldo sampai lupa waktu. Saat matahari terbenam, kala setiap napi mesti masuk sel, bintang sinetron Ada Apa dengan Cinta? ini masih asyik bermain. Hal ini membuat ia sering dicari-cari para sipir penjara. Aldo melakukan itu hampir setiap hari. Alhasil, ia dijuluki “Aldo Si Napi Badung.”

Aldo berujar, tak kesulitan soal makanan saat berpuasa. Biasanya, ia dan rekan-rekan selnya patungan belanja bahan makanan untuk berbuka puasa atau sahur. “Bahan makanan itu kami beli di kantin penjara, lalu minta dimasak oleh koki penjara,” katanya. Dari situ, kedekatan di antara sesama napi makin terjalin. “Setiap buka puasa dan sahur kami makan bareng,” bilang Aldo yang menghuni blok 2-A kamar 6. Ia menghuni kamar itu bersama 9 orang napi lain. Saat akan berbuka, Aldo dan rekan-rekan selnya berembuk mebentukan menu buka puasa. “Kami berunding, misalnya mau buka pakai kolak atau bubur kacang hijau,” bilangnya. Sahur pun demikian. Selama beberapa hari Ramadhan, Aldo santap sahur tiap jam 3 pagi.
Belajar “bahasa bui”

Selain kebersamaan bareng rekan satu sel, Aldo makin intens beribadah saat berpuasa di penjara. Ia makin punya banyak waktu buat beribadah. Kalau waktu masih bebas dulu, katanya, hari-harinya diisi sibuk syuting—termasuk saat bulan puasa. “Puasa tahun lalu shalat tarawih saya bolong-bolong. Sebab, orang-orang tarawih saya malah syuting atau sedang jalan entah ke mana. Kalau sekarang teratur,” terangnya.

Di penjara, Aldo tak punya jadwal waktu baku. Hari-harinya diisi buat makin mengenal kehidupan penjara. Ia bilang sudah hapal banyak gaya pergaulan para napi. Katanya, para napi punya bahasa pergaulan sendiri. Ia memberi contoh. Katanya, perkenalan antar napi justrubtak diawali saling tanya nama seperti umumnya orang berkenalan. Tapi bertanya, “Sudah putus belum, lu?” Maksudnya, apa sang lawan bicara sudah dapat vonis hukuman hakim. Bila dijawab iya, lalu meluncur pertanyaan, “Kena berapa?” (maksudnya, hakim memvonis berapa tahun?) pasal yabng ditimpakan justru jadi pertanyaan belakangan. Istilah-istilah lain di penjara (Aldo menyebutnya “bahasa bui”) juga dikenalnya semisal “dikeong—artinya sel digembok.” Para sipir katanya punya jurus jitu yang bikin napi ciut. “Bukan mengancam bakal memukul, cukup bilang, 'Awas lu, gua sel,'” ceritanya. Sel yang dimaksud sel isolasi, akrab disebut “sel tikus.”

Aldo bercerita dengan riang perihal kesehariannya di penjara (meski diselingi batuk-batuk). Ia berujar pengalamannya di penjara akan jadi pelajaran hidup paling baginya. “Banyak hikmah yang bisa diambil,” ujarnya sambil menerawang. Aldo tak merinci hikmah apa yang bisa ia jadikan pelajaran. Mungkin ia ingin menyimpannya rapat-rapat, menyembunyikannya di balik keriangannya bercerita kehidupan dalam penjara. Sebab, seindah-indahnya kehidupan penjara, masih lebih indah hidup bebas. Dan masa itu masih akan berlangsung berbulan-bulan lagi buat Aldo.***
Dimuat BINTANG INDONESIA edisi 806

Gaya Hidup Pesepakbola

Penghasilan dan Gaya Hidup Pesepakbola

Punya pacar model atau selebriti. Punya mobil mewah mentereng. Gaya hidup pesepakbola nasional tak kalah dibanding pesepakbola luar negeri.

Oleh Ade Irwansyah

Sebuah sedan mewah Honda S2000 warna kuning masuk pelataran parkir kantor majalah Femina, Kuningan, Jakarta, Kamis siang, 22 Juni kemarin. Dari mobil itu keluar dua sosok manusia: pesepakbola Hamka Hamzah dan kekasihnya, Marissa Nasution. Hari itu, Hamka mengantar Marissa yang diundang Femina buat sesi pemotretan. Marissa seorang model.
Hubungan kasih Hamka dan Marissa sudah berlangsung 8 bulan. Keduanya pertama kali bertemu di Vertigo, sebuah klub malam di Plaza Semanggi. Kala itu, Hamka sedang hang out bareng teman-temannya. Di lain pihak, Marissa sedang ke tempat itu bersama sepupunya. Dari sekadar kenalan, hubungan berlanjut jadi sepasang kekasih. “Dia sopan dan baik sekali,” kata Marissa kagum sambil menatap Hamka.

Buat Hamka, kehadiran Marissa di sisinya juga sangat berarti. “Prestasi saya naik karena dia. Dia sangat mendukung saya,” bilang Hamka, bek kesebelasan Persija Jakarta. Kisah cinta Hamka dan Marissa seakan bukti nyata kalau kehidupan pesepakbola tanah air lekat pula dengan dunia model. Pesepakbola sudah hidup bak selebriti. Kekasih pesepakbola tak mesti orang biasa. Model macam Marissa juga bisa kecantol pemain bola.

Di luar sana, rasanya sudah jamak kalau pesepakbola berpacaran dengan selebriti lain, entah foto model, penyanyi, atau bintang film. Bolehlah menyebut David Beckham, kapten tim Inggris dan pemain Real Madrid, yang beristrikan Victoria Adams, mantan personil Spice Girls. Setelah menikah, Victoria menaruh nama Beckham di belakang namanya. Bintang Real Madrid lainnya, Raul Gonzalez menikahi model Spanyol, Mamen Sanz. Luis Figo beristrikan model Swedia Helen Svedin. Francessco Totti menikahi Ilary Blasi, selebriti papan atas Italia. Andriy Shevcenko menikahi model asal AS Kristen Pazik. Alessandro Del Piero beristrikan model Italia Sonia Amorosu. Dan striker Brasil, Ronaldo menceraikan Milene Domingues, untuk pindah ke supermodel Daniella Ciccarelli, lalu menggaet fotomodel Brasil, Raica Oliveira.

Di Indonesia sini, tradisi pesepakbola berpasangan dengan model rasanya dimulai Kurniawan Dwi Yulianto. Mantan bintang PSSI Primavera ini beristrikan Kartika Dewi, seorang finalis Putri Indonesia 1996. Hubungan Kurniawan dan Tika, sapaan istrinya, sempat jadi berita kala Kurniawan menggugat cerai pada 2004. Kini, keduanya sudah rujuk dan tinggal di Cibubur, Jakarta. Dari Tika, Kurniawan dikarunai 2 anak.

Gaji pesepakbola dunia
Tentu saja, gaya hidup berpasangan dengan para model itu tidaklah murah. Namun demikian mereka sanggup menjalaninya. Sebab, para pesepakbola itu digaji selangit. Para pemain profesional di liga-liga Eropa “mandi duit” dari bermain bola. Gelandang tengah Chelsea, Frank Lampard, misalnya, digaji 1,7 miliar rupiah sepekan. Andalan tim Jerman yang baru ditransfer dari Bayern Muenchen ke Chelsea, Michael Ballack menerima honor 2 miliar rupiah setiap minggu.

Pemain bola lainnya juga bergaji tak kalah besar. Menyambut Piala Dunia 2006 di Jerman, majalah BusinessWeek mengeluarkan data daftar gaji 10 pemain bola paling besar. Ronaldinho, penyerang Brazil yang bergabung di klub Barcelona ini mendapat gaji 11,4 juta dollar setahun. Sementara itu, dari penghasilan lain, iklan misalnya, Ronaldinho dapat uang 17,8 juta dollar. Totalnya, dalam setahun ia dapat uang 29,2 juta dollar. Gaji pria berumur 26 tahun ini mengungguli petinggi Morgan Stanley, sebuah perusahaan bersaham tinggi di Wall Street, John J. Mack yang bergaji 27 juta dollar setahun. Beckham ada di urutan kedua dengan total penghasilan 22,9 juta dollar setahun. Gaji plus bonus dari bermain bola berjumlah 8 juta dollar. Sedangkan pendapatan lain jumlahnya bisa mencapai 14,8 juta dollar. Uang yang didapat pria 31 tahun ini sedikit lebih kecil dari Rupert Murdoch, raja media yang dapat uang 23,6 juta dollar tahun lalu.

Daftar itu masih panjang. Ronaldo dapat uang 22,1 juta dollar. Wayne Rooney yang baru berumur 20 tahun itu sudah menghasilkan uang 20,4 juta dollar. Zinedine Zidane dapat uang 19,1 juta dollar. Alessandro Del Piero dapat uang 14,6 juta dollar. Kapten tim Chelsea John Terry dapat uang 12, 3 juta dollar. Dan gelandang tengah Liverpool Steven Gerard diberi uang 11,7 juta dollar. Gaji-gaji mereka lebih besar ketimbang para petinggi perusahaan multinasional yang sudah bertahun-tahun merintis karier, macam chief executive Motorola Ed Zander (12,4 juta dollar), chief executive Polo Ralph Lauren (14,3 juta dollar), Leslie Moonves, chief executive stasiun teve CBS (22 juta dollar), atau chief executive Walt Disney Studio Michael Eisner yang hingga Oktober kemarin sudah baru mengumpulkan 11 juta dollar dari gaji, bonus, dan kompensasi lainnya.

Penghasilan pesepakbola nasional
Pertanyaannya, apakah pemain sepak bola nasional juga bergaji sebesar mereka? Tentu saja tidak. Namun, untuk ukuran orang sini gaji yang mereka peroleh dari mengolah si kulit bundar tidaklah kecil. Dalam daftar gaji terbesar, kata wartawan tabloid Bola Ario Yosia, kini diduduki Ismed Sofyan, kapten tim Persija. Kabarnya, untuk musim ini Ismed dapat nilai kontrak 1 miliar rupiah. Besaran kontrak berikutnya dipegang Hamka Hamzah, bek Persija. Nilai kontraknya seharga 800 juta rupiah. Nilai kontrak pesepakbola Mayadi Panggabean untuk bermain di PSMS Medan sekitar 750 juta rupiah. Sementara itu, kabarnya Maman Abdulrahman (PSIS Semarang), Aris Sidarto (Persik Kediri), Boaz Salosa (Persipura), Hendro Kartiko (kiper Persija) masing-masing dikontrak sekitar 600 juta rupiah musim kompetisi ini. Pemain-pemain unggulan di tim lain dikontrak rata-rata 400-500 juta rupiah.

Itu yang main di liga nasional. Bagi yang beruntung main di luar negeri macam Bambang Pamungkas dan Elie Eboy di Selangor FC, Malaysia, gajinya lebih besar lagi. Keduanya masing-masing dikontrak 1,5 miliar rupiah plus gaji 125 juta rupia sebulan.

Nilai kontrak itu tak langsung masuk ke kantong pemain. Saat meneken kontrak, kata Yos, sapaan Ario Yosia, pemain biasanya mencicipi uang kontan dari nilai kontrak sebesar 25 persen, “atau tergantung negosiasi, bisa 30 atau 50 persen di muka,” katanya. Dari situ, sisanya dibagi selama setahun dalam bentuk gaji per bulan. Jadi, jika Anda dikontrak 600 juta rupiah, di awal musim Anda langsung memegang uang tunai 150 juta rupiah. Sisanya yang 450 juta rupiah dicicil selama 12 bulan dalam bentuk gaji. Jumlahnya, dalam sebulan seorang pesepakbola dapat uang 37,5 juta rupiah.

Hitung-hitungan di atas tak mutlak meski itu berlaku umum. Kata Hamka, semuanya bisa “tergantung negosiasi dan pintar-pintarnya ngomong.” Hamka bilang, dapat gaji di luar nilai kontraknya yang 800 juta rupiah. “Dalam sebulan saya digaji 46 juta rupiah,” katanya terus terang. Sekadar informasi, Hamka sudah dapat gaji sebesar itu saat usianya belum genap 23 tahun.

Sebagai pembanding, dalam laporan majalah Swa Februari tahun lalu, untuk level sarjana (S-1), begitu masuk rata-rata karyawan digaji 2,5 juta rupiah. Bagi yang berlatar belakang pendidikan S-2, gaji terendah begitu masuk 3,047 juta rupiah. Karyawan yang punya jabatan manajer senior rata-rata bergaji 12-20 juta rupiah per bulan plus benefit lain semisal asuransi, kesehatan, tunjangan handphone, dan dana pensiun. Untuk level presiden direktur gajinya di kisaran 50-150 juta per bulan plus benefit lain.

O ya, satu hal lagi, pemain bola sini juga dapat bonus setiap kali bertanding. Sekali mencetak gol pesepakbola diberi bonus 2 juta rupiah. Bila memenangkan pertandingan, uangnya bertambah lagi 2 juta rupiah. Saelain itu, pengiklan juga kerap mendatangi pesepakbola ternama. Kurniawan dan Hendro Kartiko, misalnya, di-endorse oleh Puma. Sementara itu, dua bersaudara Boaz dan Ortisan Salosa di-endorse Adidas. Maman Abdulrahman jadi bintang iklan oli Top-One. Kurniawan juga jadi bintang iklan Sido Muncul. Uang dari iklan berbagai produk itu tentu saja membuat pundi-pundi uang mereka semakin gemuk.

Di luar, tampang pemain sepak bola sana lebih tampan ketimbang pesepakbola sini. Wajah mereka juga bisa jadi pemikat sebuah produk biar laku. Syahdan, Beckham dan kawan-kawan didapuk jadi bintang iklan banyak produk (lihat rubrik Gaya Bintang edisi ini). Beckham bahkan dinobatkan sebagai pria metroseksual terdepan. Para pria metroseksual biasanya suka stelan mahal, gandrung lagu-lagu Kyle Minoque, gemar ke salon bukan cuma buat pangkas rambut tapi juga perawatan wajah, punya peralatan mandi lengkap, dan banyak menghabiskan waktu di pusat kebugaran. Pesepakbola sana juga tak sungkan buat berlenggak-lenggok di lantai catwalk. Konon, pesepakbola bergaya bak peragawan dimulai Armani. Pada 1995, ia membuat gebrakan menyajikan bintang sepak bola David James, kiper Liverpool kala itu, jalan di lantai catwalk.

Ke mana uang mereka pergi?
Digaji selangit plus jadi bintang iklan membuat pesepakbola luar kaya raya. Lantas, kemana uang sebanyak itu mereka habiskan? Beckham mengisi garasi mobilnya dengan mobil-mobil mewah berbeda setiap waktu. Laporan situs Msn Inggris baru-baru ini menyebut garasi Beckham diisi sebuah Aston Martin Vanquish S, sebuah Hummer H2, sebuah Lincoln Navigator 4x4, sebuah Range Rover, sebuah Lamborghini Gallardo, sebuah Bentley Arnage, sebuah Rolls-Royce Phantom dan sebuah Audi A8. Dari timnya Real Madrid yang bekerjasama dengan Audi, ia dihadiahi sebuah mobil Audi seri Q7 4.2 4x4 seharga 70 ribu pound.

Rooney juga tak mau ketinggalan dengan Beckham. Ia juga punya Aston Martin Vanquish S, beserta: Cadillac Escalade seharga 50 ribu pound, kendaraan idaman rapper AS, dan sebuah BMW X5. Untuk berkendara bersama kekasihnya Collen McLoughin, Rooney membawa Mercedes SLK seharga 30 rbu pound. Pada ultah Colleen yang ke-19, Rooney menghadiahinya sedan Porsche 911 seharga 60 ribu pound. Nampaknya, Aston Martin juga jadi favorit pesepakbola lai semisal Steven Gerard, Frank Lampard, Michael Owen, Ashley dan Joe Cole—Ashley menambah koleksinya dengan membeli Mercedes SL500 dan sebuah Range Rover. Sementara itu Sol Campbell dan John terry masing-masing punya BMW X5 dan Bentley Continental GT. Kiper David James (kini Manchester City) punya sebuah Ford GT, mobil yang konon di Inggris cuma berjumlah 28 buah.

Selain membeli mobil-mobil mewah, para pesepakbola itu juga menghabiskan uang di tempat lain. Kapten tim Chelsea John Terry, misalnya, keranjingan judi pacuan kuda. Suatu kali, Terry mengajak rekan-rekannya di Chelsea, menyewa helikopter pribadi, menyaksikan pacuan kuda di Festival Cheltenham. Kabarnya, mereka total kalah taruhan hingga 500 ribu pound. Rooney dan Owen juga gila judi. Bahkan Rooney pernah dibelit utang 700 ribu pound atau 13 miliar rupiah.

Selain judi, gaya hidup mereka lainnya pun tak kalah bejad. Beckham yang sudah punya istri secantik Victoria pernah selingkuh dengan sekretaris pribadinya, Rebecca Loos. Adrian Mutu, Gianluca Paglica, dan Christian Vieri dikenal sebagai playboy. Pada 2000 lalu, menurut laporan koran Spanyol, mereka ditengarai suka pesta seks bersama pelacur-pelacur kelas atas. Beberapa pemain AS Roma juga pernah digunjingkan melakukan pesta seks dengan pelacur kelas atas.

Rupanya, yang boros bukan cuma pesepakbola yang bertanding di lapangan. Pasangan mereka pun tak kalah boros menghabiskan uang. Contohnya, para istri atau kekasih tim Inggris di Piala Dunia, Jerman. Menurut koran Daily Mail, kala suami atau kekasih mereka berlaga, perempuan-perempuan itu belanja di kota eksotis Baden Baden, Jerman. Dalam waktu sejam, 6 wanita itu mengelilingi butik yang tersebar menghabiskan 57 ribu pound buat beli baju dan sepatu.

Bagaimana dengan gaya hidup pesepakbola Indonesia? Asal tahu saja, mobil Honda S2000 kata pemiliknya, Hamka, dibeli seharga 760 juta rupiah pada 2003. Selain mobil itu, untuk kekuarganya di Makassar, Hamka membelikan sebuah Kijang Innova dan sebuah Mitsubishi Lancer untuk pamannya.

Dulu, kita sering pula dapat kabar kalau pesepakbola akrab dengan narkoba. Kurniawan, contohnya, kariernya pernah nyaris hancur gara-gara tersangkut kasus narkoba. Hal itu membuat penerusnya macam Hamka tak mau ikut-ikutan. “Kalau narkoba saya nggak pakai,” katanya.

Kehidupan pesepakbola nasional
Kata sebuah sumber Bintang, sejumlah atlet Persija sering menghabiskan waktu di diskotek Hailai, Ancol, Hard Rock kafe, hingga sebuah panti pijat bernama Kartika. “Itu panti pijat biasa, tapi pelanggannya kebanyakan pesepakbola,” katanya. Sekali pijat, tarifnya berkisar 250 ribu rupiah. Jenisnya, pijat gaya Thailand. Sumber itu berujar, buat tim yang bertandang ke Jakarta, “tak afdol kalau nggak mampir ke sana,” tambahnya.

Namun demikian, kata Hamka, dirinya kini mulai menghindari keluar malam. Kehadiran Marissa, kekasihnya, membuat hidup Hamka lebih baik. “Dia melarang saya keluar malam. Katanya, ‘Jaga diri kamu, kamu harus profesional,’” katanya. Kurniawan yang kini bergabung dengan PSS Sleman juga mulai mengurangi berhura-hura, menghabiskan gaji main bola. “Karena sudah memasuki kepala tiga, saya lebih bijaksana mngatur uang,” ujarnya pada Bintang, Jumat, 23 Juni kemarin.

Selain main bola, Kurniawan berkonsentrasi mengurus bisnisnya. “Saya sedang bisnis dengan orang Malaysia, bisnis penyemprotan,” bilangnya. “Lisensi dipegang mereka. Produk ini bisa menyemprot besi stainless, kulit, kayu, dan plastik.” Sudah 2 bulan ia membuka kantor dan workshop di Magelang dibantu 5 karyawan. Ia tak membeli mobil mewah Hamka. Ia mengaku kemana-mana cuma pakai Nissan Terano. “Kalau dulu sering gonta-ganti mobil karena masih labil,” katanya.

Bisnis di luar sepak bola juga mulai dirintis Hendro Kartiko, kiper Persija. Dari sepak bola, katanya, “bisa cepat dapat uang, dan uang itu bisa cepat pula hilangnya,” ujarnya. Karenanya, biar uangnya tak hilang percuma, Hendro meminta istrinya di Malang buat merintis bisnis. Di Jakarta Hendro tak hura-hura keluar malam atau beli mobil mewah. “Kalau keluar saya naik taksi saja,” katanya. Ia bilang, di rumahnya di Malang (di Jakarta Hendro tinggal di mess Persija, Ragunan) Hendro hanya memarkir sebuah Toyota Kijang.

Hendro juga mulai memikirkanmau jadi apa selepas kariernya di sepak bola berakhir. “Saya mau ikut kursus jadi pelatih. Saya ingin jadi pelatih sepakbola,” bilangnya. Hamka yang masih muda punya impian lain. “Saya ingin main bola terus. Saya ingin main di liga Korea atau Jepang,” katanya berharap. *** Dibantu laporan Hari Murtono
Dimuat BINTANG INDONESIA edisi 792.

Selebriti Kawin-Cerai, Mengapa?

Menelisik Jumlah Selebriti Kawin-Cerai
Angka selebriti yang mengalami kemelut rumah tangga hingga April 2006 lebih besar ketimbang jumlah selebriti yang menikah. Angka perceraian di kalangan awam pun tinggi.

Oleh Ade Irwansyah

Hari-hari ini isi tayangan infotainment dan media hiburan dipenuhi kemelut rumah tangga yang menerpa Gusti Randa dan Nia Paramitha. Setiap perkembangan terbaru seputar kemelut yang terjadi seakan jadi pemberitaan. Gusti yang mengajukan gugatan cerai; Nia menggelar jumpa pers; Gusti ke polisi, dan lain sebagainya. Perang pernyataan ternyata terjadi antar kedua belah pihak. Gusti bilang A, dijawab Nia dengan B. Kisahnya makin ruwet. Padahal, sidang cerainya sendiri belum terjadi.

Sebelumnya, layar infotainment dipenuhi gambar Gusti dan Nia, yang jadi pusat pemberitaan antara lain pasangan Dea Mirella dan Eel Ritonga. Keduanya, bulan kemarin memilih rujuk setelah hampir bercerai. Eel menyudahi kemelut dengan mencabut gugatan cerai yang sudah ia layangkan. Kemudian, saat Dea berulangtahun ke-30 pada 25 Maret kemarin atau 5 hari setelah rujuk, Eel membuat pesta kejutan buat istrinya. Kemelut keluarga itu berakhir bahagia. Di depan wartawan yag datang menghadiri pesta kejutan Eel buat Dea, kedua suami istri itu saling menyuapi kue ulang tahun. Raut wajah bahagia kembali terpancar.

Well, hingga pertengahan April ini berita seputar perceraian di kalangan selebriti mendominasi tayangan media hiburan semisal infotainment. Berita seputar kemelut rumah tangga mereka, silih berganti mengisi segmen tayangan infotaiment. Setelah habis kisah si A, ada lagi berita selebritis B menggugat cerai. Kalau dihitung-hitung, hingga April ini saja, ada sekitar 10 kemelut rumah tangga di kalangan selebriti—termasuk kisah Gusti Randa-Nia Paramitha dan Dea Mirella-Eel Ritonga. Beberapa lanjutan dari kisah seru tahun lalu, misalnya yang dialami Tamara Bleszynski dan Teuku Rafli yang bercerai Februari kemarin. Kemelut lainnya dialami pasangan Darwis Triadi-Chitra, Tina Zakaria, dan Uchi Nurul. Ketiganya berakhir rujuk. Namun, kisah Tina dan Darwis nampaknya bakal berlanjut. Keduanya tetap ingin bercerai dari pasangan masing-masing. Sementara itu ada pula yang baru pisah rumah tapi kemudian rujuk lagi. Hal itu dialami pasangan Mark Sungkar dan Fenny Bauty. Mantan bintang panas era ‘80 dan ’90-an Sally Marcellina juga sempat pisah ranjang dengan suaminya. Untuk kategori yang baru mengajukan gugatan cerai, selain Gusti, ada matan menteri perindustriaan era Megawati, Rini Soewandi yang digugat cerai suaminya dan Jane Shalimar yang menggugat cerai suaminya.

Angka pasangan selebriti yang rumah tangganya kisruh jumlahnya masih sedikit lebih banyak ketimbang selebriti yang menikah hingga pertengahan April ini. Bintang mencatat, baru ada 8 pasang selebriti yang menikah sampai April ini. Mereka yakni Taufik Hidayat dan Ami Gumelar, Fany Fadillah, Suci Indah Sari, B’jah mantan vokalis The Fly, Doyok, Ali Zaenal, dan
yang terbaru Glenn Fredly dengan Dewi Sandra yang menikah dua pekan lalu di Bali.

Fenomena kawin-cerai di kalangan selebriti
Kawin-cerai di kalangan selebriti seolah jadi pola hidup yang harus dijalani. Setelah berpacaran, menikah, tak lama kemudian ya cerai. Hal ini jumlahnya semakin banyak. Selebriti seolah-olah jadi golongan masyarakat yag begitu mudahnya kawin-cerai. Memang, sih ada selebriti yang rumah tangganya yang bertahan hingga kakek nenek—jumlahnya bisa jadi lebih banyak daripada selebriti yang kawin-cerai. Namun, pasangan yang dikira orang ideal pun rupanya tak luput dari kemelut dan berakhir cerai. Lihat saja, siapa yang tak kaget kala melihat Dewi Yull menggugat cerai Ray Sahetapy yang sudah dinikahinya lebih dari 20 tahun? Bukankah selama ini mereka selalu digambarkan sebagai pasangan ideal nan harmonis?

Setahunan kemarin, dalam catatan Bintang ada sekitar 19 kasus perceraian yang melibatkan selebriti. Tahun 2005 kemarin dibuka dengan putusan hakim atas Rensy Milano, kakak kandung Elma Theana, yang resmi bercerai dengan Ali Ahmad Syehan pada 5 Januari, setelah 1 tahun 2 bulan menikah. Setelah itu, sepanjang tahun kemarin kita meyaksikan kandasnya rumah tangga Adjie Massaid-Reza Artamevia, Dewi Sandra-Surya Saputra, Trie Utami, Dewi Hughes, hingga pasangan muda Enno Lerian-Nayaka. Kendati begitu, jumlah pasangan yang menikah tahun kemarin masih lebih banyak dibanding yag bercerai. Bintang mencatat, tahun 2005 kemarin ada 44 pernikahan yang melibatkan selebriti. Dalam daftar itu ada Ariel Peterpan yang menikahi Sarah Amalia, Diana Pungky, Deddy Corbuzier, Eep Saefulloh Fatah dengan Sandrina Malakiano (setelah keduanya bercerai dengan pasangan masing-masing), Annisa Pohan dengan putra sulung Presiden Yudhoyono, Agus Harimurti, Nicky Astria dengan guru mengajinya, hingga pernikahan Lyra Virna denga Eric Scada yang tak direstui ibunda Lyra.

Sementara itu, di Pengadilan Agama Jakarta Selatan di kawasan Mampang, tempat sidang cerai selebriti banyak digelar, rata-rata menyidangkan 100 kasus perceraian setiap bulan. Jika dikalikan setahun angkanya membengkak jadi 1500 kasus. “Hampir semuanya berakhir cerai,” kata Panitera Muda Hukum PA Jaksel Mardanis Dardja, SH. “Nggak sampai 5 persen yang rujuk lagi.” Ah, sedemikian mudahkah bercerai? Kemana ikrar setia sehidup-semati, untuk hidup bersama dalam susah dan senang yang diucap saat meikah lalu? ***

Mencari Tahu Mengapa Selebriti Bercerai

Selebriti bercerai selalu jadi berita. Bintang mencari jawaban pertanyaan utama, “Mengapa mereka begitu mudah memutuskan buat bercerai?”

Oleh Ade Irwansyah

Di sayap kanan bangunan berlantai dua itu kursi-kursi panjang yang terjejer sudah ramai terisi. Hari masih pagi. Tepat pukul 10.00 baru akan terlewati beberapa menit lagi. Dari pengeras suara diberitahukan kalau persidangan di ruang sidang A akan segera dimulai. Beberapa orang tampak kikuk bergerak buat siap-siap. Mereka masuk ke ruang sidang itu, lantas menutup pintu rapat-rapat. Hari itu, suasana gedung Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang terletak di kawasan Mampang terlihat seperti biasa. Puluhan orang tampak memadati ruang tunggu buat menunggu giliran sidang. Di ruang sidang A pagi itu, tengah berlangsung persidangan kasus perceraian. Entah siapa yang tengah bersiap buat bercerai. Pintu ruang sidang yang sebenarnya dibuka untuk umum itu tertutup rapat. Bintang yang mencoba mengintip mendapat balasan tatapan tajam penuh tanya.

Suasana pengadilan bakal terasa lebih ramai bila ada sidang perceraian selebriti di gedung itu. Ruang sidang yang sempit akan terisi penuh disesaki kamera-kamera awak infotainment dan fotografer tabloid hiburan. Tidaklah sulit buat menggugat cerai istri atau suami. Silakan datang ke pengadilan agama tempat pernikahan berlangsung, temui panitera permohonan gugatan cerai. Tak perlu datang bersama pengacara, datang sendiri pun dibolehkan. Yang mesti dibawa pun tak banyak, hanya fotokopi KTP beserta fotokopi surat nikah yang terlegalisir dibubuhi materai. Untuk mendaftarkan gugatan harap siapkan uang 550 ribu rupiah sebagai ongkos pendaftaran cerai gugat.

Setelah mendaftar, penggugat cerai tinggal menunggu panggilan sidang. Waktu buat menunggu sidang itu tak sampai sebulan, rata-rata 3 minggu. Lama proses persidangan kasus perceraian tergantung pada pihak suami dan istri. “Kalau dua-duanya sudah mengarah pada perceraian, dalam satu bulan bisa selesai,” bilang Mardanis Dardja SH, Panitera Muda Hukum PA Jaksel. Dalam sebulan itu persidangan kurang lebih digelar dua atau tiga kali.

Namun demikian, bila kasusnya rumit, apalagi bila melibatkan perebutan hak asuh anak dan pembagian harta gono-gini, persidangan bisa berlangsung berbulan-bulan. Di pengadilan agama yang jadi pengadilan tingkat pertama, sidang bisa digelar sampai 8 atau 9 kali hingga amar putusan dibacakan. “Itu bila mengikuti tahapan-tahapan sidang,” kata Mardanis. Tahapan sidang terdiri dari gugatan, jawaban, replik, duplik, pembuktian, keterangan saksi-saksi, kesimpulan, dan terakhir putusan majelis hakim.

Menurut Mardanis ada banyak alasan orang buat bercerai dari istri atau suaminya. Alasan itu mesti dicantumkan dalam materi gugatan. “Ada karena masalah ekonomi, selingkuh, suaminya dipenjara, orangtua terlalu ikut campur,” sebut Mardanis. Saat selebriti mengajukan cerai pun harus ada alasannya. “Alasan mereka juga macam-macam,” bilang Mardanis. “Artis itu orang tenar, tapi kalau punya suami yang (ekonominya) tak menunjang bisa jadi alasan bercerai. Atau karena kesibukan masing-masing, jadi jarang bertemu, komunikasi berkurang, apalagi bila ditambah faktor orang ketiga segala. Hal itu juga bisa menimbulkan perceraian.” Dalam pengamatan Mardanis yang sudah 6 tahun bertugas di PA Jaksel, saat selebriti mengajukan gugatan cerai umumnya dikabulkan hakim alias berakhir degan perceraian. “Hampir semuanya begitu,” ujarnya.

Ego sebagai selebriti
Selebriti bukan golongan orang biasa. Mereka duduk di kelas sosial yang beda dengan orang kebanyakan. Penyebabnya, tak lain, orang kebanyakan memuja selebriti. Jadi mereka lain dan punya status sosial tersendiri. Namun, demikian selebriti juga tadinya lahir dari orang kebanyakan. “Sebelum jadi selebriti dia bukan siapa-siapa, tapi setelah melakukan sesuatu yang membuatnya jadi terkenal, orang itu jadi selebriti,” kata Ieda Poernomo Sidhi, psikolog yag berprofesi sebagai konsultan perkawinan. Tiba-tiba, katanya, orang itu jadi pusat perhatian. Sementara itu pola hidupnya pun berubah setelah jadi selebriti. “Kehidupan selebriti itu sangat padat, ruag lingkup pergaulannya pun berbeda,” komentar Wawan Iriawan, pengacara yang mengurusi kasus perceraian selebriti. “Mereka juga punya perasaan sebagai super star.” Merasa super star ini timbul secara psikologis dari dalam diri seseorang yang disebut selebriti. “Dia sadar kalau diperhatikan orang,” kata Ieda.

Lantas, selanjutnya, kata Ieda, tinggal bagaimana selebriti itu bersikap atas statusnya sebagai orang tenar. Selebriti dihadapkan pada dua pilihan, apakah jadi dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari apa adanya atau jadi seseorang yang ditonton publik. Pilihan itu terlihat pula saat menentukan pasangan hidup, berikut bagaimana membangun keluarga bersama. “Si suami, kalau istrinya selebriti, harus mengikuti pola hidup istrinya yang selebriti. Baik dalam pergaulan dan perilaku gaya hidup selebriti,” jelas Wawan yang pernah jadi pengacara perceraian Elma Theana dengan Farry Indarto dan Maya Firanti Nur dengan Ari Sigit. Saat seorang selebriti merasa dirinya, super star, ia ingin mendapat posisi yang lebih. “Kalau suami yang beristri selebriti pekerjaannya tak jelas atau penghasilannya kurang, rasanya sulit buat dapat keseteraan dari istrinya yang selebriti,” jelasnya lagi.

Selain itu, suami yang beristri selebriti seringkali ingin dapat perhatian lebih dari pasangan. Menurut Wawan, hal itu sulit diwujudkan. “Selebriti jadwal kerjanya padat. Beda dengan kerja kantoran,” katanya. Hal itu membuktikan, keluarga selebriti beda dengan keluarga normal. “Dari situ bisa timbul perbedaan pendapat, ketidakcocokkan, sehingga timbul perceraian,” simpulnya.

Menurut Ieda, masalah timbul kala selebriti mementingkan egonya buat menonjol dalam keluarga. “Selebriti itu punya sifat selalu ingin menonjol,” jelas Ieda. “Tapi, ketika hal ini (rasa ego sebagai selebriti) tidak dilepaskan dalam rumah tangga, timbul masalah.” Saat ego suami dan istri bertemu, kata Ieda, susah buat masing-masing pihak mengalah. Padahal, mestinya, suami istri itu dalam perkawinan yang tadinya “aku” dan “kamu” harus menjadi “kita” buat ke dalam, dan “kami” saat ke luar. “Itu yang namanya pasangan. Susah dan senang bersama-sama,” ujar Ieda.

Jika ego suami dan istri sudah bertemu buat saling baku hantam, solusinya tinggal menang atau kalah. Pasangan itu ingin mengambil jalannya masing-masing. “Hal itu biasanya keluar dengan statement ‘kami sudah tidak cocok,’” pungkas Ieda. Padahal, pada kenyataannya, tak ada orang yag memutuskan menikah lagsung cocok. “Kecocokan itu justru jadi PR perkawinan,” katanya. Saat memutuskan menikah, seseorang seolah-olah sudah saling kenal, merasa ada kecocokan buat jadi suami istri. “Itu baru ‘merasa’. Ketika kawin semuanya baru terbuka.” Tambah Ieda lagi, “Kecocokan itu dicari. Dan dilakukan sepanjang jalan perkawinan.”

Perihal mencari kecocokan itu berlaku buat semua orang, selebriti atau bukan. Status sebagai selebriti, dalam pandangan Ieda, tak membuat seseorang lebih mudah mengambil keputusan bercerai. “Penyebabnya pergeseran nilai di masyarakat,” kata Ieda. Dulu, jika ada orang bercerai dianggap sebagai aib. “Baik aib buat dirinya sendiri dan keluarga,” ujarnya. Sekarang, masyarakat sudah lebih permisif. “Jika sudah nggak cocok, ya sudah. Daripada bikin susah.”

Kemana perginya cinta
Lantas, bagaimana dengan cinta? Masihkah ada cinta yang tersisa saat seseorang selebriti menggugat cerai? Kemana perginya cinta yang dulu? Saat memutuskan menikah, umumnya didasari cinta. Namun, lama-lama ada masalah di sana-sini yang timbul setelah hidup bersama. “Ada langkah-langkah yang tak seiring lagi, itu lama-lama menimbulkan rasa benci,” ujar Ieda. Cinta, Ieda umpamakan, seperti pintu geser yang saling tindih dengan rasa benci. Saat rasa benci lebih besar, cinta semakin menjauh. “Dan lama-lama tinggal rasa benci saja,” katanya.

Jika rasa benci sudah begitu memuncak, niatan buat bercerai semakin mudah. Selebriti pun demikian. Kata Ieda, bintang film kawin cerai bermula dari Elizabeth Taylor. Aktris pemeran Cleopatra ini menikah dan bercerai berkali-kali. Setiap kali Liz Taylor, sapaannya, bercerai jadi pemberitaan pers. Di Indonesia pun demikian. Setiap kali ada artis yang bercerai pasti jadi pemberitaan. “Yang rumah tangganya damai-damai saja justru jarang diberitakan,” simpulnya. Ieda berpesan, saat memutuskan bercerai tolong pertimbangkan masak-masak anak-anak yag dihasilkan oleh perkawinan. “Anda tidak bisa memikirkan diri sendiri lagi, kalau sudah punya anak,” ingat Ieda. Media juga sebaiknya memikirkan kondisi psikis anak saat memberitakan orangtuaya yag selebriti bercerai. “Jangan tampilkan gambar mereka sering-sering. Apalagi sampai meminta kometar mereka,” pesannya. “(Perceraian) ini masalah orangtua, bukan anak-anak.” ***
Dimuat BINTANG INDONESIA edisi 782.

Homeschooling, Apa lagi tuh?

Nia Pilih Homeschooling, Bukan yang Lain

Homeschooling Pilihan Bersekolah Selebriti Super Sibuk

Oleh Ade Irwansyah

Begini rasanya jadi Nia Ramadhani (16), bintang sinetron nan tenar itu. Saban hari, Nia mesti syuting sinetron. Kemarin-kemarin 3 hari ia habiskan buat syuting Benci Jadi Cinta, 3 hari lainnya buat syuting Hikmah 3. Sementara itu, Nia masih mesti menyisipkan waktu 2 hari (di sore hari) buat syuting Extravaganza ABG. Seringkali syuting bisa baru usai larut malam (atau malah bisa sampai pagi). Namun, sebagai murid SMA Don Bosco, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Nia tetap mesti sekolah di pagi hari. Di sekolah, tentu saja, kondisi Nia tidak fit. Ia belajar Nia maksimal. Sementara itu, ia tak bisa mengikuti banyak kegiatan seperti murid lain. Ia malah sering minta ijin pulang duluan lantaran panggilan syuting—atau malah ijin nggak masuk sekolah.

Walhasil, Nia makin sering minta ijin tak masuk. Ia makin sering ketinggalan pelajaran. Akhirnya, karena sadar tak mungkin mengejar ketinggalan di kelas, Nia memutuskan berhenti sekolah. Namun, Nia tak lantas putus sekolah begitu saja. Beruntung, Nia punya solusi atas masalah itu. Nia memilih sistem pendidikan model baru berwujud homeschooling (sekolah di rumah). “Baru sebulan saya ikut homeschooling,” bilang Nia yang homeschooling di sekolah yang digagas Dewi Hughes.

Nia tak perlu lagi pergi ke sekolah. Ia juga tak perlu lagi bangun pagi-pagi padahal baru kelar syuting lewat dini hari. Atau Nia tak usah merengek minta ulangan susulan karena kemarin mesti syuting. Homeschooling membuatnya tetap bersekolah tanpa mesti meninggalkan syuting.

Nia tak sendirian. Dominique (18), model dan bintang film Berbagi Suami, juga memutuskan homeschooling begitu tak sanggup lagi mengikuti sekolah formal. Kala itu, Domie, sapaannya, tengah duduk di bangku kelas 2 SMA Gonzaga. Sejak duduk di kelas 1, tawaran pemotretan dan jadi model cat walk datang tiap hari. Waktu itu ia sudah lulus dari sekolah modelling John Casablanca. Selepas lulus tawaran jadi model langsung berdatangan. Nah, seringkali jadwal mentas atau pemotretan bertabrakan dengan waktu sekolahnya. “Di akhir kelas 1, jadwal saya makin padat. Tiap hari ada kerjaan. Makin lama absensi makin tak karuan,” cerita Domie saat ditemui Bintang pekan lalu. Belakangan, Domie tak cuma makin jarang kelihatan di kelas. Nilai ulangannya pun makin jeblok. “Yang lain dapat 10, saya 9. yang lain 9, saya 8. Eh, lama-lama kok sampai dapat nilai di bawah 5,” jelasnya.

Domie tak mau nilainya makin turun. Ia ogah pula bila mesti berhenti sekolah. Sementara itu, ia begitu mencintai karier barunya sebagai model. “Saya sadar nggak mungkin dua-duanya (sekolah dan modelling) jalan,” kata Domie. “Tapi saya ingin jadi model profesional sambil tetap punya pendidikan.” Akhirnya, Domie keluar dari sekolah saat masih di kelas 2 SMA. Orangtuanya setuju Domie keluar dari sekolah.

Persoalan berikutnya, mencari sekolah alternatif buat Domie. Ibundanya, Maria Rima Tri Utami lantas pergi ke Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) mencari solusi. Di sana, Domie dapat alternastif bersekolah tapa merecoki jadwal kerjanya sebagai model. Dari situ didapatlah satu lembaga bernama Bina Mekanika di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Aslinya, Bina Mekanika berwujud yayasan yang disebut Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Di dalam PKBM ada program Paket A (setara SD), B (setara SMP), dan C (setara SMA). Program ini bertujuan memberi layanan pendidikan sebagai pengganti, penambah, atau perlengkap pendidikan formal. Semula, sasaran awalnya siswa putus sekolah dari kalangan kurang mampu, pengangguran, dan karyawan pabrik. Tapi , belakangan, siswa yang ingin mendapat pendidikan homeschooling datang ke sana.

Nah, Glennovian Armando Marcel (17) salah satunya. Glenno, sapaannya, saat duduk di bangku kelas 2, tahun lalu, mencoba peruntungan ikut kontes Indonesian Idol (II) 3. Berbagai tahapan dari mulai audisi hingga kaantina ia lalui. Glenno lolos hingga babak 28 besar II3. Sebelum menuju tahap itu, Glenno mesti sering-sering ijin dari sekolah. Karena banyak ijin, pelajaran saya banyak ketinggalan dan berantakan banget,” buka Glenno. Karena ijin sudah menumpuk Glenno dapat peringatan. “Sekolah nggak mau memberi toleransi atas kesibukan saya waktu itu,” sesalnya. Akhirnya Glenno cari solusi alternatif. Homeschooling jadi pilihannya. Tempatnya, Bina Mekanika sama seperti Dominique.

Lantas, bagaimana Nia, Domie dan Glenno bersekolah model homeschooling? Ketiganya cukup sekolah di rumah. Guru, atau sebutannya tutor cukup datang untuk mengajar beberapa kali dalam sepekan. Domie yang mengambil jurusan IPS dapat 6 mata pelajaran meliputi PPKn, bahasa Inggris, sosiologi, tatanegara, bahasa Indonesia, dan ekonomi. “Saya belajar 5 kali 3 jam seminggu,” bilang Domie. Tutor datang ke rumah Domie. Ia belajar dari buku pelajaran berbentuk modul. Glenno pun setali tiga uang. Tutor khusus datang ke apartemennya untuk mengajar. “Saya belajar dengan tutor dan waktunya menyesuaikan dengan waktu saya,” ujar Glenno.

Nia lain lagi. Ia tak cuma belajar di rumah, tapi juga via internet. “Saya bisa belajar dimana saja lewat internet. Tinggal buka laptop, di situ sudah ada programnya,” bilangnya . “Ada tes-tesnya juga. Kalau kita bingung cari jawabannya tinggal buka situs lain.” Di home school tempatnya belajar, Nia tak cuma belajar mata pelajaran pokok seperti sekolah formal. Nia dapat pelajaran tambahan sesuai minat dan cita-citanya di masa depan. “Saya disarankan mengambil jurusan trading, karena mereka juga punya channel sendiri. Ya sudah saya ambil itu. Lalu, tambahannya saya ambil bisnis fashion. Kebetulan cita-cita saya ‘kan bikin butik,” terang Nia.

Tambahan pula, Nia tak perlu takut sekolahnya bentrok dengan jadwal syuting. “Mereka malah tanya saya seminggu bisa berapa kali (ketemu guru). Nanti gurunya juga bisa datang ke lokasi syuting,” jelas Nia. Diberi kebebasan begitu, malah membuat Nia makin bertanggungjawab. “Saya jadi pengin gurunya datang terus.”

Pendidikan model homeschooling rupanya juga menarik minat juara 1 II3 Dirly dan runner-up II3 Ihsan. “Saya akan ikut homeschooling secepatnya. Saya nggak mau kelamaan nggak belajar,” kata Ihsan. “Saya sudah bertekad menyelesaikan sekolah. Saya nggak mau berhenti sekolah, meski sibuknya bukan main,” timpal Dirly. “Pokoknya yang penting sekolah harus lulus. Cita-cita saya mau melanjutkan kuliah.”

Domie sudah lulus homeschooling akhir tahun ajaran kemarin. Nilainya memuaskan. Kini ia sudah mengantongi ijazah setara SMA yang bisa dipakai ke perguruan tinggi. Domie malah berniat melanjutkan kuliah lewat program homeschooling lagi. “Sekarang saya lagi cari-cari mana kampus yang cocok,” jelasnya. Kekasih Jonathan Frizzy ini sedang bingung pilih kampus di Australia atau Singapura. Ya, dengan kuliah model homeschooling Domie tak perlu tinggal ke luar negeri, tapi dapat ijasah dari sana. Dan ia tetap bisa menekuni kariernya sebagai model dan bintang film. *** Dibantu laporan Hari Murtono, Bismar Yogara, Indra Kurniawan

Pendidikan Alternatif Bernama Homeschooling

Mengapa Homeschooling bisa jadi alternatif bersekolah saat ini?

Oleh Ade Irwansyah

Kesibukan Dewi Hughes dan pasangannya, Roy Emmanuel makin bertambah. Sudah beberapa bulan belakangan pasangan ini menggagas lembaga pendidikan berwujud homeschooling. “Kami namai Hughes-schooling,” kata Hughes didampingi Roy, Rabu (11/10) siang lalu. Sekolah yang digagas Hughes itu lahir sebagai bentuk kepedulian Hughes pada dunia pendidikan. “Saya sering ketemu cari karyawan (lewat Dewi Hughes International Foundation, yayasan yang dikelolanya, Hughes sering menerima calon karyawan), tapi sulit sekali cari lulusan S-1 tapi berkomepetensi untuk bekerja. Yang ada dia bengong saja tak tahu mau kerja apa, apalagi yang tamatan SMA,” kata Hughes. Lalu, katanya, saat bertanya pada anak sekolah rata-rata tak tahu cita-citanya mau jadi apa.

Kondisi di atas membuat Hughes miris dan merasa “perlu ada perubahan sistem dan materi pendidikan,” kata Hughes. Kemudian, Hughes berinisiatif membuat sistem sendiri model homeschooling (bersekolah di rumah). Homeschooling model Hughes berbasis Internet. “Setiap anak bisa bersekolah tanpa batas waktu, ruang, atau formalitas mesti berseragam. Tapi, eksplorasi ayang didapat anak untuk masuk dunia kerja sangat besar,” bilangnya.

Baginya, membangun sekolah beserta wujudnya berbentuk bangunan sudah tak jaman. “Itu old-fashioned (kuno),” kata Hughes. Ia berujar, ketika bangunan sekolah runtuh (entah karena bencana alam atau lainnya), jarak sekolah terlalu jauh, atau kesibukan dari si murid, bukan berarti pendidikan lantas dikesampingkan. Sementara itu, timpal Roy, kehadiran seorang murid di sekolah yang berbentuk fisik tak menjamin sang siswa mencerap isi pelajaran. “Percuma masuk kelas dari pagi sampai siang tapi nggak ada peljaran yang masuk,” kata Roy. “Mending cukup belajar 3 jam sehari tapi efektif.”

Homeschooling sejatinya sudah berlangsung sejak lama. Aslinya, sistem pendidikan model ini sudah dikenal sejak dulu di AS dan negara-negara Eropa. Menurut praktisi pendidikan Arief Rachman, homeschooling lahir atas kondisi banyak keluarga yang tinggal jauh dari sekolah. “Keluarga-keluarga itu lantas berinisiatif melakukan sistem pendidikan sendiri di rumah, makanya dinamai home school,” jelasnya.

Belakangan homeschooling malah dilembagakan. Maksudnya, ada lembaga yang mengadakan sistem pendidikan model homeschooling—murid tak perlu lagi datang ke sekolah, justru guru (sebutannya tutor) yang berkunjung ke rumah. Lembaga penyelenggara homeschooling lantas merambah ke Indonesia. Morning Star Academy jadi penyelenggara homeschooling dari AS. Lembaga yang berkantor di Gedung Setiabudi, Kuningan, Jakarta ini mengacu pada kurikulum Franklin Classical School, yang lebih mengedepankan peran orang tua. Lembaga yang berdiri 2002 ini punya 400 murid. Lalu lembaga lokal juga mulai menyelenggarakan homeschooling. Yayasan Bina Mekanika salah satunya. Yayasan pendidikan di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ini bagian dari program pemerintah yang disebut Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Badan model ini jumlahnya sudah ratusan di Indonesia. Di Jakarta Selatan saja, jumlahnya sudah belasan.

Bina Mekanika jadi tempat homeschooling pilihan model dan bintang film Berbagi Suami Dominique serta kontestan 20 besar II3 Glennovian Armando Marcel. Menurut Ignatius Doni R. Moningka, kepala sekolah Bina Mekanika, yayasan pendidikan yang dikelolanya sudah memulai program kejar Paket A, B, dan C sejak 1997 (yayasan ini berdiri 1991). “Tapi baru 3 tahun terakhir kami buat program homeschooling,” terang Ignatius. Ia menuturkan, homeschooling tak lebih dari program kejar Paket A, B, dan C, yang gurunya mendatangi muridnya (sebutannya warga belajar) di rumah.

Pendidikan model begini rupanya makin diminati. Apalagi, bagi anak usia sekolah yang punya kesibukan di luar sekolah seperti syuting sinetron, foto model, atau atlet. Selain itu, homeschooling juga jadi alternatif bagi orang tua yang tak lagi berkenan pada pendidikan formal. “Keunggulan homeschooling, pendidikan lebih terarah, lebih fokus,” ujar Seto Mulyadi, psikolog anak, suatu kali pada Bintang. “Di homeschooling guru bisa lebih memperhatikan tingkat kemampuan anak-anak. “Kurikilumnya ikut pemerintah, tapi bisa disesuaikan dg kondisi anak,” tambahnya. “Dari segi waktu, juga lebih bisa menyesuaikan dengan kesibukan anak murid.” Dari empat anak Seto, tiga di antaranya memutuskan homeschooling ketimbang belajar di sekolah formal.

Homeschooling yang digagas Hughes dan Roy menambah muatan materi yang diberikan sesuai minat dan bakat anak. Kegiatan belajar pun berlangsung tak cuma tatap muka dengan tutor, tapi juga lewat internet. Maka, bagi Nia Ramadhani, seorang murid homeschooling pada Hughes bisa belajar tiap saat lewat saluran internet. Di homeschooling Hughes, murid tak cuma dapat pelajaran dari modul-modul yang diberi guru. “Murid bisa praktek langsung,” katanya. “Jika ingin jadi desainer, kami ikutsertakan belajar langsung desainer. Bila ingin jadi wartawan, kami bisa minta ia ikuti kerja wartawan sungguhan. Bukan cuma teori, tapi langsung praktek.” Hughes bilang, homeschooling yang digagasnya akan di-launching Januari tahun depan. “Sekarang sedang kami lakukan pilot project. Sekarang kami sudah punya 11 murid.”

Urusan praktek langsung ini juga berlaku pada mata pelajaran yang disebutnya kurikulum dasar. “Kalau ingin dapat pelajaran kewarganegaraan atau tatanegara kami suruh murid ikut ke LSM, dia bisa berperan aktif, tahu apa saja hak dan kewajiban warga negara,” terang Hughes. “Dan hal itu lebih kena ke dirinya, ketimbang cuma belajar teorinya saja.” Namun demikian, praktek langsung tak lantas menghilangkan peran kurikulum yang ditentukan dari Depdiknas sama sekali. Bila sudah tiba saatnya ujian nasional, homeschooling Hughes bakal menyertakan muridnya ikut ujian kesetaraan entah Paket A, B, atau C.

Namun demikian, bersekolah di rumah tentu berbeda dengan sekolah biasa. Hal ini dirasakan betul Glenno. Sebelum memuuskan homeschooling katrena sibuk ikut II3, Glenno sempat mengecap kelas 1 di sebuah SMA di Jakarta. Bangku kelas dua ia habiskan di homeschooling. Setelah gagal melaju ke terus di ajang II3 (Glenno gugur di babak 20 besar), Glenno ke Makassar, tinggal bersama ibunya di sana. “Bagaimana pun kan homeschooling ini paket C, kualitas dan atmosfer belajarnya jauh beda dari sekolah biasa,” bilang Glenno. “Kalau di sekolah biasa kita bertemu banyak teman dan ikut banyak kegiatan, jadi hasilnya berbeda banget. Apalagi untuk anak yang suka bersosialisasi dan mengikuti kegiatan OSIS seperti saya.” Domie dan Nia juga sadar akan hal itu. Secara tepisah keduanya sepakat homeschooling menuntut mereka lebih bertanggungjawab dalam belajar. Baik Nia dan Domie malah tak bermalas-malasan. “Saya malah dituntut lebih disiplin,” ujar Domie.

Lantas, berapa biaya yang harus dibayarkan untuk homeschooling? Sekadar menyebut contoh, ibunda Dominique, Maria Rima Tri Utami membayar antara 400-500 ribu rupiah sebulan pada sekolah anaknya. Angka ini dibenarkan Iganatius dari Bina Mekanika. “Itu untuk mengganti biaya transport pengajar,” kata Ignatius. Saat mendaftar, Bina Mekanika mengutip biaya sekitar 200 ribu rupiah. Dan saat ujian tiba, murid dikutip biaya sekitar 100 ribu rupiah. Nah, tinggal Anda memutuskan mau memilih homeschooling atau sekolah formal biasa. ***
Dimuat BINTANG INDONESIA edisi 808

Tentang King Kong

King Kong dari Masa ke Masa

King Kong sudah melewati masa depresi, booming ekonomi, hingga memasuki abad 21.

Oleh Ade Irwansyah


Carl Denham, sang sutradara itu menyeruak dari kerumunan. Seorang opsir polisi berkata padanya, “Pesawat terbang menembaknya jatuh.” Opsir itu menunjuk makhluk berbulu lebat sejenis gorila berukuran raksasa. Makhluk itu terkapar diam. Mati. Tinggal mayat. Denham kemudian berucap serius, menyanggah sang opsir. “It was beauty killed the beast—Si Cantik membunuh Si Buruk Rupa,” katanya.

Demikian akhir kisah King Kong (1933). Sang gorila raksasa jatuh dari puncak Empire State Building. Pesawat terbang dengan senapan mesin menembaki sang raja kera yang membawa wanita pujaannya, si cantik Ann Darrow ke puncak gedung berlantai 102 itu. Setelah tak kuat menahan tembakan bertubi-tubi Kong jatuh dari ketinggian 381 meter. Denham memaknai peristiwa itu sebagai “beauty killed the beast.”

Konon, kalimat itu jadi legenda. Robert Armstrong sang pemeran Denham, mengucapkannya dengan penuh makna hingga sulit dilupakan. Sekarang, seiring filmnya dibuat ulang lagi oleh Peter Jackson, sutradara peraih Oscar lewat trilogi The Lord of the Rings, kalimat itu muncul lagi. Kali ini yang mengucapkannya Jack Black, pemeran Denham di King Kong versi 2005. Buat Black itu jadi momen terberat hidupnya. “Kalimat itu terlalu bersejarah,” katanya.

Sebenarnya, tadinya bukan Black yang akan mengucapkan kalimat itu. Melainkan Fay Wray pemeran Darrow dari King Kong asli. Wray sudah didekati Jackson buat tampil jadi cameo. Sayangnya, Wray keburu wafat pada Agustus 2004. “Saya tahu Pete (Peter Jackson—red) ingin Fay Wray yang mengucapkannya. Jadi saya tahu dia sedih di hari itu, karena Wray baru wafat. Saya seperti sedang membaca naskah dialog orang lain,” komentar Black.

Wray memang begitu dikenang lewat perannya di King Kong. Sepanjang kariernya, Wray sudah main 98 film dari 1923-1980. Kendati sudah main film nyaris 100 kali, banyak orang cuma kenal perannya di King Kong. Kini, Wray menyerahkan peran itu ke tangan Watts, aktris asli Australia sahabat Nicole Kidman yang sebelumnya sudah main film semisal 21 Grams atau dwilogi The Ring versi Hollywood.

Suatu kali, Jackson mengajak Watts menemui Wray di apartemennya di New York. Ketika Jackson mengenalkan Watts sebagai pemeran Ann Darrow, sambil berkelakar Wray berucap, “Sayalah Ann Darrow!” Hari itu Watts dan Jackson berbincang panjang dengan Wray. Di ujung obrolan, Wray membisiki Watts. “Ann Darrow ada di tangan yang tepat.”
Ketika Wray wafat, Jackson berkomentar, “Kecantikan khas Wray abadi di film itu, tapi buat yang beruntung pernah bertemu dengannya, ia meninggalkan pesan sebagai wanita jenaka, penuh energi, gaya, dan memikat.”

***

Film King Kong pertama lahir di masa depresi yang dimulai sejak 1929. Kala itu Amerika dilanda krisis ekonomi berkepanjangan. Bursa saham Wall Street rontok. Jutaan orang menganggur dan langsung jatuh miskin. Buat mencari hiburan, mereka pergi ke bioskop, menonton film. Belum lama berselang film menemukan teknologi baru: suara. Film tak sekadar gambar bergerak, tapi juga diisi tata musik, maupun suara dialog para tokohnya. Era film bisu Charlie Chaplin berakhir sudah.

King Kong pertama lahir dari tangan dingin duet sutradara Merian C. Cooper dan Ernest B. Schoedsack. Keduanya merangkap jadi produser. Ide awal filmnya lahir kala Schoedsack pulang sehabis mengunjungi kepulauan Galapagos. Di sana masih ada binatang yang bakal membuat Charles Darwin merevisi ulang teori evolusinya. Ia dan Cooper lantas merancang kisah yang mengambil lokasi di pulau antah berantah tempat berjenis dinosaurus semisal Brontosaurus, T-rex, atau Pterodaktil. Sayangnya, proyek itu tak disetujui. Keduanya lantas merancang kisah kalau makhluk-makhluk tadi mesti melawan raja kera raksasa, King Kong.

Butuh waktu setahun buat King Kong sebelum sampai di bioskop. RKO, perusahaan film yang membiayai King Kong mengeluarkan dana 650 ribu dollar. Kalau dibandingkan sekarang, uang itu setara dengan 8,8 juta dolar. Begitu dirilis King Kong langsung meledak. RKO untung besar. Perusahaan yang semula nyaris bangkrut itu menangguk untung 1,7 juta dollar dari King Kong. Film itu ditasbihkan sebagai box office pertama dalam sejarah perfilman. King Kong sesaat bisa melupakan orang dari kepenatan hidup gara-gara krisis ekonomi.

Sebuah edisi harian Variety terbitan 1933 dibuat terheran-heran atas kesuksesan King Kong. Harian itu menulis, “Nggak ada uang apaan! Total seluruh orang New York menghabiskan 89.931 dollar selama 4 hari buat menonton King Kong di bioskop.” Istilah “Nggak ada uang!” lazim digunakan orang buat menyebut kondisi ekonomi yang terpuruk kala itu. Bahkan, adegan kala Kong menaiki puncak Empire State Building diartikan sebagai matinya kapitalisme. Kong disamakan dengan Karl Marx dalam kostum gorila. Ada-ada saja, memang.

***

Menginjak 1970-an ekonomi AS tak lagi terpuruk. Empire State Building juga bukan lagi bangunan paling tinggi yang pernah dibuat manusia. Di era 70-an itu manusia menciptakan menara kembar WTC (World Trade Center). Gedung itu punya 110 lantai, dengan tinggi 417 meter. Seketika, menara WTC jadi simbol kekuatan ekonomi menggantikan Empire State Building.

Di era itu pula muncul keinginan untuk membuat ulang King Kong dari produser Dino De Laurentis. Buat menyutradarainya ditunjuk John Guillermin. Siapa yang memerankan “cewek Kong”? Semula, De Laurentis ingin Cher atau Barbra Streisand yang memerankannya. Kata Guillermin lagi, Streisand sudah serius tertarik buat main. “Lalu saya menemukan Jessica Lange di New York. Dia ikut sebuah agensi model. Kami menawarinya kasting. Well, dia terlihat cantik di layar,” ujar Guillermin. Syahdan, Jessica Lange yang didapuk jadi “cewek Kong.” Di ujung film ia diboyong Kong ke puncak menara WTC—bukan Empire State Building sesuai film aslinya.

Perbedaan King Kong era 1930-an dengan 1970-an tak sekadar itu. King Kong 1970-an yang lebih modern, tak menyoroti niatan sutradara gila yang ingin membuat film di pulau misterius berisi binatang pra sejarah. Melainkan, seorang industrialis yang ingin mencari pulau berisi kandungan minyak bumi tak terbatas. Well, saat itu minyak bumi yang harganya selangit—bahkan sempat mengguncang ekonomi Amerika waktu diboikot negara Arab—jadi barang paling berharga.

Perbedaan lain, bila King Kong era 1930-an dibuat dari boneka-bonekaan yang digerakkan, tak demikian dengan King Kong versi 1970-an. Memang sih, niatan semula Kong mau dibuat dari robot mekanik buatan orang Italia segala, Carlo Rambaldi dan krunya. Hanya saja, lantaran Guillermin yang tak bisa bahasa Italia sering tak nyambung dengan Rambaldi. “Akhirnya kami pakai bahasa internasional (maksuudnya Inggris),” kata Guillermin, “tapi hal itu nggak berpengaruh. Saya ingat selama 3 bulan tangan robot tak bisa digerakkan. Jari-jarinya susah digerakkan. Seperti biasanya, teknologi tak sesuai harapan.” Belakangan, juru rias peraih Oscar Rick Baker akhirnya memakai pakaian gorila memerankan Kong. De Laurentis mengeluarkan ongkos 24 juta dollar buat King Kong versinya—atau setara 82 juta dollar dengan nilai uang saat ini. Hasilnya terbilang lumayan. Kong Kong versi 1970-an meraup untung 52 juta dollar di AS saja. Kesuksesan itu mendorong Guillermin membuat sekuelnya, King Kong Lives (1986). Kali ini Kong dipertemukan dengan kera sejenisnya berkelamin betina.

***

Di mata Peter Jackson, Kong versi Guillermin tak murni lagi. Ia tak suka Kong versi 1970-an begitu pun sekuelnya. Baginya, King Kong tak sekadar film. Jackson punya kenangan tersendiri akan King Kong versi lama. Ia pertama kali menonton film itu waktu umurnya masih 9 tahun saat masih tinggal di Selandia Baru. Jackson ingat betul menangis melihat Kong jatuh dari Empire State Building. “Itu akhir yang tak menguntungkan baginya. Dia hidup melintasi manusia tapi berakhir tragis, gara-gara manusia juga,” komentarnya sedih.

Berkat King Kong pula, Jackson menancapkan cita-cita jadi sutradara. Suatu ketika, di usia 12 tahun, Jackson membuat ulang King Kong pertama kali dari kain bekas ibunya buat menutupi tubuh Kong dan kardus sebagai pengganti Empire State Building. Jackson meminjam kamera orangtuanya.

Kini, setelah trilogi The Lord of the Rings buatannya untung 2,9 miliar dollar dari seluruh dunia, kesempatan buat mewujudkan impian masa kecil jadi kenyataan. Jackson mengembalikan semangat film aslinya—dengan permak sana-sini seputar teknologi komputer, tentunya. Kong era 2000-an bukan lagi boneka, robot mekanis, maupun manusia berkostum gorila.

Kong versi Jackson dibuat berdasar gerakan tubuh Andy Serkis, aktor yang menghidupkan Gollum di trilogi Rings. Gerakan tubuhnya dibuat model animasi berbentuk Kong oleh lusinan animator komputer. Serkis sampai ke Rwanda segala meneliti tindak tanduk gorila. Sedangkan, Jackson rela merogoh koceknya sendiri buat menambahi ongkos produksi yang membengkak sampai 207 juta dollar—dari anggaran semula 150 juta dollar. Hm, kayaknya, di tangan Jackson, mengacu pada ucapan mendiang Fay Wray, “Kong ada di tangan yang tepat.” *** bahan dihimpun dari berbagai sumber
Dimuat BINTANG INDONESIA edisi 767

Wednesday, July 25, 2007

About The Chronicles of Narnia

Menjelajah Semesta Narnia


Dongeng karangan C.S. Lewis, The Chronicles of Narnia: The Lion, The Witch and The Wardrobe diangkat ke layar lebar. Novelnya disebut majalah Time sebagai salah satu dari 100 novel terbaik abad 20. Di Barat sana, novel keluaran 1950 itu telah memikat jutaan pembaca. Sayang, di sini masih kalah populer dengan Harry Potter. Benarkah kisahnya membawa nilai-nilai Kristiani?


Oleh Ade Irwansyah


Dulu ada kakak beradik bernama Peter, Susan, Edmund, dan Lucy. Kisah ini bercerita tentang apa yang terjadi waktu mereka dikirim keluar London karena sering terjadi serangan udara di sana (waktu itu Perang Dunia II tengah berlangsung). Mereka tinggal di rumah seorang profesor tua di pedesaan. Suatu ketika, si bungsu Lucy menyelinap sendirian ke sebuah kamar kosong. Di kamar itu cuma ada lemari pakaian besar. Lucy tergerak buat mencari tahu apa yang ada dalam lemari. Ia masuk ke dalam dan membiarkan pintunya terbuka—karena ia tahu sungguh bodoh jika membiarkan dirinya sampai berada dalam lemari tertutup, apalagi sampai terkunci di dalamnya.


Semula Lucy cuma merasakan mantel-mantel bulu, semakin jauh melangkah ia tercekat. Terasa ada yang berderak karena terinjak kakinya. Dia kemudian membungkuk dan meraba ke bawah kakinya. Ternyata tangannya tak menyentuh dasar lemari kayu yang keras, melainkan sesuatu yang lembut, seperti bubuk, dan terasa sangat dingin. “Aneh sekali,” katanya dalam hati. Sejenak kemudian Lucy menyadari bahwa yang membelai wajah dan tangannya bukan lagi bulu-bulu mantel yang halus, melainkan sesuatu yang keras dan kasar, bahkan rasanya berujung tajam. “Lho, seperti ranting pohon!” seru Lucy.


Kemudian tampak olehnya seberkas cahaya di depan. Bukan hanya beberapa sentimeter di hadapannya sebagaimana seharusnya ia berada di dinding lemari, akan tetapi nun di kejauhan sana. Sesuatu yang dingin dan lembut menimpanya. Sesaat kemudian baru Lucy menyadari bahwa ia kini berada di tengah sebuah hutan, di malam hari. Kakinya menginjak es, sementara butiran salju terus berjatuhan di sekelilingnya.


Demikian C.S. Lewis melukiskan saat Lucy pertama kali tiba di Narnia—negeri dongeng rekaannya, tempat yang diselimuti salju musim dingin selama seratus tahun namun Natal tak pernah datang karena kutukan Penyihir Putih. Dongeng itu lahir di masa Perang Dunia II. Kala itu, banyak anak-anak London dikirim keluar kota oleh orangtuanya buat menghindari serangan udara Nazi Jerman yang semakin mengganas. Di antara anak-anak itu ada 4 orang anak yang dikirim buat tinggal bersama Lewis di Kilns, wilayah pedesaan luar kota London. Lantaran terkesan pada daya khayal tamu-tamu kecilnya, Lewis yang profesor sastra di universitas Oxford (di sana Lewis berteman dengan JRR Tolkien, pengarang The Lord of the Rings) tergerak buat menulis kisah tentang 4 orang anak—waktu itu ia menamai mereka Ann, Martin, Rose, dan Peter—yang dikirim orangtuanya buat tinggal bersama seorang profesor tua.


Kala itu Lewis yang akrab disapa Jack cuma menulis kalimat pembuka di atas. Beberapa tahun kemudian ia kembali lagi menengok kisah itu. Tulisnya, anak-anak itu (ia mengganti nama mereka jadi Peter, Susan, Edmund, dan Lucy) menemukan jalan menuju dunia lain—dunia yang dinamainya Narnia. Syahdan, kisah petualangan 4 kakak beradik keluarga Pevensie itu dibukukan pada 1950 dengan judul The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe dengan tambahan ilustrasi Pauline Baynes. Kemudian kisah dari negeri Narnia berlanjut jadi 6 buku lain, yakni: The Magician’s Nephew, The Horse and His Boy, Prince Caspian, The Voyage of the Dawn Treader, The Silver Chair, dan The Last Battle.


Kalah pamor dari Harry Potter?

Di barat sana, kisah dari negeri Narnia telah memikat jutaan anak-anak. Majalah People menyebut novel-novel kisah negeri Narnia laku 85 juta kopi di seluruh dunia. Sedangkan situs majalah Time menyebut The Lion, the Witch, and the Wardrobe di daftar 100 novel terbaik abad 20. Konon pula, JK Rowling sang pengarang kisah Harry Potter mengail ide dari Lewis. Rowling tak menampik ketika kecil getol membaca cerita-cerita fantasi, termasuk karya Lewis. The Lion... buku favorit Rowling dari seluruh kisah negeri Narnia.


Akan tetapi, nama Lewis kalah pamor buat pembaca sini dibanding Rowling. Kalau buku-buku terjemahan Harry Potter sudah dicetak belasan kali setiap edisi, buku terjemahan Lewis yang diterbitkan Gramedia (penerbit sama dengan kisah Harry Potter) baru masuk cetakan kedua. Itu artinya, kalau sekali cetak rata-rata berjumlah 3 ribu buku, totalnya baru 6 ribu yang dicetak. Padahal, Lewis sudah lebih dulu menyapa pembaca Indonesia ketimbang Rowling. Asal tahu saja, buku terjemahan Harry Potter pertama, Harry Potter dan Batu Bertuah pertama kali diterbitkan 2000 lalu. Sedangkan kisah negeri Narnia pernah diterbitkan lengkap oleh penerbit Dian Rakyat pada 1992. Bisa jadi, waktu itu tak banyak orang tahu siapa C.S. Lewis, pengarangnya. Nah, seiring seri pertama Narnia difilmkan tahun ini, Gramedia menerbitkan lagi ketujuh seri itu lengkap.


Kisah dongeng dari negeri Narnia ditujukan buat pembaca anak-anak. Lantaran ditujukan buat pembaca cilik, kisah Narnia dibuat Lewis amat sederhana. Makanya, novel Narnia lebih tipis. Versi filmnya yang tengah di putar pun ditujukan buat anak-anak. Maaf saja, kalau ingin melihat keganasan makhluk semisal Orc atau troll sebaiknya menonton trilogi Lord of the Rings saja. Jangankan ada adegan kepala putus diterjang gada, seberkas darah muncrat pun tak nampak di layar yang cerah ceria—bukan gelap kelam. Bahkan, sebenarnya, sang sutradara Andrew Adamson terbilang menambahi adegan peperangan di film ini buat kepentingan cerita biar tambah seru ditonton. Sebab, di novelnya adegan peperangan cuma disinggung sedikit sekali.


Seperti halnya Lord of the Rings, kisah pertama dongeng Narnia yang diangkat ke layar lebar ini, The Lion... mengambil lokasi syuting di Selandia Baru. Di sana, Adamson membangun ulang dunia Narnia dalam hutan buatan seluas lapangan bola plus animasi komputer buat menghidupkan makhluk fantasi semisal faun, unikorn, centaur, atau Aslan sang singa perkasa penguasa Narnia.


Saat mengambil gambar Georgia Henley, pemeran Lucy, masuk ke negeri Narnia pertama kali, Georgia ingat betul kalau dibimbing selangkah demi selangkah menuju Kelly Park, sebuah kebun raya di Selandia Baru tempat hutan buatan Narnia dibuat. “Mata saya ditutup, dan begitu dibuka, saya sangat terkesan,” kata Georgia. “Jadi, reaksi Lucy waktu pertama kali masuk Narnia benar-benar reaksi saya sendiri.”


Georgia tak sendirian dipenuhi kesan. “Pembuatan film ini sendiri mirip perjalanan lewat lemari menuju dunia baru,” komentar Anna Popplewell, pemeran Susan. “Pergi melanglang buana ke negeri yang jauh, melakukan hal-hal aneh. Sangat menggembirakan, sekaligus sedikit menakutkan,” tambah William Mosley, pemeran Peter, saudara kandung Susan. “Kami (berempat) merasa seperti kakak beradik benaran. Kami jadi merasa dekat.”


Buat Adamson yang menyutradarainya, syuting The Lion... merupakan langkah besar buat kariernya. Adamson baru berpengalaman membuat dua film panjang, Shrek dan lanjutannya, Shrek 2. Dua film itu total dibuatnya di alam maya lantaran semuanya animasi komputer. “Di film animasi, sebagai sutradara, harus memikirkan semuanya,” catat Adamson, “Sutradara harus memikirkan kedipan, debu, atau hujan yang mesti turun. Sedang di film hidup semua hal itu bisa didapat gratis,” lanjutnya lagi menjelaskan.



Adamson menjelaskan pula butuh waktu 2,5 tahun buat menghidupkan Aslan sang singa lewat rekaan komputer. “Saya ingin Aslan benar-benar terlihat nyata secara fisik, hingga penonton betul-betul percaya kalau tokoh itu memang ada. Penonton menerimanya sebagaimana adanya, kehadirannya di layar jadi sangat terasa,” jelasnya.


Namun, punya singa rekaan komputer bertampang asli saja baru setengah memenangi pertarungan. Aslan juga butuh suara kuat buat mendukung tampangnya. Pilihan Adamson jatuh pada aktor Liam Neeson (Schindler’s List, Batman Begins, Kingdom of Heaven). “Liam sendiri yang minta peran itu. Dia datang dan menawarkan diri buat membaca naskah di depan saya. Tapi mendengarkan suaranya di telepon saja, saya sudah merasakan gema, kehangatan yang benar-benar cocok buat mengisi suara Aslan,” kata Adamson penuh kesan.


Nilai Kristiani dalam dongeng Narnia
Adamson berhasil membuat dongeng Narnia jadi lebih hidup. Hal ini sudah diwanti-wanti produsernya, Mark Johnson. Sejak jauh hari Johnson sudah diperingati fans berat C.S. Lewis. Katanya, “Saya nggak bisa bilang berapa orang yang berkata, ‘Jangan kacaukan kisahnya!’” Buat banyak orang kisah negeri Narnia tak sekadar dongeng belaka. Kisah itu bisa dibaca sebagai cerita yang mengusung moralitas Kristiani. Tokoh Aslan misalnya, sering dibilang perwujudan Yesus di Narnia. Aslan yang rela berkorban buat dosa orang lain, lalu dibangkitkan mirip dengan kisah Yesus. Apalagi bila menilik satu bagian dari buku The Voyage of the Dawn Treader. Di situ, Aslan berujar pada Lucy dan Edmund kalau keduanya bakal bertemu dengannya di dunia kita. “Tapi di sana aku punya nama lain. Kalian harus belajar mengenalku dengan nama itu,” kata Aslan. Nah, banyak orang yang menganggap nama lain yang dimaksud itu Yesus.


Namun, di mata pembuat filmnya, kisah Narnia tak ditujukan buat penonton Kristen saja. “Kami ingin filmnya ditonton sebanyak mungkin orang dari beragam latar belakang (agama),” catat Dennis Rice, petinggi humas Disney, studio film yang bareng Walden Media mengeluarkan kocek 150 juta dolar buat menghidupkan dongeng Narnia. “Saya juga tak memikirkan aspek religius dari kisahnya,” timpal Adamson, “Memang, C.S. Lewis membuat kisah perumpamaan dari agama yang dipercayainya, dan banyak orang yang menangkap pesannya ... kami hanya membuat film sesuai bukunya. Jadi, kalau menemukan pesan agama di bukunya, semoga menemukannya juga di film,” kata Adamson lagi.


Well, kisah Narnia terbuka buat dibaca siapa saja dari kalangan agama manapun. Sebab, seperti dikutip Time, Lewis menulis dongeng Narnia dengan ketajaman buat merekam bayangan gelap jiwa, dosa, dan nafsu manusia. Dan pembaca dari agama manapun, tulis Time lagi, bakal terpukau pada kepiawaian Lewis menyajikan daya khayal fantasinya. Silakan buktikan sendiri dengan membaca lengkap dongeng dari negeri Narnia. *** Bahan dihimpun dari berbagai sumber
Dimuat BINTANG INDONESIA edisi 765.

Tuesday, July 24, 2007

Konflik di tubuh PARSI

Organisasi Papan Nama Itu Bernama PARSI

Bagaimana kemelut di tubuh PARSI bermula dan memuncak?

Oleh Ade Irwansyah

Sebuah kemeriahan berlangsung di Palembang, Sumatera Selatan, 30 November 2004. Sejumlah artis dari Jakarta datang ke Palembang dalam rangka menyambut Festival Film Indonesia (FFI) yang akan digelar Desember tahun itu. Dalam rombongan artis itu ada Anwar Fuady, Dwi Yan, Pungky Suwito, Yati Octavia, Anya Dwinov, Helmalia Putri, Marcella Zalianty, Olivia Zalianty, Happy Salma, Silvana Herman, Helmi Yahya, Emma Waroka, dan Syailendra. Mereka mengadakan road show alias pawai artis mengkampanyekan FFI yang kembali digelar setelah bertahun-tahun vakum. Malamnya, diadakan acara makan malam bersama walikota Palembang Eddie Santana di Hotel Aston. Malam itu tak ada yang istimewa. “Hanya ada pidato-pidato pejabat soal ide-ide kesenian di Palembang,” kata David Pranata Boer saat bercerita kembali, Rabu (1/2) siang pada Bintang.

Namun kemudian, acara kumpul-kumpul itu ditasbihkan sebagai hari jadi PARSI cabang Sumatera Selatan. Padahal, “Nggak ada omong-omong kalau malam itu kami dirikan PARSI Sumatera Selatan,” bilang David. Sekonyong-konyong, sejak saat itu lahir PARSI di Palembang. Anwar Fuady, sang ketua umum PARSI, menunjuk Martha sebagai ketua PARSI Sumatera Selatan. David sendiri diminta Anwar buat jadi salah satu pengurus. “Pak Martha itu teman sekolah Pak Anwar Fuady. Sampai sekarang ia masih mengurus PARSI di sana,” buka David. Kampung halaman Anwar di Sumatera Selatan. Ia pernah mencalonkan diri jadi gubernur provinsi itu, tapi gagal.

Syahdan, Sumatera Selatan jadi cabang kesekian dari PARSI yang berpusat di Jakarta. Sebelumnya, PARSI sudah punya cabang di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan kemudian Bali. Setelah Anwar menunjuk Martha jadi ketua Parsi di Palembang tak pernah ada rapat buat menghimpun pelaku seni di Palembang. Belakangan, pertengahan Juni tahun lalu, PARSI pusat mengundang PARSI daerah—termasuk Sumatera Selatan—buat hadir dalam Musyawarah Besar (mubes). PARSI Sumatera Selatan mengirim 20-an orang delegasi ke Jakarta. Di Ibu Kota, mereka hura-hura. Sebelum ikut mubes wakil PARSI daerah tampil di teve ikut kuis Siapa Berani di Indosiar. “Kami dua kali ikut kuis itu,” katanya.

David menyebut undangan buat mubes PARSI tempo hari mirip undangan makan siang. Sekadar kumpul-kumpul, kongko-konko, tapa kelengkapan administrasi apa pun. Saat mubes yang berlangsung 21 Juni tahun lalu itu (bukan 22 Juni seperti ditulis Bintang edisi 771), cerita David, dipertanyakan keabsahan keanggotaan PARSI. Rupanya, tak seorang pun memegang kartu anggota sebagai penanda anggota PARSI—tak juga Anwar dan pengurus lain. Mubes mendadak kisruh. Roy Marten, seorang pengurus PARSI, ditunjuk jadi ketua care taker buat membenahi PARSI. David ditunjuk jadi wakilnya. Belakangan, di PARSI Sumatera Selatan, beber David, ada rapat buat menyingkirkan dirinya dari kepengurusan PARSI di sana. “Mungkin saya dianggap orangnya Roy,” kata David.

Sejarah Dibalik Berdirinya PARSI
Sekelumit kisah PARSI di Sumatera Selatan itu rasanya cukup buat menggambarkan carut-marut organisasi yang dipimpin Anwar Fuady ini. Padahal, saat dibentuk 19 Juli 1998, PARSI punya tujuan mulia mengayomi pesinetron tanah air. Kala itu, pelaku hiburan—khususnya film—sedang patah hati dengan organisasi Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) yang lebih sering berebut kursi ketua ketimbang mengurus anggotanya. Di lain pihak, industri film tengah lesu saat itu. Yang booming justru tayangan sinetron. “Lalu teman-teman ingin ada semacam wadah profesi sebagai alat perjuangan,” kata Roy Marten. Ia dihubungi buat menggagas oganisasi itu. “Saya menolak,” katanya, “Karena saya tahu, organisasi buat seniman itu hampir mustahil bisa digunakan sebagai alat perjuangan (buat anggotanya).” Namun, Roy didesak terus buat membentuk organisasi itu. Akhirnya ia setuju. “Saya setuju dengan catatan bahwa artis sinetron yang tua-tua, termasuk saya, idak ikut dalam kepengurusan,” ujar Roy, “Saya bilang, ‘Kami yang tua-tua ini sudah terkontaminasi. Biarkan anak-anak muda yang memimpin.’”

Keinginan Roy itu disetujui. Namun, ia melihat keraguan dari para pesinetron muda buat memimpin organisasi. Kemudian, cerita Roy, Anwar Fuady meneleponnya. “Pagi-pagi dia telepon saya,” ungkapnya, “Dia ingin sekali jadi ketua PARSI. Saya tolak. Karena komitmen awalnnya yang tua tak ikut dalam kepengurusan.” Namun Anwar memohon pada Roy. “Dia bilang, ‘Roy, angkat saya satu hari saja sebagai ketua PARSI. Besoknya dipecat terserah. Yang penting saya pernah jadi ketua PARSI,’” ujar Roy menirukan ucapan Anwar saat itu.

Roy mengabulkan permintaan Anwar. Ia berujar merekayasa supaya Anwar terpilih jadi ketua umum PARSI. “Anak-anak muda saya takut-takuti. Saya bilang, ‘Ketua umum PARSI berkewajiban menyediakan ruang untuk kantor dan 6 bulan gaji karyawan,’” ungkap Roy. Tak ada pesinetron muda yang berani mengajukan diri. “Akhirnya semua memilih Anwar,” kata Roy. “Saya menyesal dan merasa bersalah atas terpilihnya Anwar.”

Setelah jadi ketua umum, Anwar malah sering tampil one man show. Hingga 7 tahun berdiri PARSI tak kunjung punya kartu anggota buat pesinetron. Hal ini membuat keabsahan PARSI dipertanyakan. Dalam sebuah jumpa pers dua pekan lalu, Roy berujar, “PARSI itu organisasi papan nama. Karena tak punya anggota satu orang pun.” ***


PARSI, Masihkah Diperlukan?

Oleh Ade Irwansyah

Di depan sebuah ruangan di Gedung Film, Jakarta, Kamis (2/2) sore kemarin, sekumpulan remaja berkumpul. Ada yang komat-kamit merapal dialog; ada pula yang kongko-kongko ngalor-ngidul. Mereka murid-murid sekolah akting di PARSI Cinema College (PCC) yang siap dikasting sang guru akting mereka, pesinetron Derry Drajad. Usai maghrib, mereka digring masuk ruangan, dipanggil satu-persatu. Menyaksikan keseriusan mereka, terlihat bahwa seakan mereka tak peduli kalau PARSI—organisasi yang mempunyai sekolah tempat mereka menimba ilmu akting—sedang punya masalah. “Sehari-hari di sini berjalan seperti biasa,” bilang Derry pada Bintang yang datang bertandang.

Murid-murid sekolah akting itu berharap banyak dari PCC. Mereka tengah berusaha mewujudkan mimpi jadi pemain sinetron. Buat mereka, PARSI yang mendirikan PCC seakan membuka jalan buat mewujudkan angan-angan itu. Untuk bersekolah di PCC dibutuhkan dana tak sedikit. Untuk setiap angkatan, dipungut biaya 4 juta rupiah per murid. Uang sebanyak itu bisa dicicil dalam 3 kali pembayaran. Walau menetapkan uang sejumlah itu buat yang ingin kursus akting, kata Derry, PCC diminati banyak orang. “Kami bisa saja naikkan tarif jadi 6 juta rupiah dan orang tetap datang,” katanya. “Kami juga bisa menerima sebanyak mungkin orang. Tapi itu tak kami lakukan. Setiap angkatan kami cuma terima sekitar 20 orang,” bilang Derry yang juga menjabat direktur PCC.

PCC seakan jadi bukti nyata kontribusi PARSI buat persinetronan negeri ini. Di luar itu, sorry to say, kontribusi PARSI nyaris nihil. Selain acara-acara amal anu, kampanye keprihatinan ini-itu, berkunjung ke pejabat sana-sini, PARSI sebatas melakukan kegiatan seremonial belaka.

Dalam setiap acara seremonial itu biasanya Anwar Fuady, sang ketua umum, menelepon artis satu persatu bila esok hari atau beberapa hari lagi bakal ada acara yang mengatasnamakan PARSI. Pesinetron Ozy Syahputra termasuk yang beberapa kali ikut acara-acara PARSI. “Saya ditelepon langsung Bang Anwar,” kata Ozy, “Kalau kebetulan tak ada acara saya datang, kalau lagi syuting ya tidak.” Selain Ozy, pesinetron muda Raffi Ahmad juga sering ikutan acara PARSI.
Kalau ikut acara PARSI begitu, aku Raffi, ia diberi uang sekadarnya. “Itu uang transport,” katanya tanpa merinci berapa besaran uang yang ia dapat. “Soalnya saya selalu minta uangnya ditransfer saja lewat rekening bank yang saya beri,” kata Raffi. Soal bagi-bagi uang itu dibenarkan Derry yang juga pengurus PARSI. “Selama ini tak ada komplain dari artis-artis yang ikut acara PARSI,” bilang Derry.

PARSI di mata pesinetron muda
Lantas, apa cuma itu saja manfaat ikut PARSI? Buat Cut Keke, kehadiran PARSI tak memberi manfaat buat kemajuan kariernya. Beda dengan PARFI—Persautuan Artis Film Indonesia. Ia ingat betul, saat PARFI belum dilanda konflik intern, organisasi itu punya kepedulian pada artis yang jadi anggotanya. ‘Dulu, jaman PARFI belum seperti sekarang sejak terjadinya konflik, artis film terkoordinir rapi. Job juga dibagi merata, karena dikoordinir PARFI dengan persentase penghasilan.” Selain itu, “Jika anggotanya bermasalahpun dibantu. Bahkan dulu tidak sembarang orang bisa jadi artis sinetron.”

Sebenarnya, jika menilik AD/ART tak sembarang orang pula bisa jadi anggota PARSI. Dalam Bab II pasal 3 Anggaran Rumah Tangga PARSI disebutkan kalau syarat jadi anggota PARSI mesti sudah bermain sinetron dan diketahui publik serta direkomendasikan oleh sekurang-kurangnya 3 anggota dewan pengurus. Namun demikian, justru tak banyak artis sinetron yang ingin jadi anggota PARSI dalam arti membuat kartu anggota.

Raffi Ahmad, misalnya, pernah dikirimi formulir biodata yang dikeluarkan PARSI buat diisi. “Tapi karena sibuk saya belum mengisi dan mengembalikannya berikut foto saya,” kata Raffi. Buat mendaftar jadi anggota PARSI, Rafi tak dipungut biaya. “Buat iuran wajib bulanan atau yang lainnya pun tak pernah diminta,” bilang Raffi lagi. Sementara itu, pesinetron muda lainnya Ardina Rasty justru tak pernah ditawari jadi anggota PARSI. ‘Jujur saja saya tak pernah ditawari,” kata Rasty, sapaannya. Padahal, setahunya, ibunya Erna Santoso pernah aktif di PARSI maupun PARFI dulu. ‘Memang saya pernah dengar soal PARSI. Tapi waktu itu saya belum nyemplung di dunia hiburan. Jadi, nggak mau tahu lebih lanjut,” katanya. Lalu, bagaimana sekarang setelah ia berkali-kali main sinetron? “Begitu juga sekarang. Saya nggak mau ikut. Nggak tahu kenapa. Kalau ada kegiatan PARSI saya juga nggak pernah dihubungi.”

Pesinetron lain Alexandra Gottardo juga tak pernah ditawari bergabung ke PARSI. Ia malah mengaku nggak tahu-menahu soal PARSI. “Apalagi ditawari jadi anggotanya, tidak pernah,” aku Xandra, sapaannya. Buat dia, lebih enak tak ikut-ikutan organisasi macam begitu.

Sementara itu, Ririn Dwi Aryanti, pemeran Cinta di serial Ada Apa dengan Cinta? (AAdC?) tahu soal keberadaan PARSI. “Tapi hanya selintas, nggak mendalam,” katanya. Ia mengaku tak tertarik buat bergabung jadi anggota PARSI. “Soalnya teman-teman saya yang lain, terutama dari AAdC?, yang saya tahu nggak ada yang jadi anggota PARSI,” bilang Ririn.

Nia Ramadhani tergolong artis sinetron yang beberapa kali diundang buat acara-acara PARSI. Tapi ia tak pernah datang memenuhi undangan. “Belum diijinkan orangtua,” katanya. Orangtua Nia beralasan, ia masih terlalu muda buat aktif berorganisasi. “Jadi saya nggak tahu apa-apa soal PARSI,” bilangnya. “Yang penting job lancar.”

Buat artis, berorganisasi bisa jadi bukan prioritas utama. Hal ini, karenanya, seperti diungkap Derry Drajad, mengelola organisasi keartisan itu tak mudah. Sebab, “Artis itu tak penah ada di rumah. Pergi pagi, pulang malam,” kata Derry. Hingga, mengumpulkan artis itu dalam satu tempat itu sulit.

Geliat PARSI daerah
Well, walau sulit mengajak artis di Jakarta buat berhimpun dalam PARSI, nyatanya organisasi itu sudah membuka cabang di sejumlah provinsi. PARSI sudah ada di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, hingga Bali. Daerah menyambut antusias pendirian PARSI di sana. PARSI Jatim yang didirikan 26 Oktober 2002, berpusat di Surabaya, tergolong paling aktif. Di Surabaya, PARSI Jatim sudah membuka kursus akting semacam di Jakarta. Lulusan kursus akting PARSI Jatim diajak main sinetron yang tayang di teve lokal sana, JTV. PARSI Jatim sudah terlibat dalam pembuatan sinetron antara lain: Kidung Kya-kya, Dolly Wood, Kembang Kuning, Opera Dar Der Dor, Cafe Tunjungan, Gatot Kaca, dan Ketupat Gaul.

Kata Ellen Sumawati, bendahara umum PARSI Jatim, PARSI di sana didirikan dengan harapan buat mengangkat talenta-talenta akting dari Jatim. Ia bilang, PARSI Jatim sering aktif bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jatim maupun Pemerentah Daerah Kota Surabaya. “Kami sering bekerjasama melakukan aksi sosial,” katanya.

Bukan cuma itu saja. Bila PARSI pusat tak kunjung membuat kartu anggota buat anggotanya, PARSI Jatim selangkah lebih maju berinisiatif menerbitkan kartu anggota sendiri. Buat dapat kartu anggota itu murah saja. “Cuma membayar biaya pembuatan kartu 5 ribu rupiah,” bilang Ellen. Buat mendapatkannya tak sulit. Cukup ikut kursus akting PARSI Jatim, lalu ikut main sinetron yang dibuat PARSI buat teve sana, bisa membayar kartu anggota berbentuk mirip kartu kredit. “Sekarang anggota PARSI Jatim ada lebih dari 200 orang,” sebut Ellen. Dari PARSI pusat sendiri, aku Ellen, belum dapat kartu anggota.

Ellen mengungkapkan keprihatinannya melihat konflik di PARSI pusat. “Mesimya yang di pusat memberi contoh bagaimana berorganisasi,” kata Ellen. Sejauh ini, Ellen sudah merasakan manfaat PARSI daerah. Ia bilang, sudah ada 3 orang anggota PARSI Jatim yang terorbit jadi artis main sinetron di Jakarta (sayang Ellen tak ingat nama ketiga orang itu). Ia masih memerlukan uluran tangan perhatian PARSI pusat. Perhatian itu tak berwujud dalam bentuk uang. “Selama ini saya tak pernah mendapat bantuan uang dari PARSI pusat,” kata Ellen yang sehari-hari bekerja sebagai notaris di Surabaya. PARSI Jatim sendiri tak berkewajiban menyetor uang ke pusat. Bantuan itu, kata Ellen, lebih pada membuka jalan agar lebih banyak pesinetron Jatim berkesempatan main sinetron di Jakarta.

Harapan senada juga diutarakan pengurus inti PARSI Sumatera Barat. Kata ketua umum PARSI Sumbar, Am Tris, daerahnya minim perhatian PARSI pusat. Selama ini, katanya, PARSI Sumbar nyaris tak pernah tersentuh kegiatan PARSI pusat. “Padahal daerah kami punya potensi,” kata Tris yakin. Ia udah mengirim data berupa anggota PARSI Sumbar untuk dibuatkan kartu anggota oleh pusat tapi tak kunjung ditanggapi. Permintaan kurikulum buat membuka kursus akting pun tak dipenuhi. Setengah frustasi, Am Tris berujar, “Kalau begini mending tak perlu ada PARSI di sini,” katanya. Tapi ia buru-buru melanjutkan, kalau ia masib berniat membesarkan PARSI Sumbar. Katanya, PARSI Sumbar didirikan sejak 2 Juni 2002, dan pengurusnya dilantik di hadapan gubernur dan walikota.

Ungkapan PARSI sebaiknya dibubarkan saja justru datang dati pusat. Saat dimintai komentar oleh Bintang, pesinetron senior Dwi Yan berujar dengan tegas, “Bubarkan saja PARSI!” Baginya, PARSI bukan badan hukum, melainkan paguyuban. PARSI, katanya lagi, juga belum didaftarkan di departemen hukum buat dapat hak paten. ‘Jadi gampang saja kalau ingin membubarkan PARSI,” katanya. “Tinggal kumpulkan para pendirinya. Adakan voting, lalu putuskan apa PARSI perlu diteruskan atau dibubarkan.”

Lantas, adakah manfaat PARSI buat Dwi Yan selama ini? “Buat saya nggak ada. Kalau cuma kumpul-kumpul mending kita berteman saja. Kerjanya apa nggak jelas. Programnya apa saja, saya juga tak tahu,” jawab Dwi. Menurutnya, “Mestinya PARSI meberi manfaat buat anggotanya.” *** dibantu laporan Guritno dan Indra Kurniawan

Menelusuri Uang Rp. 900 Juta Sisa Pembuatan Sinetron Kutemukan Cinta

Oleh Ade Irwansyah

Naskah setebal 8 halaman itu belum sempat dibacakan, 22 Juni tahun lalu. Hari itu, PARSI yang membawahi pesinetron tanah air tengah melangsungkan musyawarah besar yang kedua. Dalam agenda acara, sekitar pukul 12 siang, mestinya sang ketua umum PARSI, Anwar Fuady membacakan laporan pertanggungjawaban yang ia buat. Namun, sebelum laporan itu dibacakan, rapat keburu deadlock alias buntu. Kekisruhan terjadi. Dengan serta merta, ribut-ribut macam sidang anggota DPR di Senayan pindah ke Gedung Film di Jalan MT Haryono.

Dalam naskah laporan itu, Anwar menulis kalau PARSI sudah bekerjasama dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah memproduksi sinetron Ku Temukan Cinta sebanyak 16 episode dan telah diputar di TVRI. Sinetron itu diproduksi 2003 lalu. Dalam laporannya, Anwar menulis, “Di samping itu, dari hasil produksi (sinetron) telah memberikan kotribusi pada Kas PARSI dan Kas Parsi Cinema College (sekolah akting PARSI) serta sejumlah peralatan syuting.”

Belakangan, produksi sinetron itu menimbulkan masalah. Roy Marten membeberkan kalau PARSI dapat kucuran dana 2,6 miliar rupiah dari Menteri Koperasi dan UKM saat itu Alimarwan Hanan. Kata Roy, dari uang yang dipakai masih tersisa 900 juta rupiah. Benarkah klaim Roy? Anwar menyebut kalau sisa pembuatan sinetron sudah masuk ke kas PARSI. Sementara itu, dalam laporan keuangan yang ditandatangani Anwar dan Mediana Hutomo, selaku bandahara umum, sisa pembuatan sinetron itu bukanlah 900 juta rupiah—tapi 90 juta rupiah. Kemana sisanya?

Kata Misye Arsita, selaku bendahara PARSI, sisa pembuatan sinetron Kutemukan Cinta hanya 110 juta. “Yang dua puluh juta buat membayar honor pemain dan kru, sedang sisanya masuk kas PARSI,” katanya. Sementara itu, kata Mediana, apa yang ditulisnya di laporan keuangan memang sejumlah itu. “Kalau saya terima sejumlah itu ya saya tulis sejumlah itu saja,” ujarnya.

Baik Mediana dan Misye menyebut kalau untuk proyek Kutemukan Cinta ada panitianya sendiri. “Ada project officer di luar pengurus PARSI,” kata Misye. Di antaranya ada Yudhi Surya dan Eddie Riwanto, mantan direktur sekolah akting PARSI.

Namun, saat ditanya pada Eddie, Kamis (2/2) malam, ia mengaku tak dilibatkan dalam proyek sinetron itu. “Saya dilibatkan hanya sebatas direktur PARSI Cinema College (nama sekolah akting PARSI),” katanya. Ia tak tahu menahu aliran dana dai kementerian koperasi ke PARSI. Kala itu, katanya, murid-murid PCCdilibatkan dalam syuting sinetron. “Cuma sebatas itu. Saya cuma pajang nama di situ,” ujar Eddie.

Mantan orang yang mengurusi sinetron itu lainnya, Yudhi Surya berujar kalau semua laporan menyangkut pembuatan sinetron itu sudah dilaporkan ke Anwar selaku ketua umum. “Semua datanya sudah ada di PARSI,” bilangnya. Ia membenarkan kalau kelebihan dana pembuatan itu sudah dibelikan kamera, tripod, dan teve.

Pertanyaannya kemudian, berapa sebenarnya yang diterima PARSI dari kementerian Koperasi dan UKM? Derry Drajad yang jadi bintang utama sinetron itu berkata, tak yakin kalau kelebihan dana yang ada sampai 900 juta rupiah. “Saya nggak yakin sampai sebesar itu,” katanya.

Anwar menanggapi tuduhan miring padanya dengan berapi-api. “Saya terima dengan lapang dada, tapi silakan buktikan kebenarannya,” kata Anwar. Well, rasanya mesti ada yang bertindak soal penyelewengan dana ini. Siapa yang berbohong harus segera diungkap. Pihak berwajib mesti segera menyongsong bola melakukan penyelidikan. *** dibantu laporan Guritno
Dimuat BINTANG INDONESIA edisi 772

Monday, July 23, 2007

Republik BBM ke Istana BBM dan Republik Mimpi Newsdotcom

Hikayat Republik BBM

Oleh Ade Irwansyah

Menyusuri kisah bagaimana Republik BBM bubar, lalu jadi Istana BBM dan Republik Mimpi.

Seorang pria terduduk menyaksikan layar teve plasma di sebuah ruang sempit tapi tertata mewah. Dua set sofa empuk dijejer rapi. Sebuah set kopi dengan sejumlah gelas, lengkap dengan gula, tertata di meja siap buat diteguk. Dalam ruang itu juga ada toilet. Di salah satu sudut dinding ada lukisan potret Surya Paloh, bos Media Grup, perusahaan induk Metro TV. Seorang pelayan siap datang bila dipanggil. Ruangan itu bukan terletak di dalam hotel, melainkan ruang tunggu VIP di Metro TV. Malam itu, Senin pekan silam, jadi hari penting bagi pria itu. Ia berdandan rapi. Jas hitam, lengkap dengan dasi, sudah ia sandang. Sebuah peci hitam menutupi bagian atas kepalanya. Sementara itu, segaris kumis tipis buatan dari riasan make-up makin mencirikan sosoknya. Anda salah kalau mengira pria itu Jusuf Kalla, wakil presiden kita. Pria itu, Ucup Kelik memang kerap meniru lagak bicara Jusuff Kalla. Yang membedakan, Kelik tak sedang berada di Indosiar, tempatnya dulu mengisi acara Republik BBM (Benar-benar Mabok) dengan menyandang sebutan wapres. Ia justru ada di Metro TV, mengisi acara baru Newsdotcom dengan bendera Republik Mimpi.

Senin malam kemarin kali pertama Newsdotcom mengudara. Rasanya, hari itu juga ditasbihkan jadi hari lahir Republik Mimpi. Ibarat negeri ini yang merayakan hari lahir saban 17 Agustus, Republik Mimpi bakal merayakannya setiap 14 Agustus. Kelahiran Republik Mimpi juga mengakhiri spekulasi beberapa pekan tentang bagaimana nasib Republik BBM selepas absen saat Piala Dunia kemarin. Sementara itu, di Indosiar sendiri, Republik BBM telah berganti format. Jam tayang yang biasa diisi Republik BBM, setiap Senin malam, diisi Istana BBM.

Republik BBM aslinya berformat talk show komedi. Isinya seputar isu sosial-politik yang tengah jadi pembicaraan. Dalam balutan dagelan Republik BBM diandaikan sebuah negera tetangga Indonesia. Taufik Savalas yang bergaya mirip Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didapuk jadi presiden, sedang Kelik yang mirip Wapres Jusuf Kalla jadi wapres. Sejak tayang akhir Desember kemarin, Republik BBM menyita perhatian. Banyak yang senang dengan dagelan a la republik antah-berantah ini. Berkat kepopuleran acara ini, Taufik dan Kelik dipanggil presiden dan wapres.

Syahdan, kepopuleran Republik BBM tak selamanya berbuntut manis. Sekitar April 2006 muncul isu kalau Republik BBM terancam “dikudeta” alias berhenti tayang. Alasannya, berembus kabar Wapres Jusuf Kalla tak berkenan dengan acara itu. Hal itu bermula dari pertemuan para pemilik stasiun teve di kediaman Wapres Kalla pada 7 April silam. Dalam pertemuan itu ada dua pemilik stasiun teve yang mengatakan, Republik BBM “mengerikan dan tak sesuai dengan budaya Indonesia.” Namun, kabar itu dibantah Wapres Kalla sendiri. Pada sebuah kesempatan ia membenarkan ada pertemuan dengan para pemilik stasiun teve. Hanya saja, ia menyebutkan “Republik BBM tak pernah disinggung secara spesifik.”

Akhirnya, Republik BBM tak jadi berhenti tayang. Pada awal Mei, pengisi acara dan kru Republik BBM malah berkesempatan bertatap muka dengan Wapres Kalla. Kendati begitu bukan berarti masalah yang menderanya usai. Sejak terancam “dikudeta” tempo hari muncul kegelisahan dari pengelola Indosiar. “Mereka mempersoalkan isi materinya,” bilang Bintang Aryadi, koordinator kru kreatif Republik BBM. “Supaya lebih menghibur lagi, maka mereka minta guyonannya diperbanyak.” Materi politik diminta dikurangi lantaran ada pihak tertentu yang merasa tersentuh. “Awalnya masih oke-oke saja,” kata Bintang. Namun, lama-lama Effendi Ghazali, penggagas acara ini yang juga Ketua Asosiasi Pascasarjana Komunikasi Univesitas Indonesia, merasa dibatasi dalam berkreasi. Kala itu Effendi dan timnya merasa Republik BBM lebih banyak guyonnya ketimbang pendidikan politik. “Bahkan mengarah pada komedi slapstick. Kami tak mau itu. Kami ingin membuat (Republik BBM) parodi politik,” jelas Bintang.

Awal perpecahan Republik BBM
Tidak jelas apa alasan Indosiar membatasi tayangan Republik BBM. “Mengapa acara yang bagus, dengan rating tinggi, iklan yang banyak, diubah jadi Istana BBM?” ujar Effendi penuh tanya. Kuat dugaan dagelan politik di acara itu dianggap “membahayakan Indosiar dan pribadi dari direkturnya,” kata sebuah sumber. “Maka, mereka minta (komedi) yang ringan saja. Jangan menyentuh sana, menyentuh sini. Padahal itu jadi tidak sesuai dengan jargon acaranya, 'sentil sana, sentil sini.'” Sekadar informasi, Indosiar lahir dari gurita bisnis Sudono Salim, taipan terbesar di zaman Soeharto yang juga dikenal sebagai kroni pemimpin Orde Baru itu. Dalam situs blog wartawan Andreas Harsono, generasi kedua keluarga Salim, Andree Salim dan Anthony Salim, pada 1999 menjadi pemilik Indosiar. Walau sempat dimiliki oleh berbagai nama perusahaan, keluarga Salim tak pernah melepaskan Indosiar. Hingga, menurut Widiyanto dari sindikasi Pantau, penulis di blog itu, “episode kepemilikan Indosiar adalah episode bisnis Salim.”

Merasa dibatasi Indosiar, pengisi Republik BBM yang tak setuju mulai mangkir. Sekali waktu Kelik tak muncul. Kali lain Effendi yang absen. Pada satu kesempatan dua-duanya tak muncul. Belakangan, Kelik dan Effendi ditanya. Keduanya memberi jawaban telah merasa dibatasi. Effendi bicara langsung dengan direksi Indosiar. Keduanya sepakat. Effendi bersedia mengurangi sedikit daya kritisnya. Namun demikian, yang kemudian terjadi, tak ada pembagian urusan kreatif dalam acara itu. Pihak Effendi yang mewakili Asosiasi Pascasarjana Komunikasi UI—lembaga yang bekerjasama dengan Indosiar membuat Republik BBM—tak dilibatkan memilih topik talk show. “Tahu-tahu sudah ada promo kalau Senin nanti judulnya A atau B,” bilang Bintang. Pihaknya tak merasa dilibatkan dalam menentukan tema acara.

Bagi Anda yang ingat satu episode Republik BBM saat presidennya (Taufik Savalas) melakukan inspeksi mendadak ke stasiun Kereta Rel Listrik, episode itu lahir tanpa diskusi dulu dengan Effendi dan timnya. Episode Republik BBM malam itu mengangkat tema perkeretaapian. Padahal, bagi Effendi dan timnya, bukan saat yang tepat membicarakan masalah kereta api malam itu. Yang jadi isu hangat justru sewindu reformasi 1998. “Harusnya kami bicara itu” kata Bintang. Effendi juga tak berkenan. “Dia bilang, 'Gila, ya. Semua orang lagi bicara sewindu reformasi bagaimana melanjutkan cita-cita reformasi, meneruskan perjuangannya, kok malah bicara kereta api yang tak sesuai konteks sama sekali,'” cerita Bintang menirukan ucapan Effendi.

Kala itu kesabaran Effendi, Kelik, dan timnya sudah habis. Jajaran produser dan pemain bicara. “Awalnya tak secara resmi kami mengundurkan diri,” bilang Bintang. Katanya, saat itu, Kelik berujar, “Saya buat sementara istirahat dulu sampai waktu yang tak ditentukan.” Syahdan, akhir Mei silam gempa melanda Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kelik yang berdomisili di Yogyakarta pulang mencari kabar keluarganya. Pada saat itu, ia sebenarnya sudah malas buat mengisi Republik BBM. “Dia ingin konsentrasi mengurus dan menyantuni korban gempa,” ujar Bintang. Namun, Kelik bersedia sekali tampil (meski dari Yogyakarta) untuk menggalang dana buat korban gempa.

Pekan berikutnya Kelik tak muncul. Sementara itu, Republik BBM sendiri menyatakan vakum pada awal Juni. Yang jadi alasan, Juni itu bertepatan dengan Piala Dunia 2006 di Jerman. “Presiden dan wapres Republik BBM ingin menonton bola dulu,” demikian alasan yang diutarakan saat terakhir tayang.

Mencari alternatif ke teve lain
Buat sementara Kelik mengisi kesibukan di sekitaran Jawa Tengah. Ia mengisi road show off-air Republik BBM di 6 kota. Sementara itu, Effendi beberapa kali muncul jadi komentator bola di SCTV—stasiun teve pemilik hak siar Piala Dunia 2006. “Waktu itu ada bisik-bisik, jangan-jangan Republik BBM bakal pindah ke SCTV,” kata Bintang.

Sebenarnya, kalangan teve lain sudah melihat gelagat tak beres di balik vakumnya Republik BBM. “Mereka pasti tahulah,” kata Bintang. Maka, pendekatan personal pun dilakukan. Bagi stasiun teve lain format acara jenis ini bakal disuka banyak penonton. Secara personal, Effendi dan timnya bicara dengan SCTV, menjajaki kemungkinan Republik BBM pindah rumah. Pembicaraan personal itu berlangsung hingga ke level pempimpin redaksi SCTV, Rosiana Silalahi. Sambil berkelakar, Effendi dan timnya, berujar, “Apa bisa SCTV lebih (bebas) dari Indosiar?”

Meski disampaikan sambil berkelakar, hal ini poin penting. Artinya, apa SCTV tak membatasi isi materi yang akan disajikan. Di era Orde Baru dahulu, pengalaman membuktikan, SCTV pernah membredel talk show Perspektif yang dipandu Wimar Witoelar karena dinilai terlalu kritis. Maka, sebelum bicara lebih jauh, Effendi dan timnya meminta SCTV memberi batasan “pagar” tempat bermain bila kelak acaranya jadi dibuat. “Beritahu dulu pagarnya, dari situ kami bisa tahu sejauh mana sebuah materi bisa dibicarakan,” jelas Bintang mengemukakan pendapatnya pada SCTV. Baginya ini hikmah dari pegalaman bekerjasama denga Indosiar tempo hari. Stasiun teve itu tak memberi batasan pagar yang jelas. “Mereka pasang pagar X-ray. Kami tak tahu begitu melangkah, nggak tahunya sudah menyentuh pagar,” jelasnya lagi.

Tak tahunya bukan SCTV saja yang berminat. RCTI dan antv juga melakukan pembicaraan personal dengan Effendi dan timnya. Pada kesemuanya, Effendi meminta mereka menjelaskan seluas apa pagar yang diberikan. “Pada umumnya, pagar itu berarti (acara ini) tak menyinggung pribadi direktur teve, komisarisnya, dan bisnis di luar stasiun teve yang terkait dalam satu grup,” jelas Bintang. Di SCTV muncul masalah perihal pagar itu. Siti Hediyati Hariyadi, biasa disapa Titiek, salah seorang putri Soeharto, menjabat sebagai komisaris di SCTV. Muncul kekhawatiran, acaranya kelak takkan diberi kebebasan saat membahas mantan presiden itu. Niatan pindah rumah ke SCTV diurungkan.

RCTI pun demikian. Sebab, bos RCTI Harry Tanoesoedibyo terkait masalah surat berharga negotiable certificate deposit (NCD) fiktif yang merugikan negara sekitar 155 miliar rupiah. Saat mengkritisi itu di acara talk show kemungkinan bakal dibatasi. Sementara itu di antv, Effendi dan timnya dibukakan pintu lebar-lebar. “Mereka sampai bilang, 'Ok, sekarang antv harus bagaimana?'” buka Bintang. Tawaran menarik sebenarnya, tapi Effendi dan timnya kembali ke soal pagar tadi. Siapa pun tahu, antv milik Keluarga Bakrie. Pimpinan kelompok usaha ini, Aburizal Bakrie diangkat jadi Menteri Kordinator Kesejahteraan Rakyat. Putra tertua Ical, sapaan Aburizal, Anindya Novyan Bakrie mengisi posisi direktur utama antv. “Kami cukup tanya satu hal, 'Bang Ical bagaimana nanti kalau kami sebut-sebut soal Lapindo Brantas?'” tutur Bintang. Lapindo Brantas, perusahaan pengeboran sumur gas yang dituding jadi penyebab semburan lumpur panas di Porong, Sidoarjo, juga bagian dari kelompok Bakrie. “Mereka bilang, 'Wah, kalau itu mesti dibicarakan dengan BOD (board of director—dewan direksi) dulu.'” Hasilnya, antv menilai hal itu sebaiknya tak dibahas di acara yang baru digagas itu. Niatan pindah ke antv juga urung.

Metro TV jadi pilihan
Stasiun teve lain, Metro TV milik Surya Paloh, seorang petinggi Golkar, juga tertarik meminang eks Republik BBM. Apalagi, Metro TV sendiri pernah mengundang pengisi Republik BBM (Taufik, Kelik, dan Effendi) ke acara Kick Andy, talk show yang dipandu Andy F. Noya, pemimpin redaksi Metro TV. Pada Effendi dan timnya, Metro TV juga memberi pagar-pagar pembatas. “Mereka membolehkan kami bebas bicara politik. Tapi, jangan kalau sehabis Surya Paloh pulang dari raker Golkar, kami bicarakan raker yang urusan internal partai. Kami cukup bicarakan yang menyangkup hajat hidup orang banyak saja,” jelas Bintang.

Effendi dan timnya rupanya paling sesuai dengan pagar yang disediakan Metro TV. Maka, pebicaraan pun berlanjut, hingga kemudian disepaskati: jadi pindah rumah ke Metro TV. Sebelum disepakati pindah, saat tahap pembicaraan, Effendi dan kawan-kawan melakukan “siaran uji coba” lewat Republik BBM, bukan padanan benar-benar mabok tapi bola-bola mania. Acara yang menampilkan Kelik, Effendi, Abdel, dan Cak Lontong itu memang tak membicarakan politik, tapi khusus membicarakan bola dan Piala Dunia 2006. “Waktu itu muncul ide, bagaimana kami menjelaskan konsep Republik BBM yang baru tanpa harus bicara pajang lebar. Maka, dirancang Bola-bola Mania. Kebetulan Metro TV punya slot, dan tanggalnya tepat, 9 Juli, jamnya menjelang final Piala Dunia,” cerita Bintang.

Sambutan petinggi Metro TV atas Bola-bola Mania sangat positif, kata Bintang. “Mereka sangat suka. Dan tak terpikir, 'Kok bisa saya buat parodi politik bertema bola?' Di situ ada kritik sosial dan nilai edukasinya juga sambil mengomentari Piala Dunia,” ujarnya. Metro TV makin bernafsu ingin menayangkan Republik BBM versi baru.

Kendati sudah sepaham, mewujudkan sebuah acara tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tim neo Republik BBM ingin tayangannya diputar tak terlalu malam, di bawah jam 10 malam. “Pengalaman kami di Indosiar, jam 10 itu terlalu malam. Kasihan saudara kita di Indonesia timur, menontonnya terlalu malam,” tutur Bintang. Tak mudah mencari slot waktu itu. Ada slot cocok, harinya tak cocok. Kalaupun ada, dinilai terlalu sore. Hingga ketemu hari Senin malam. Tapi, jamnya cuma setengah jam dari pukul 8-8.30 malam. “Kalau cuma setengah jam mending bikin kuis SMS saja,” celoteh Bintang. Effendi dan timnya meminta acaranya minimal tayang 1 jam penuh. Jika dikabulkan itu berarti menabrak jam tayang Indonesia Solutions. Masalahnya, acara itu blocking time dari BNI selaku sponsor tunggal. Maka, pihak BNI dirayu buat menggeser acaranya jadi jam 8 malam. Acara yang digagas Effendi dan kawan-kawan jadi mulai pukul 8.30 malam. Sementara itu, setengah jam berikutnya dimulai selepas Top 9 News. Isinya, mengomentari isi-isi berita Top 9 News. Maka, Republik BBM versi baru hadier lain dari Republik BBM saat masih di Indosiar dulu. “Metro TV tak mau dituding membajak Republik BBM. Mereka ingin kami buat versi baru,” tegas Bintang. Maka, Republik BBM diganti Republik Mimpi. Sementara itu, Newsdotcom, kantor berita wapres Republik Mimpi, diambil sebagai nama mata acara. Kelik tetap jadi wapres. Effendi jadi penasehat wapres. Presidennya Butet Kertarajasa. Selain itu ada pula Suko Widodo, penasihat spiritual wapres.

Tak semua alumni Republik BBM pindah
Lantas, bagaimana dengan nasib Republik BBM di Indosiar? Rupanya, di sana Republik BBM berubah jadi Istana BBM. “Kami ganti format saja,” kata Dody Jufrianto, eksekutif produser Istana BBM yang sebelumnya menangani Republik BBM. “Republik BBM itu talk show, kalau Istana BBM bentuknya komedi situasi.” Dasar pemikirannya, kata Dody, kehidupan di istana presiden itu menarik. “Di luar negeri juga ada West Wing,” jelas Dody. Pola produksi drama dilakukan pada Istana BBM. Seorang penulis, Tatwa Pengabdian, penulis komedi situasi Tante Tuti, direkrut buat menulis naskah skenarionya. Bagi Tatwa, menulis keseharian di istana presiden sebuah tantangan baru. “Komedi jenis ini belum pernah ada. Dan kita cuma tahu sekilas dari teve,” katanya. Yang ia ingin sampaikan, seorang presiden juga manusia. Presiden juga mengalami hal remeh-temeh yang dialami orang kebanyakan. Nah , hal remeh temeh itu muncul dalam nuansa komedi. Dalam tayangan perdana, pada 31 Juli, misalnya, istana diributkan hilangnya bendera pusaka.

Format talk show diubah jadi komedi sutuasi ini yang jadi pangkal masalah hingga Republik BBM mesti pecah. Kubu Effendi menolak tampil dalam tayangan komedi situasi. Kelik juga begitu . “Karena sudah beda visi, berarti beda televisi,” kata Kelik. “Dengan konsep (komedi situasi) seperti itu aspirasi kami jadi terbelenggu.” Padahal, bagi Kelik dari dulu ia ingin memberi pencerahan pada audiens lewat lawakannya. Sementara itu, bat Effendi, tak masalah pindah teve. “Saya sudah sering ke sini (Metro TV), diwawancarai di sini,” katanya. “Nggak ada beban. Sesekali kami juga bisa ke Indosiar lagi kalasu ada acara lain.” Baginya, kepindahannya sederhana saja. “Indosiar tidak membuat politycal parody. Jadi kami pindah saja ke tempat yang mau buat politycal parody.”

Namun demikian, tak semua pengisi Republik BBM ikut pindah ke Metro TV. Taufik, Denny Chandra, Abdel, dan Cak Lonthong memilih di Indosiar. “Itu pilihan. Kami bebas saja,” kata Effendi. Taufik dan yang lain sempat diajak ikut pindah ke Metro TV. “Tapi Taufik maju-mundur. Denny juga begitu. Kelihatannya Indosiar ingin mempertahankan mereka,” kata Bintang. Ada dugaan, Indosiar, kata sebuah sunber, berani membayar lebih tinggi. “Mereka juga dijanjikan akan disiapkan film layar lebar,” kata sumber itu. Tak jelas, sejauh mana persiapan film layar lebar Istana BBM, yang jelas, bulan Ramadhan nanti, Istana BBM bakal jadi acara unggulan menemani santap sahur di Indosiar. “Saya sedang siapkan naskahnya,” buka Tatwa Pengabdian, penulis skenarionya. Wah, kira-kira siapa nabti yang lebih populer, Istana BBM atau Republik Mimpi? Kita lihat saja. ***
Dimuat BINTANG INDONESIA edisi 800