Sunday, January 21, 2007

Resensi "Hantu Jeruk Purut"

Hantu Jeruk Purut

Menolak Sensor, dari Hantu Sekalipun

Oleh Ade Irwansyah

Negeri ini punya bejibun tempat yang ditinggali hantu atau makhluk gaib. Dari sebuah kamar hotel di Pelabuhan Ratu, terowongan Casablanca, rumah Pondok Indah, sampai sebuah jembatan di Ancol. Pokoknya, andai Anda ingin berwisata horor mengunjungi tempat-tempat angker di seantero negeri, dijamin Anda nggak akan kehabisan “tempat wisata”. Sungguh. Dan salah satu “tujuan wisata” angker itu kawasan pekuburan Jeruk Purut, Jakarta Selatan.
Di tengah keremangan makam Jeruk Purut, sering muncul sesosok lelaki tegap berjubah tanpa kepala, dituntun seekor anjing bermata merh api. Sosok ini kerap menyusuri pemakaman sambil menenteng kepalanya yang berlumur darah. Orang menyebutnya hantu kepala buntung, penunggu pemakaman Jeruk Purut. Gampang, kok kalau ingin melihat hantu kepala buntung. Tinggal kelilingi makam Jeruk Purut sebanyak 7 kali, dengan jumlah orang ganjil. Ada banyak versi seputar asal muasal hantu kepala buntung di Jeruk Purut. Konon, hantu itu jelmaan pastur yang matinya dipancung, gara-gara salah sasaran.

Nah, mulai akhir November ini kisah hantu kepala buntung itu diangkat ke layar lebar lewat film Hantu Jeruk Purut oleh Indika Entertainment. Ini rumah produksi yang tempo hari untung besar dengan Rumah Pondok Indah. Sekadar catatan, rasanya, Indika memposisikan dirinya sebagai duta wisata yang mempromosikan “tempat-tempat wisata” angker. Kabarnya, kisah horor yang berlatar terowongan Casablanca tengah siap mereka rilis. Oleh karena itu, mereka mungkin pantas diberi penghargaan karena membuat kunjungan wisata ke tempat-tempat angker meningkat.

Oke, kembali ke laptop eh Hantu Jeruk Purut. Film arahan Koya Pagayo (konon, ini nama samaran sutradara Nayato Fionuala) ini sejatinya versi lain dari asal muasal hantu di pekuburan itu. Setelah dikaget-kageti sang hantu, penonton diajak menyelami kisah seorang novelis muda, Anna yang tengah menyiapkan buku seputar mitos hantu Jeruk Purut. Buku belum rampung, Anna sudah diteror sosok hantu kepala buntung dari Jeruk Purut dan seorang hantu lainnya berwujud wanita. Kedua hantu ini tak berkenan pada tulisan Anna seputar asal muasal mereka.
Teror dari dua hantu itu membuat Anna kehilangan nyawanya. Sebelum mati Anna sempat berpesan pada Airin (Angie, bintang Virgin), gadis SMA pengagumnya, agar melanjutkan menulisnya. Namun, ada yang tak logis pada adegan ini. Sebelumnya, kita sudah diberi lihat Anna tertusuk pisau di lehernya, tapi ia masih sanggup menelepon dan menuturkan pesan terakhirnya. Namun, siapa yang butuh logika saat menonton film horor, begitu mungkin pikir pembuat filmnya. Yang penting, kekagetan setiap saat.

Dan demikianlah isi film ini. Airin, seperti halnya Anna, lantas diteror dua hantu itu. Biar tambah seru dan seram, yang diteror tak hanya Airin. Ibu dan teman-temannya juga ikut diteror. Di antara mereka malah ada yang bernasib naas. Intinya, dua hantu itu ingin Airin berhenti menulis. Tapi, Airin bergeming. Ia tetap menulis.

Nah, ini mungkin pesan tersembunyi yang ingin disampaikan pembuat filmnya. Airin tak mempan disuruh berhenti menulis, bahkan oleh hantu. Sekarang memang bukan jamannya lagi sensor. Menyatakan pendapat adalah hak asasi manusia. Entah militer, pemerintah, atau bahkan, hantu tak berhak membatasi kemerdekaan berpendapat. Di ujung film, Airin memang menulis asal muasal berbeda soal hantu Jeruk Purut dengan yang dipercaya orang sekarang. Tapi, ia tetap menulis, meski dengan tatapan kosong dari bangsal rumah sakit, usai 2 temannya tewas dan ibunya nyaris celaka diteror hantu. Airin hebat. Ia menolak sensor, oleh hantu sekalipun. Oh ya, di luar itu, film ini tak banyak beda dengan film-film horor nasional yang banyak beredar. Jadi, bersiaplah dikaget-kageti setiap saat. ***

No comments: