Menengok Selebriti Ikut Pilkada
Setelah ramai-ramai mengisi parlemen, sejumlah selebriti mengincar posisi gubernur atau bupati. Sejauh mana peluang mereka untuk menang?
Oleh Ade Irwansyah
Rumah sakit Siloam Gleneagles, Tangerang, Banten, Selasa (12/9) siang, pekan lalu. Sudah sejak menjelang siang, sejumlah wartawan infotainment dan cetak (termasuk Bintang) menunggu di lobi rumah sakit. Hari itu, ada satu hajatan khusus di sana: pasangan kandidat calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) Banten menjalani tes kesehatan. Itu rangkaian dari proses pemilihan kepala daerah (pilkada) di Banten yang puncaknya 26 November nanti. Sebenarnya, cagub dan cawagub menjalani tes kesehatan bukanlah hal maha penting. Namun, sejumlah infotainment yang berbasis di Jakarta merasa perlu ke Tangerang untuk meliputnya. Ada alasannya, tentu. Sebab, yang ikut pilkada di Banten bukanlah tokoh politik saja. Seorang selebriti juga ikut pilkada. Marissa Haque, 43 tahun, namanya. Nah, Selasa pekan lalu, Icha, sapaan ibu cantik yang mencalonkan jadi cawagub Banten ini, menjalani tes kesehatan bersama cagub pasangannya, Zulkiefliemansyah.
Icha, demikian Marissa Haque biasa disapa, sosok selebriti yang dikenal luas. Ia bintang film, sinetron, dan iklan. Icha sudah berakting sejak 1980 lewat film Kembang Semusim. Pada 1985, Icha meraih Piala Citra sebagai Pemeran Pembantu Wanita Terbaik berkat aktingnya di film Tinggal Landas Buat Kekasih (1985). Kemudian, tentu saja, kita takkan melupakan aktingnya sebagai Iyom dalam Matahari Matahari (1985)—film yang mengantarkannya jadi Aktris Terbaik di Festival Film Asia Pasifik 1987. Di tahun yang sama, Icha juga masuk nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik di FFI 1987 lewat Biarkan Bulan Itu. Kita juga lantas tahu Icha disunting rocker Ikang Fawzi, lawan mainnya di film itu. Keduanya menikah 12 April 1987. Dari pernikahan itu, Icha dan Ikang dikaruniai dua putri: Isabella Muliawati Fawzi dan Marsha Chikita Fawzi. Perkawinan Icha dan Ikang langgeng hingga sekarang.
Zulkiefliemansyah selesai menjalani tes kesehatan lebih dulu. Beberapa wartawan cetak dan teve lokal mewawancarainya. Awak infotainment bergeming. Mereka tetap duduk. Bukan Zul yang mereka tunggu. Selewat satu jam, Icha baru turun dari lantai 5—tempat tes kesehatan berlangsung—menuju lobi. Saat itulah awak infotainment mulai beraksi.
Langkah Icha jadi cawagub Banten ada kisahnya. Semula, Icha yang anggota Komisi IX DPR RI, ikut bursa calon gubernur Banten lewat partainya, PDI-Perjuangan. Namun, partai tempat Icha berkiprah malah lebih memilih pejabat gubernur Banten saat ini, Ratu Atut Chosiyah untuk maju jadi cagub. Icha tak patah arang. Ia memenuhi pinangan koalisi PKS dan Partai Syarekat Islam (PSI) untuk bersanding dengan Zul. Icha ditempatkan jadi cawagub.
Popularitas Icha sebagai selebriti dipercaya bakal menuai banyak suara. Hal ini dibenarkan Ketua DPW PKS Banten, Irfan Maulidi yang ikut mendampingi Zul-Icha menjalani tes kesehatan. “Saya merasakan betul hal itu (maksudnya, popularitas Icha) di lapangan,” bilang Irfan. “Ketika kami memobilisasi massa yang datang bisa ribuan orang. Dan tidak cuma ibu-ibu (yang ingin lihat Icha), anak-anak usia ABG juga.” Nah, potensi itu yang sekiranya membuat PKS dan PSI lebih memilih Icha. Asal tahu saja, Icha menyingkirkan 3 kandidat cawagub lainnya, yakni Imam Aryadi, Maman Rizal (keduanya anggota DPRD Banten), dan pelawak Deddy “Miing” Gumelar. Buat PKS, tak masalah Icha datang dari partai berbeda. “Kebenaran itu bisa datang dari mana saja,” ujar Irfan berfilosofi.
Icha juga sadar kalau statusnya sebagai selebriti bisa jadi kekuatan. “Iya dong, tetap saja saya artis. Saya yang diwawancara (infotainment),” katanya. Ia berujar kongsinya dengan Zul dari PKS sebuah kombinasi yang bagus. “PKS punya jaringan solid. Nah, saya ahli gerombol. Jadi komplet, saling melengkapi. Kami bisa menggerombol (massa) karena Ikang Fawzi penyanyi rock, saya bintang film, bintang iklan. Kami mampu jadi magnet untuk membantu orang menggerombol di dalam jaringan PKS,” jelasnya.
Kiprah selebriti Indonesia di politik
Kemunculan Icha di pilkada Banten jadi penanda kiprah selebriti di tanah air. Dunia politik sudah lekat dengan selebriti sejak dulu. Pada era Orde Baru berkuasa, artis dipercaya jadi anggota MPR lewat organisasi yang diakui pemerintah. PARFI, organisasi buat insan film, misalnya, diberi jatah kursi di MPR. Selain itu, beberapa artis juga terjun ke politik praktis, bergabung dengan partai. Sophan Sopian dan Eros Djarot, contohnya. Pasca Pemilu 2004, makin banyak arti yan terjun ke politik. Mereka ramai-ramai mencalonkan diri jadi anggota DPR. Namun, dari sekian artis yang jadi caleg, cuma segelintir yang lolos ke Senayan. Mereka yakni, Dede Yusuf, Marissa Haque, Deddy Sutomo, Sys NS, Angelina Sondakh, Komar, dan Adjie Massaid.
Sejak tahun lalu muncul perkembangan baru. Para selebriti itu rupanya tak puas cuma berkiprah jadi legislatif. Mereka mulai mengincar posisi jadi eksekutif. Bukan jadi presiden, tentu (omong-omong Anwar Fuady pernah mencalonkan diri jadi presiden, tapi kandas di tengah jalan dan dianggap angin lalu). Jalan ke sana masih jauh. Para selebriti itu berani unjuk diri ikut pilkada. Komar, pelawak yang juga anggota DPR dari Partai Demokrat, memulainya lewat pilkada Kabupaten Indramayu, September tahun lalu. “Saya akan menjadikan Indramayu kota seni dan religius,” ujarnya pada Bintang beberapa bulan sebelum pilkada. Sayang, Komar kalah suara dari Irianto MS Syaifuddin. Ia gagal jadi bupati.
Meski selebriti pertama yang ikut pilkada telah kalah, bukan berarti nyali selebriti lain langsung ciut. Rano Karno, yang beken lewat peran Si Doel, sempat disebut-sebut bakal jadi kandidat calon gubernur DKI Jakarta. Namun, tak ada partai politik yang meminangnya jadi kandidat. Hingga nama Rano tenggelam dari bursa. “Kalau sekadar ngobrol-ngobrol santai memang pernah. Saya punya banyak teman di parpol, bukan hanya di PKS, tapi juga di PAN dan partai lain,” bilangnya suatu ketika. PKS partai yang dikabarkan dekat dengan Rano, meminang nama lain. Aturan main pilkada di negeri ini memang tak memungkin calon independen kecuali di Nanggroe Aceh Darussalam. Seorang cagub dan cawagub mesti diajukan parpol atau koalisi parpol. Nah, ini dia yang memuluskan selebriti jadi kandidat di pilkada. Marissa Haque, misalnya. Setelah gagal di PDI-P, diusung koalisi PKS dan PSI.
Lantas, muncul nama selebriti lain di pilkada daerah berbeda. Dede Yusuf, anggota DPR dari PAN, disebut-sebut masuk bursa pencalonan pilkada Jawa Barat. Sementara itu, Adjie Massaid, anggota DPR dari Partai Demokrat, diberitakan akan berlaga di pilkada Jawa Timur.
Para selebriti asing sukses jadi walikota, gubernur, dan presiden
Di mata pengamat politik Denny JA, selebriti ikut pilkada sebuah langkah positif yang harus disambut baik. “Ini berita bagus buat selebriti,” sambutnya. “Seorang selebriti juga bisa jadi gubernur atau bupati, bahkan bisa saja jadi presiden.” Ya, di negera demokratis setiap orang bisa jadi apa saja, termasuk selebriti. Negera demokratis lain macam Amerika Serikat atau Filipina sudah mendahului Indonesia menggolkan selebriti ke puncak jabatan publik, entah walikota, gubernur, bahkan presiden.
Rakyat AS memulainya dengan memilih mendiang Ronald Reagan jadi gubernur California, negara bagian paling besar dan terkaya di sana. Reagan jadi gubernur tahun 1966 dan terpilih kembali untuk masa jabatan berikutnya pada 1970. Sebelum jadi gubernur, Reagan dikenal sebagai bintang film lewat film-film koboi yang dibintanginya. Saat pemilihan Reagan menang telak dengan margin suara hampir 1 juta dari 6,5 juta pemilih. Usai jadi gubernur, Reagan sudah mengincar posisi orang nomor satu di AS. Tapi, ia mesti memendam angan-angan itu lantaran kalah suara dari kandidat Partai Republik lain. Dan pada 1980, Reagan kembali mencalonkan diri jadi kandidat calon presiden. Kali ini tak cuma Partai Republik yang mengamini langkahnya, sebagian besar rakyat AS juga ingin koboi jagoan di film ini jadi presiden. Syahdan, Reagan memangku jabatan presiden AS selama dua periode. Pada masa pemerintahannya, ekonomi AS makmur hingga muncul istilah “Reaganomics”. Sementara itu, dari segi geo-politik, Reagan juga membawa AS memenangi Perang Dingin dengan Uni Soviet. Pria yang meninggal di usia 93 tahun pada 2005 lalu ini dikenang sebagai salah satu presiden terbaik yang pernah dipunyai negerinya.
Mengikuti jejak Reagan, jagoan koboi di film lainnya, Clint Eastwood (tenar lewat film koboi spaghetti) terjun ke politik. Tidak jadi gubernur atau presiden, memang. Eastwood ditasbihkan jadi walikota Carmel, sebuah kota kecil di California. Eastwood terpilih sebagai walikota berpenduduk 4.700 jiwa ini pada 1986. Eastwood menang telak dengan pemilih sampai 72 persen. Rupanya, penduduk kota wisata dekat pantai itu senang bukan main seorang bintang film jadi walikota mereka. Maka, saat menjabat walikota buat satu periode (2 tahun), Eastwood dipusingkan dengan persoalan semisal perlukah larangan makan buah kenari atau es krim di pantai Carmel.
Tetangga kita, Filipina juga tak mau kalah dari AS. Suatu kali, pada 1998, mayoritas rakyat Filipina memilih Joseph Estrada, mantan bintang film sana. Saat jadi bintang film, ia punya nama beken Erap. Nama itu dipakainya lagi saat kampanye. Estrada berjanji bakal mengentaskan kemiskinan di Filipina. Saat kampanye ia mengusung semboyan “Erap para sa Mahirap—Erap untuk kaum miskin” yang membuatnya menang. Sayang, Estrada bukan tipe pemimpin yang baik. Ia terlibat KKN., hingga mesti lengser pada 2001.
Saat ini, seorang selebriti juga tengah memerintah sebuah daerah. Bintang aksi Arnold Schwarzenegger, pemeran trilogi The Terminator, dipercaya memimpin California. Banyak yang mencibir kala Arnie, sapaan sayangnya, mencalonkan diri jadi kandidat. Termasuk dari rekan sejawatnya, sesama artis. Cybill Sheperd salah satunya. “Ini (pencalonan Arnie) tragedi terburuk dalam sejarah California,” sebutnya ketus. Toh, mayoritas penduduk California berkata lain. Mereka sudah pernah dipimpin seorang bintang film sebelumnya, rasanya tak ada salahnya bila bintang film sekali lagi memimpin California. Pada 2003 Arnie didaulat jadi gubernur.
Peluang untuk menang pilkada
Rupanya, demam selebriti jadi gubernur atau walikota berjangkit juga di sini. Menurut Denny JA, selebriti punya keuntungan lebih bila ikut pilkada. Aturan pilkada di saat ini, katanya, memungkinkan kandidat dipilih secara langsung—bukan oleh parlemen. Sementara itu, tambahnya lagi, 60 persen pemilih di Indonesia itu berpendidikan Sekolah Dasar. “Umumnya, pemilih pada tingkat menengah ke bawah ini memilih karena alasan 'suka' dan 'mengenal' saja,” jelasnya. Nah, para selebriti sudah punya modal itu. “Politisi yang bukan artis mesti dikenal masyarakat dulu.”
Namun, dikenal pemilih saja tak cukup buat jadi kandidat juara. “Tinggal bagaimana mengemas (calon dari selebriti itu),” kata pria yang juga jadi konsultan pilkada di banyak daerah ini. “Seseorang itu dipilih bukan cuma karena disukai atau dikenal, tapi juga apa dinilai pantas memimpin,” jelasnya lagi. Dari situ, kata Denny, selebriti mesti ditangani dengan baik oleh pengelola kampanye yang baik. “Selebriti itu dapat dengan mudah. Tinggal dipoles sedikit saja, bisa menang,” katanya yakin.
Masalahnya, untuk ikut pilkada tak murah. Kendati berstatus selebriti bukan berarti mereka punya uang cukup banyak buat ikut pilkada. Denny mengitung, untuk jadi bupati atau walikota dibutuhkan uang sekitar 7-10 miliar rupiah. Untuk jadi gubernur nilainya membengkak di kisaran 30-50 miliar rupiah. Sedangkan untuk berkampanye jadi presiden dibutuhkan dana sekitar 300-400 miliar. “Itu untuk biaya resmi maupun tak resmi,” katanya. Nah, yang punya dana sebanyak itu biasanya pengusaha atau birokrat yang tengah menjabat dan dekat dengan banyak pengusaha.
Marissa Haque atau biasa disapa Icha, mengaku dana kampanye ditanggung dirinya dan partai pengusungnya, PKS dan PSI. Menurut Irfan, Ketua Umum DPW PKS Banten, memobilisasi massa bagi pasangan Zul-Icha terbilang murah, lantaran militansi warga PKS. Icha sendiri berujar masih punya pendukung dari kubu PDI-P yang setia padanya. Dengan hitung-hitungan itu, pasangan Zul-Icha menargetkan meraih 60 persen suara pemilih di Banten yang totalnya sekitar 6 juta orang.
Icha sudah bersiap jadi cawagub Banten. Sementara itu, Dede Yusuf juga tak berdiam diri kendati pilkada di Jawa Barat akan berlangsung 2008 nanti. “Sekarang saya sering sosialisasi ke sana,” ujarnya saat diwawancara via telepon, Kamis (14/9) lalu. Ia bilang pencalonannya sudah direstui DPW PAN Jabar maupun DPP PAN. Adjie Massaid juga setali tiga uang. Adjie disebut-sebut bakal dipasangkan jadi cawagub dengan Sefullah Yusuf yang kini menjabat Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, pada pilkada di Jawa Timur tahun 2008 nanti. Ia menampik dianggap aji mumpung membonceng popularitas sebagai selebritis untuk jadi cawagub. “Saya buksn aji mumpung, tapi Adji Massaid,” bilangnya suatu kali. Well, entah aji mumpung atau tidak, sah-sah saja selebriti ikut pilkada. Kita lihat saja apa selebriti bisa menang pilkada atau tidak. ***
Dimuat BINTANG INDONESIA edisi 804.
Tuesday, August 14, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment