Demam Star Wars Melanda Dunia
Bagaimana kisah Star Wars lahir dan menjadi sebuah mitologi modern?
Oleh Ade Irwansyah
PAGI hampir usai. Suasana Plaza Setia Budi, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 17 Mei lalu, masih lengang. Kafe-kafe yang berderet di gedung itu masih sepi pengunjung. Jarum jam memang baru menunjuk pukul 10.00 pagi. Pada jam itu masih belum banyak orang nongkrong di kafe. Tapi, di lantai lain, depan bioskop 21 di gedung yang sama, suasana justru ramai. Heboh. Seratusan orang, kebanyakan wartawan, mengantri masuk buat melihat pemutaran khusus Star Wars: Episode III -- Revenge of the Sith (2005, selanjutnya disingkat Episode III). Di antara mereka ada yang membawa pedang light saber -- pedang cahaya yang dipakai kesatria Jedi dan Sith dalam Star Wars. Yang lain, ada juga yang datang khusus memakai jubah kesatria Jedi.
Begitu film diputar, kehebohan sebenarnya baru terasa. Tepuk tangan riuh sesekali menggema dalam bioskop. Seorang rekan wartawan yang rutin menonton pemutaran film sampai berkomentar, "Kayaknya baru sekarang nonton preview pakai tepuk tangan segala." Ya, begitu layar memperlihatkan Chewbacca, bayi kembar Luke dan Leia, dan Anakin Skywalker dalam kostum hitam Darth Vader (yang ini paling keras) tepukan tangan bergema.
Dan, rasanya, film itu memang pantas ditepuki. Hingga sekarang tak ada film yang memberi pengaruh pada begitu banyak orang selama hampir 30 tahun selain Star Wars. Selama hampir 3 dekade manusia di seantero bumi begitu akrab dengan tokoh-tokoh rekaan dalam kisah Star Wars.
Padahal, saat syuting film Star Wars pertama di tahun 1976, pembuatnya, George Lucas (waktu itu 32 tahun, kini 61) nyaris frustasi. Lucas yang sudah bermuka pucat menatap penuh pikiran pada set Star Wars di Pinewood Studio, dekat London, Inggris. Ia cemas. Siapapun tahu, termasuk dirinya, film yang tengah dibuatnya bakal berujung kacau. Robot rekaannya R2-D2 dan C-3PO rusak melulu. Para pemain justru cerewet minta diurus. Perusahaan miliknya yang ditugasi membuat efek khusus, Industrial Light & Magic (ILM) belum juga bisa kerja -- karena komputernya mesti dibuat dulu. Para petinggi dari studio pemberi dana, 20th Century Fox malah mengirimi Lucas memo tak perlu (kayak saran agar Chewbacca sang Wookie pakai celana). Lalu, bos Fox Alan Ladd Jr malah meminta Lucas menyingkat waktu syuting. Kala itu, Lucas berkesimpulan kalau yang ada di kepalanya takkan bisa diwujudkan. Mark Hamill, pemeran Luke Skywalker, ingat betul bagaimana raut wajah Lucas waktu itu. "Dia kayak orang yang akan menangis," ingatnya.
Pantas saja jika Lucas bersikap begitu. Sebab, untuk syuting butuh perjuangan berat. Perjuangan itu sudah dimulai sejak awal 1970-an. Lucas yang baru saja menyutradarai American Graffiti (1973) punya ide mengangkat kisah fantasi luar angkasa. Ide awalnya, Lucas ingin membuat ulang serial teve Flash Gordon yang ditontonnya waktu kecil di tahun 1930-an. Sayangnya, niat itu mesti dibatalkan Lucas. Pasalnya, pemegang hak cipta Flash Gordon, Dino De Laurentis, ingin turut campur dalam proses kreatif Lucas. Selain itu, rotyalti yang mesti dibayarnya juga kelewat mahal. Lalu Lucas pun mengalihkan ide cerita Si Baik lawan Si Jahat ke dalam kisah rekaannya sendiri. Lucas menulis naskah setengah jadi setebal 14 halaman tentang kisah fantasi luar angkasa rekaannya. Namun, pihak Universal Studio yang memodalinya membuat American Graffiti menolak naskah Lucas. Pun demikian dengan United Artists. Kedua studio itu berpandangan, film fiksi ilmiah (sampai waktu itu) tak punya banyak penonton. Kendati begitu, American Graffiti yang dibuat Lucas menarik minat Ladd yang jadi pimpinan kreatif Fox. Di penghujung 1973, Fox setuju mendanai kisah rekaan Lucas itu.
Tapi Lucas cuma dipercayai mengantongi dana minim untuk membuat filmnya. Ia menghabiskan setengah tahun untuk mengkasting para aktor utamanya. Tercatat aktor William Katt semula dikasting buat jadi Luke, Cindy Williams dan Terri Nunn jadi Leia, Kurt Russell dan Perry King jadi Han Solo. Akhirnya, pilihan Lucas jatuh pada Hamill (Luke), Carrie Fisher (Leia), dan Harrison Ford (Han Solo), bintang American Graffiti yang semula jadi pengumpan dialog aktor-aktor yang dikasting. Dengan dana minim, Lucas cuma dapat aktor-aktor yang belum dikenal seperti ketiganya. Aktor tenar yang dapat digaetnya cuma Sir Alec Guinnes, pemeran Obi-Wan Kenobi. Setelah semua aktor siap, syuting pun dimulai. Tunisia di Afrika dan studio Pinewood di London jadi pilihan lokasi syuting.
Begitu syuting kelar, masalah belum selesai. Gambar yang dihasilkan Lucas masih mentah dan, menurut Kevin Burns, sutradara film dokumenter pembuatan Star Wars, Empire of Dreams: The Story of the Star Wars Trilogy, "potongan pertama Star Wars sebuah bencana." Buntutnya, Lucas yang tak puas memecat tukang editnya. Ia merekrut 3 tukang edit baru termasuk istrinya, Marcia. Kala itu, dada Lucas sudah sakit. Ia didiagnosis mengalami hipertensi dan kelelahan. Namun, Lucas tak punya waktu buat istirahat. Ia harus mengawasi efek khusus yang dibuat kru ILM. "Lucas kayak jenderal kami," ingat Ken Raltson, seorang staf ILM, "Kami ini tentaranya. Kami semua bertarung dalam perang supaya film ini selesai," lanjutnya.
Akhirnya, setelah melalui jalan terjal dan berliku, kisah Star Wars pertama, Star Wars: Episode IV -- A New Hope diputar perdana 25 Mei 1977. Ternyata, seperti semua orang tahu, Star Wars jadi film sukses. Budjet 11,5 juta dollar buat produksi dan iklan langsung balik dalam 2 bulan. Di penghujung tahun itu, Star Wars jadi film paling banyak ditonton dan meraup keuntungan 200 juta dollar. Film itu mengalahkan Jaws (1977) besutan Steven Spielberg setelah 6 bulan beredar.
Kesuksesan itu diikuti 2 kisah lanjutannya, Star Wars: Episode V -- The Empire Strikes Back (1980) dan Star Wars: Episode VI -- Return of The Jedi (1983). Setelah 10 tahun membuat 3 film Star Wars, Lucas berencana beristirahat. Ia ingin membina keluarga bareng Marcia dan membangun Lucasfilm, perusahaan film yang ia dirikan mendanai film-film sesuai keinginannya. Nyatanya, "Saya malah bercerai," kata Lucas datar. "Dan itu membuat kacau. Saya harus mulai dari awal lagi," lanjutnya. Yang ia maksud dari awal ya, secara emosional dan finansial. Perceraiannya dengan Marcia menghabiskan kocek Lucas sampai 50 juta dollar. Lucas lantas menghabiskan satu dekade berikutnya buat memproduksi beberapa film dan serail teve (di antaranya serial Young Indiana Jones, 1992) sambil mengubur keinginannya menyutradarai film lagi. Tapi, pada 1994, setelah maju-mundur, Lucas kembali menengok kisah Star Wars yang dianggapnya belum kelar.
Sejak awal, di benaknya sudah ada gambaran kisah awal Star Wars alias prekuel. Kisah ini berfokus pada bagaimana asal mula Anakin Skywalker, ayah Luke malih rupa jadi Darth Vader. "Waktu itu cerita asal-usul ini hanya bagian dari cerita (Star Wars) keseluruhan," kenang Lucas. "Tapi susunan ceritanya nggak berubah," lanjutnya. Pertanyaannya, kenapa Lucas nggak sekalian saja membuat kisah awal Star Wars dari dulu? Rupanya, gambaran cerita Lucas mengenai asal-usul itu sulit diwujudkan ke layar lebar. Kesulitan terutama pada efek khususnya. Menurutnya, teknologi saat itu belum bisa mewujudkan imajinasinya ke layar lebar.
Kendati tak tahu kapan imajinasinya bakal jadi kenyataan, rekan-rekan Lucas ingat betul kalau pria berjanggut ini sudah membicarakan kemungkinan membuat prekuel Star Wars selama 2 dekade lebih. Rick McCallum, produser seri prekuel Star Wars, ingat waktu Lucas mengajaknya rapat selama 90 menit-membicarakan prekuel Star Wars, menentukan budjet dan lokasi. "Lalu dia ngeloyor pergi dan tak pernah membicarakannya lagi sampai dua tahun kemudian," kata McCallum. Dua tahun kemudian, pada 1993, Lucas melihat pekerjaan efek komputer ILM lewat Jurassic Park. Maka, satu setengah tahun setelah keajaiban teknologi komputer itu, Lucas mulai mereka-reka cerita prekuel Star Wars. Hasilnya, lahirlah prekuel pertama, Star Wars: Episode I -- The Phantom Manace pada 1999. Sebelumnya, sebagai pemanasan, Lucas mempermak trilogi pertama yang pernah dibuatnya dulu. Pada 1997, Lucas merilis Star Wars Trilogy: Special Edition.
Prekuel pertama menceritakan Anakin saat masih kecil. Prekuel kedua, Star Wars: Episode II -- Attack of the Clones (2002) mengisahkan Anakin remaja yang mulai beranjak dewasa. Ia terlibat cinta terlarang dengan Padme Amidala. Yang ketiga, Revenge of the Sith, bercerita bagaimana Anakin jadi Darth Vader. Sebelum membuat ketiganya, Lucas sudah dinasehati kalau yang ingin penonton lihat sebenarnya cuma bagaimana Anakin jadi Darth Vader. Namun, Lucas bersikukuh kalau Anakin berubah jadi jahat di Revenge of the Sith, bukan 2 episode lainnya.
Maka, kata Lucas, setelah Episode III rampung, hikayat rekaannya lengkap sudah. Generasi mendatang tak perlu menontonnya dari Episode IV keluaran 1977, lalu Episode V (1980) dan Episode VI (1983), baru Episode I, II, dan III. Lucas sudah mencobanya. Ia menonton tanpa henti dari I-VI. Usai menonton, Lucas berkomentar, "Anakin tetap memenuhi ramalan tentangnya bagaimanapun juga! Dia yang membawa keseimbangan pada Force (kekuatan gaib di Star Wars)." Well, Lucas juga memenuhi tugasnya memberi keseimbangan pada Force. Dengan Star Wars, ia bakal dikenang untuk waktu yang lama. Force akan selalu bersamanya buat waktu yang lama. *** bahan dihimpun dari berbagai sumber
Dimuat BINTANG INDONESIA, No.736, TH-XV, MINGGU KELIMA MEI 2005.
Sunday, August 26, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment