Monday, August 27, 2007

Anak Band & Groupies Part III

"When I'm Sixty-four"

Bagaimana para anak band menghabiskan masa-masa mapan mereka, setelah lelah berhura-hura dengan groupies?

Will you still need me, will you still feed me.
When I'm sixty four.
(Sebait lagu "When I'm sixty-four" yang dinyanyikan The Beatles)

"SORRY, sudah pernah!" demikian jawaban Bongky Ismail Marcel (38), kini bassis BIP, buat menolak jika masih ada groupie yang coba-coba menggodanya. Ya, Bongky sudah kenyang makan asam-garam kehidupan bareng groupie. Ia kini hidup bahagia bareng istrinya, Nadia Sari (37) dan kedua anaknya, Kezya Faza Guida (8) dan Muhammad Tobiaz Hazel (6). Bongky sudah memacari Inad, panggilan Nadia Sari, selama 9 tahun sebelum menikah pada 20 November 1995. Ia yang sebelumnya bassis Slank dari 1990-1996 menjalani hidup semau gue. "Waktu bujangan, jadi anak band populer, hidup saya berantakan. Lalu ada pilihan being settle. Kenapa tidak dipilih," papar Bongky.

Menikah membantu Bongky menjauhi kehidupan yang tak teratur. Inad sosok yang membantunya agar tak semakin larut dengan drugs dan groupie. "Jika keadaannya terus seperti itu, bahaya," ujar Bongky. "Saya butuh istri untuk jadi pegangan hidup. Biar hidup lebih tenang," lanjut pengagum Mick Jagger ini. Di awal pernikahan gaya hidup anak band masih dijalani Bongky. "Proses adaptasi kami lumayan lama. Dia masih dengan kebiasaannya, jadi mesti saya ingatkan," timpal Inad. Pernah satu kali, keluarga Bongky bergejolak lantaran Inad kecapekan mengingatkan Bongky. "Ia kurang perhatian pada keluarga. Saya tahu dari dulu dia begitu. Tapi ada saat tertentu saya tak bisa terima perlakuan itu," ujar Inad. Bongky sadar. Dia keluar dari Slank bareng rekan segrup yang lain, Pay (35) dan Indra.

Setelah keluar, Bongky membentuk band Flower yang cuma tahan setahun. Selepas Flower bubar, Bongky diajak Pay dan Indra bergabung dengan BIP. Hingga kini BIP sudah merilis 4 album -- terakhir Udara Segar (20004). Gaya hidup urakan tinggal masa lalu yang menyisakan senyum bila diingat kembali.

Pun demikian halnya dengan Pay, gitaris BIP. Sejak tahun 2001, Pay menikahi Dewiq (29), penyanyi yang juga pencipta lagu. Dewiq dikenal Pay sejak 8 tahun lalu. Ketika itu Dewiq yang sedang menyiapkan album solo kedua meminta Pay menggarap musiknya. "Kebetulan saya suka gitar, jadi begitu diajak ngobrol nyambung banget," kata Dewiq yang menciptakan lagu Siti Nurhaliza, Bukan Cinta Biasa. Sekadar cerita, Pay "menembak" -- istilah ABG untuk menyatakan cinta -- Dewiq dalam keadaan pakaw (pakai putaw-red). Saat masih gabung bareng Slank, Pay oke saja bila ada groupies yang mendekatinya. Walau saat itu ia terikat cinta dengan Dewiq. "Waktu itu sih ingat nggak ingat," aku Pay diakhiri derai tawa. Kalau kini ada groupie yang mendekati, Pay langsung ingat Dewiq.

Setelah memutuskan menikah, para rocker umumnya berangsur-angsur meninggalkan kehidupan bebas. Namun tak mesti berusia 30-an tahun untuk siap memutuskan menikah. Lihat saja Akhdiyat Duta Modjo, vokalis Sheila on 7. Ia memutuskan menikah dengan model Adelia Lontoh saat usianya belum genap 24 tahun. Duta dan Adelia hanya menjalani masa pacaran 8 bulan sebelum menikah pada 23 Juni 2003 lalu. "Waktu Duta bilang ingin menikah, saya anggap setengah serius dan setengah bercanda. Dari cerita-ceritanya kan saya tahu dia juga nggak punya rencana menikah muda. Sampai akhirnya dia bisa meyakinkan saya," kata Adelia yang saat menikah berusia 20 tahun. Adelia teringat perkataan Duta, "Dia bilang, karena banyak pekerjaan, waktu untuk bermain-main sudah nggak penting lagi. Mau ngapain lagi? Mending hubungan kami dihalalkan saja," tutur Adelia.

Pentolan band Dewa Ahmad Dhani Prasetyo (32) juga sudah menikmati hidup mapan bareng istrinya yang juga penyanyi, Maia Estianty alias Maia Ahmad. Pada ulang tahunnya yang ke-32 pada Mei tahun lalu, Dhani menggelar pesta besar-besaran di Grand Ball Room Hotel Shangrila, Jakarta. Tamu yang datang tak cuma rekan sesama artis, tapi juga calon presiden Wiranto, pejabat, duta besar dan diplomat negara asing, dan tokoh penting lainnya macam Salahuddin Wahid dan Agum Gumelar. "Indikator kesuksesan buat saya, punya 3 anak yang ganteng dan istri yang cantik," kata Dhani kala itu. Pernikahannya yang langgeng selama 8 tahun juga kesuksesan lain baginya. "Buat saya, punya istri pilihan jalan hidup yang terbaik yang pernah saya alami," lanjutnya.

Slank pun demikian. Bimbim (38) merasakan hidupnya berubah setelah berkeluarga. "Kalau sudah berkeluarga, kami punya tempat untuk pulang, tempat untuk curhat, dan tempat untuk sendiri tanpa teman-teman satu band," kata Bimbim. Ridho yang berdiri di sampingnya segera menimpali. "Kalau dulu habis nongkrong di satu tempat, kami jalan lagi nongkrong ke tempat lain. Kalau sekarang nggak. Langsung pulang," timpal Ridho.

Yang dialami rocker tanah air di atas sejatinya fenomena global. Musisi rock & roll dunia yang tengah di puncak karier dan memutuskan menikah biasanya langsung hidup teratur. The Beatles bisa jadi contoh untuk ini. Di tengah puncak ketenaran, mereka memutuskan jadi band studio dan berhenti tur -- ingat, ketika tuur groupie seringkali menghampiri. "Kami sudah pada tingkat merasa capek jadi The Beatles," ujar Paul McCartney mengacu pada keriuhan gadis-gadis di konser terakhir mereka Agustus 1966. "Kami ini bukan remaja lagi, kami pria dewasa ... seniman, bukan penampil," lanjutnya lagi. Begitu jadi band studio The Beatles malah menciptakan album-album terbaik mereka. Ya, album Sgt. Pepper Lonely Hearts Club Band, Revolver, dan Rubber Soul lahir kala The Beatles lebih sering nongkrong di studio ketimbang konser di depan publik.

Sejatinya, para rocker juga manusia. Mereka tak selamanya ingin hidup urakan dikelilingi groupies dan drugs. Di lubuk hati kecil setiap rocker ada impian hidup bahagia dan mapan di hari tua macam orang kebanyakan. Lagu The Beatles "When I'm Sixty-four" menggambarkan suasana hati para rocker itu. Every summer we can rent a cottage/In the isle of wigth, if it's not too dear/We shall scrimp and save/Grandchildren on your knee/Vera chuck & dave/. ***
Dimuat BINTANG INDONESIA, No.719, TH-XIV, MINGGU KELIMA JANUARI 2005.

No comments: