Melihat “Hantu” dan Iklan di Adzan Maghrib
Di bulan Ramadhan, stasiun teve mengeruk uang dari mana saja. Termasuk dari tayangan adzan Maghrib.
Oleh Ade Irwansyah
Ini kejadian di Trans TV sekitar 3 bulan lalu. Beberapa staf promo on-air Trans TV berkumpul di sebuah ruang editing. Mata mereka tertuju pada layar teve yang menyala. Di situ satu potongan adegan diputar berulang-ulang, diperbesar, dibuat lebih jelas. Itu potongan adzan Trans TV yang mengundang rumor. Tiga bulan lalu rumor itu berhembus kencang di berbagai milis dan kabar dari mulut ke mulut: sesosok hantu terekam kamera di tayangan adzan Trans TV. Tepatnya, saat kamera menyorot stasiun kereta, sesosok bayangan putih kelihatan di belakang pot. Sosok putih itu sepertinya berambut hitam panjang mirip kuntilanak. Wajahnya tak terlihat jelas.
Dengan mata telanjang mudah mengira kalau itu bayangan hantu yang terekam kamera. Tapi, apa yang sebenarnya terekam bila gambarnya diperbesar berkali-kali? “Itu bukan gambar hantu, kok,” ujar Rahma, seorang staf humas Trans TV. Rahma bercerita, beberapa staf promo on-air Trans TV melihat lebih jelas rekaman adzan itu. Lalu, pada Rahma, mereka bercerita kalau sosok itu sebenarnya “seorang pria berbaju putih, yang terhalang pot, hingga dari jauh dikira hantu,” katanya.
Well, yang terekam di adzan Trans TV memang bukan hantu. Tapi, entah ada rumor hantu atau tidak, tayangan adzan di teve tetaplah jadi momen paling ditunggu saat bulan puasa begini. “Itu puncaknya prime time,” bilang Stephanus Halim, vice president marketing SCTV pada Bintang, Rabu (27/9) silam. Ya, bagi setiap muslim yang berpuasa saat bedug maghrib bertalu jadi momen paling ditunggu. Nah, di mata pengiklan dan stasiun teve momen itu jadi potensi pasar yang menggiurkan.
Begini, sudah jamak diketahui Ramadhan jadi momen stasiun teve menggenjot iklan. “Di Trans TV, saat paling banyak dapat iklan itu waktu Ramadhan dan ulang tahun (Trans TV),” ujar Hadiansyah. Di stasiun teve lain pun demikian. “Bulan Ramadhan itu penuh berkah, dan kesempatan (menggenjot pendapat iklan),” kata Stephanus. Ia menguraikan, 6 bulan pertama 2006 disebutnya low season alias sepi iklan. “Itu masa krisis buat media. SCTV terbantu Piala Dunia. Semester kedua 2006 ekonomi membaik, dan September-Oktober ini bulan penuh rahmat (karena Ramadhan dan dapat banyak iklan).” Stephanus memperkirakan dari Ramadhan, pendapatan iklan SCTV meningkat 40 persen.
Dan, saat menunggu bedug, aku Stephanus, SCTV memberi ruang lebih buat iklan. SCTV tak kurang memberi waktu 3 menit untuk iklan sebelum adzan maghrib. Sebagai pembanding, Trans TV pun setali tiga uang. Sebelum adzan maghrib yang berdurasi 2 menit 46 detik, disediakan 3 menit untuk iklan. Rasanya, bila diamati teve-teve lain pun memberlakukan hal serupa. Stephanus bilang, tarif iklan sebelum adzan maghrib lebih tinggi ketimbang tarif iklan biasa. Bahkan, katanya, tarifnya lebih tinggi dari tarif prime time yang harganya 20 juta rupiah per spot atau 30 detik. “Kami jual 18 juta rupiah per 15 detik,” bebernya.
Namun demikian, meski dijual mahal-mahal, minat pengiklan tak lantas sepi. Stephanus bilang, iklan menjelang maghrib di SCTV sudah full-booked atau terjual habis slotnya sejak 3 bulan lalu. Semula, cerita Stephanus, SCTV hanya memberi waktu 2 menit buat iklan sebelum maghrib. Namun, nyatanya, animo pengiklan besar. Maka, ditambah lagi satu menit. “Kalau mau 5 menit juga bisa, tapi kami tak ingin kemaruk,” katanya. Untuk adzan di SCTV pengiklan memasang iklan untuk sebulan penuh. Jadi kalikan saja, jika sekali beriklan 18 juta rupiah, untuk 30 hari pengiklan mesti mengeluarkan ongkos sampai 540 juta rupiah.
Uniknya, insan teve tanah air tak pernah kehabisan akal mencari iklan. Termasuk saat adzan maghrib bergema. Lihat saja adzan maghrib Global TV. Adzan stasiun teve itu memperlihatkan keceriaan keluarga muda menyambut buka puasa. Lantas, ada adegan sang ibu membuka kulkas mengambil beberapa botol Nu Green Tea! Jika cari padanannya di film layar lebar istilah beriklan model itu disebut product placement atau penempatan produk komersil pada cerita film dengan sudah ada kesepakatan antara pembuat film dan pemilik produk. Di dunia teve ada yang menyebutnya built in, maksudnya properti yang dipakai sebenarnya iklan dari sebuah produk tertentu.
Keberadaan built in di adzan ini diakui pihak Global TV. Katanya, selain menjual sponsorship pada setiap mata acara Ramadhan, pihak Global TV juga menyiasati pendapatan iklan dari cara lain. Iklan di adzan maghrib, salah satunya. “Kami buat azan dengan jalan cerita supaya sponsor (iklan) bisa masuk,” cetus Audie Azlinshah, manager keuangan Global TV. Ia bilang, Global TV sudah menyiapkan beberapa versi adzan dengan jalan cerita yang siap ditawarkan ke pengiklan. “Sekarang Nu Green Tea, yang lain sedang kami jajaki,” katanya.
Dan, rupanya, beriklan di adzan maghrib mulai jadi alternatif pilihan beriklan. Stephanus bercerita, SCTV juga ditawari pengiklan untuk beriklan di dalam adzan maghrib. “Pembicaraan soal itu sudah ada,” katanya. Namun, sang pengiklan baru bilang oke saat Ramadhan tinggal 2 pekan lagi. “Itu tak cukup untuk kami buatkan syuting adzan-nya,” sesal Stephanus. Maka, jadilah adzan maghrib SCTV seperti sekarang ini, Ustadz Jeffry Al Buchori melantunkan adzan dari Arab Saudi. ***
Dimuat BINTANG INDONESIA edisi 806.
Wednesday, July 18, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment