Fenomena groupies di tengah kehidupan group band tak cuma terjadi di band luar. Band anak negeri pun mengalaminya.
Oleh Ade Irwansyah
"Honey, You're too sweet for rock & roll."(Diucapkan Penny Lane (Kate Hudson) di film Almost Famous, 2000).
PADA sepenggal adegan di film Almost Famous (2000), William Miller (Patrick Fugit), murid SMA yang ditugasi mewawancarai grup band Black Sabbath, berdiri bingung di belakang gedung konser. Semula, ia berencana masuk ke belakang panggung biar bisa mewawancarai Black Sabbath. Apa daya, penjaga pintu tak mengizinkan. "Namamu tak ada di daftar!" seru penjaga pintu bertubuh kekar.
Di tengah kebingungan, pandangan William tertuju pada sekelompok cewek berpakaian menor. William tersipu malu memandangi cewek-cewek itu. Merasa dipandangi aneh, cewek berambut pirang keriting bertanya siapa William. "Saya wartawan. Bukan ... tahulah," jawab William sambil nyengir. "Groupies? Kami bukan groupies. Groupies tidur dengan bintang rock karena mereka ingin berada dekat dengan orang terkenal. Kami di sini karena musik. Kami ini yang menolong band," kata cewek pirang yang berama Penny Lane (Kate Hudson) itu.
Potongan adegan itu rasanya menjelaskan defenisi groupies (bentuk tunggalnya, groupie). Menurut pengamat musik Bens Leo groupies muncul seiring tenarnya grup band The Rolling Stones. "Groupies itu istilah asing sekelompok orang yang menggemari sebuah band. Groupies bersifat lawan jenis. Jadi, kalau bandnya berisi para wanita groupies-nya lelaki, begitu juga sebaliknya. Tapi umumnya sih groupies itu berjenis kelamin perempuan," jelas Bens panjang. Groupies punya konotasi negatif. "Groupies bukan penggemar biasa, tapi juga bisa berfungsi sebagai teman kencan personil band," ujarnya lagi.
Menurutnya, groupies muncul seiring kepopuleran kelompok musik The Rolling Stones di tahun 1970-an. Penggemar grup band yang dikomandoi Mick Jagger ini mengikuti kemana pun band pujaan mereka mentas. Pada era kepopuleran Led Zappelin, keliaran groupies mencapai puncaknya. Di era '70-an Led Zappelin ditasbihkan sebagai band rock paling tenar sejagad. Di era itu The Beatles sudah bubar. Mereka bisa melenggang tanpa saingan. Setiap konser Led Zeppelin disesaki penonton. Tapi, buat groupies tak cukup cuma nonton konser idola mereka. Bila perlu, para gadis ini bisa tidur seranjang dengan bintang pujaan.
Saat konser di Hollywood pada 1973, di depan hotel Rainbow tempat Led Zeppelin menginap, para gadis berbaris di depan menunggu kesempatan berkencan. Usia mereka di antara 14-18 tahun. Seorang di antara groupies, Lori Mattix yang wajahnya pernah tampil di majalah rock Star Magazine. Jimmy Page, pentolan Led Zeppelin, langsung kepincut begitu melihat wajah Lori. Jimmy lantas memilihnya sebagai "pacar tetapnya" setiap kali Led Zeppelin ke Los Angeles. Waktu tur 1973, Jimmy sempat terkena flu hingga konser batal. Sempat ada pembicaraan menjemput Lori dengan pesawat pribadi Led Zeppelin untuk menemani Jimmy yang sakit. Ada gosip pula kalau Jimmy membawa sekoper tas penuh cambuk. Suatu kali ia telanjang dengan badan dipenuhi krim berbaring di atas meja besar. Sekelompok groupies lantas masuk ke kamarnya. Tak jelas apa yang Jimmy lakukan bersama groupies di dalam kamar itu.
Kisah keliaran Led Zeppelin bareng groupies bagian tak terpisahkan dari kehidupan band rock and roll. Semboyan sex, drugs, and rock & roll diterapkan mereka habis-habisan. Hingga sekarang keliaran model itu masih berlangsung. Caroline Sullivan, jurnalis harian Guardian terbitan Inggris, menulis kalau band-band Inggris yang tur ke AS sepanjang '90-an pulang dengan cerita tentang kondom bergambar yang diberikan gadis-gadis New York sebagai suvenir. Kondom itu sudah mereka pakai, tentu saja.
Bintang rock setua Ozzy Osbourne mengaku kadang masih didatangi groupies. Istrinya, Sharon, membolehkan asal groupies tak terlalu dekat dengan Ozzy. Penyanyi solo Robbie Williams juga punya pengalaman didekati groupie. Dalam dokumenter tentang dirinya, Nobody Someday Robbie kedapatan mengobrol tentang cewek yang baru ditemui malam sebelumnya. "Dia gila," ujar Robbie tertawa. "Dia ingin saya jadi istrinya," lanjutnya.
Apakah keliaran serupa ditemukan di band-band tanah air? Bagaimana para awak band negeri ini menyikapi para groupies? Liputan Ekstra kali ini menilik kehidupan anak band bareng cewek-cewek di sekitar mereka. Cewek-cewek itu bisa jadi groupies, sekadar fans, istri mereka, atau baru sebatas pacar. Tambahan pula, tampang anak band tak cuma memikat penggemarnya. Banyak pula sesama selebriti yang memilih anak band jadi pasangan. *** dibantu laporan Dwi Hapsari, Indra Kurniawan, Hari Murtono
Dimuat BINTANG INDONESIA, No.719, TH-XIV, MINGGU KELIMA JANUARI 2005.
No comments:
Post a Comment