Penampilan Cameo di Film Indonesia Makin Riuh
Kalau rajin nonton film Indonesia, pasti sering menemuka cameo di mana-mana. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Oleh Ade Irwansyah
Wajah yang tak asing itu muncul di layar. Ia duduk di antara dua wanita, Salma (diperankan Jajang C. Noer) dan seorang aktivis perempuan (diperani Dewi Irawan). Ia tengah membawakan talk show. Hari itu temanya seputar poligami. Salma hadir sebagai perempuan yang pro poligami, perempuan satu lagi bersikap anti poligami. Nah, wanita yang wajahnya tak asing itu seakan jadi penengah. Wanita itu Maudy Koesnaedy.
Potongan adegan itu muncul di film Berbagi Suami. Selain Maudy, film itu disesaki orang-orang berwajah familiar bersliweran. Ada Alvin Adam dan Lula Kamal yang menggosipi Salma di rumah sakit, Ikke Nurjanah menyanyi diawal film, Laudya Chintya Bella menangis sambil bawa bayi di akhir segmen Salma, hingga Aming jadi supir taksi. Kalau kenal siapa saja sineas tanah air, Anda pasti langsung tahu begitu Joko Anwar muncul di film ini (salah seorang pria gemuk berkacamata yang mengaudisi Ming). Atau, kalau Anda kenal kru film ini, beberapa di antara mereka muncul di Berbagi Suami (buat wartawan yang sering berhubungan dengan Kalyana Shira, rumah produksi pembuat Berbagi Suami, penampilan paling jelas saat Ade, publicist Kalyana, jadi awak studio teve tempat talk show yang dibawakan Maudy).
Apa yang kita lihat di atas rasanya jadi hal lazim film Indonesia mutakhir. Kalau Anda terbilang pecinta film nasional yang tak melewatkan setiap film yang beredar buat ditonton, pasti melihat kecenderungan itu. Film Indonesia sekarang bertabur cameo di mana-mana. Bila ingin menyebut beberapa saja, misalnya, di Ekspedisi Madewa, ada Luna Maya jadi mahasiswa. Sedangkan di Garasi, kita lihat sekelabatan orang-orang musik macam pengamat musik (Denny Sakrie) hingga pemain musik (band Cokelat, Iwa K, hingga /Rif). Atau di Ketika (2005, filmnya Deddy Mizwar), ada Rano Karno jadi supir taksi yang mengingatkan kita pada film Taksi yang dibintanginya dulu. Vina Bilang Cinta (2005) juga bertabur cameo, di antaranya ada Iwa K, Vina Panduwinata, Andi Riyanto, Memes, sampai Nania jebolan Indonesian Idol. Sebelumnya, di Arisan! (2003) kita melihat sekelebatan Nicholas Saputra dan Dian Sastro serta Ria Irawan. Sementara itu, di Andai Ia Tahu (2002) kita lihat Ikang Fawzi.
“Makin ke sini, cameo makin banyak,” simpul Ekky Imanjaya, kolumnis di situs Layarperak. Ekky sendiri pernah muncul jadi cameo buat film Kejar Jakarta (2005). “Syutingnya seharian,” bilangnya. Jika ditilik dari maknanya, situs ensiklopedi Wikipedia mendefinisikan cameo appearance (penampilan cameo) sebagai kemunculan sebentar dalam sebuah drama atau bentuk seni pertunjukkan lainnya seperti film atau serial teve. Penampilan sebentar itu tak hanya diisi aktor yang sudah punya nama, melainkan bisa pula diisi sutradara, politikus, atlt, mapun selebriti terkenal lainnya. Cameo biasanya tak muncul dalam credit title karena cuma muncul singkat—bahkan perannya mirip figuran. Cameo bisa pula sebentuk penghargaan buat seseorang atas konribusinya di masa lampau; misalnya, aktor jaman dulu yang diajak main jadi cameo di film remake filmnya terdahulu.
Tradisi cameo di Hollywood menular ke Indonesia
Di Hollywood sana, cameo sudah jadi hal lazim. Umurnya pun nyaris sama tuanya dengan umur perfilman itu sendiri. Cameo sudah muncul saat era film bisu masih berlangsung. Salah satu penampilan cameo pertama terdapat di film Entr’acte keluaran 1924. Film musikal balet karya Rene Clair itu menampilkan Erik Satie, komposer dan pianis musik klasik Prancis yang jadi penata musik balet fim itu. Selanjutnya, oran terkenal silih berganti jadi cameo. Film komedi It’s Mad, Mad, Mad World (1963), misalnya, menampilkan cameo bintang-bintang era itu seperti Jim Backus, Jack Benny, Sterling Holloway, Buster Keaton, Don knotts, Jerry lewis, dan Three Stooges. Bila ingin menyebut film era sekarang, misalnya, ada Brad Pitt muncul sebentar di Confessions of a Dangerous Minds. Sedangkan Michael Jackson muncul di Man in Black II. Sementara itu Austin Powers in Goldmember diisi cameo bintang tenar macam Tom Cruise, Gwyneth Paltrow, Kevin Spacey, Britney Spears, dan John Travolta.
Yang menarik, menyimak sutradara jadi cameo. Yang fenomenal penampilan cameo sutradara legendaris Alfred Hitchcock. Hampir di setiap filmnya, Hitchcock muncul jadi cameo. Belakangan, kebiasaan ini jadi semacam kesenangan tersendiri buat penonton. Sambil menyimak cerita tegang yang disuguhi Hitchcock, penonton mencari-cari kapan sosoknya muncul sekelebatan. Belakangan, sutradara lain juga tampil di film buatannya sendiri. Termasuk di Indonesia. Joko Anwar muncul di filmnya sendiri, Janji Joni (2004); Thomas Nawilis muncul dua kali di film buatannya sendiri, Gue Kapok Jatuh Cinta; sedangkan Hanung Bramantyo muncul di bagian akhir Jomblo.
Buat pengamat film Eric Sasono, cameo bukanlah hal yang mesti yang diributkan. “Itu hal biasa,” katanya. Baginya, penampilan cameo bukanlah bagian penting dari sebuah film. “Fokus utama tetap pada penceritaan,” ujar Eric. Kendati cerita tetap jadi fokus utama, sekarang makin banyak film pakai cameo. “Cameo bisa jadi nilai tambah daya jual sebuah film,” kata Ekky. “Ada kecenderungan di film maker kita, rasanya hebat kalau filmnya pakai banyak cameo. Itu artinya, ia punya banyak teman artis.”
Alasan pakai cameo
Memang, kebanyakan pembuat film memakai cameo selebriti teman-temannya sendiri. Hal itu diakui Nia Dinata, sutradara Arisan! dan Berbagi Suami. “Saya lebih senang pakai cameo teman-teman saya ketimbang pakai figuran tak dikenal,” aku Nia. Alasannya, Nia bilang, “Saya tak mau beli kucing dalam karung.” Memakai figuran yang tak dikenal, ia ibaratkan seperti itu. Artinya, Nia tak tahu kualitas akting figuran-figuran tak dikenal. “Saya pernah punya pengalaman buruk dengan figuran. Mereka malah merusak film saya, mebuang-buang rol film, cuma buat mengarakan mereka. Mending pakai aktor terkenal yang ketahuan jelas kualitas aktingnya,” jelas Nia panjang. Ia mencontohkan buat mensyut adegan wanita yang berselingkuh di toilet di Arisan!, Nia memakai Ria Irawan. “Ria langsung tahu saya maunya apa, tak perlu diarahkan macam-macam. Kalau pakai figuran pasti merepotkan,” ujar Nia.
Sementara itu, buat Joko Anwar film yang pakai cameo teman-teman artis sendiri terjadi lantaran bujet film yang dimiliki si pembuat film rendah. “Kalau pakai teman-teman itu bisa nggak perlu bayar,” katanya. Selain memakai cameo teman-temannya, Joko juga meminta beberapa krunya ikutan main. Buat urusan bayar-membayar para figuran ternama itu memang dibayar a la kadarnya. “Kami bayar seperti pakai figuran biasa. Kalau kami punya bujet syuting hari itu jumlahnya sekian, ya kami beri sejumlah itu,” ungkap Nia. Jika demikian adanya tren cameo rasanya takkan berhenti. Hanya saja, kata Joko, cameo paling tepat buat film-film aksi atau komedi. “Buat film serius rasanya nggak pas kalau ada cameo,” katanya. Ia mencontohkan, tak ada cameo di film 9 Naga maupun film-film Garin Nugroho yang terhitung film seni. “Kalau ada bakal merusak isi film itu,” ujar Joko.***
Dimuat Bintang Indonesia No. 781/tahun xvi/minggu kedua April 2006
Sunday, April 16, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment