Saturday, September 07, 2013

Cerita Putra-putra Nabi Adam dan Kronologi Jejak Manusia di Bumi


BAGAIMANA KISAH ANAK-ANAK NABI ADAM MEMBERI KITA PETUNJUK KAPAN PERSISNYA KISAH MEREKA MUNCUL PERTAMA KALI 

SABTU malam. Malam Minggu. Waktunya wakuncar bagi yang pacaran. Waktunya meratapi nasib bagi yang jomblo. Di pikiran saya malah terlintas kisah Nabi Adam dan putra-putranya. 

Anda tentu siapa Adam. Dalam agama samawi, dia dikatakaan sebagai manusia pertama yang diciptakan Tuhan. 

Dalam tradisi Islam, ada cerita soal Adam yang mungkin sebagian besar umaat Islam sudah mengetahuinya. 

Adam dan Hawa melahirkan kembar dua pasang. Pertama lahirlah pasangan Qabil dan adik perempuannya, Iqlima. Kemudian menyusul pasangan kembar kedua Habil dan adik perempuannya, Lubuda.

Singkat cerita, Adam, atas petunjuk Tuhan,  hendak mengawinkan anak-anaknya. Qabil hendak dikawinkan dengan adik Habil yang bernama Lubuda; sedang Habil dengan adik Qabil yang bernama Iqlima.  

Qabil menolak perintah itu. Ia ingin dikawinkan dengan adiknya sendiri, Iqlima. Adam kemudian menyerahkan uurusan perjodhan itu pada Tuhan. Caranya, Qabil dan Habil harus menyerahkan korban kepada Tuhan dengan catatan bahawa barang siapa di antara kedua saudara itu diterima korbannya ialah yang berhak menentukan pilihan jodohnya.

Qabil dan Habil menerima baik jalan penyelesaian yang ditawarkan ayahnya. 

Habil datang membawa ternaknya, seekor kambing yang gemuk dan sehat. Sedangkan Qabil datang dengan sekarung gandum yang dipilih dari hasil cocok tanamnya yang rusak dan busuk. 

Kemudian diletakkan kedua korban itu--kambing Habil dan gandum Qabil--di atas sebuah bukit lalu pergilah keduanya menyaksikan dari jauh apa yang akan terjadi atas dua jenis korban itu.

Disaksikan oleh seluruh anggota keluarga Adam yang menanti dengan hati berdebar apa yang akan terjadi di atas bukit di mana kedua korban itu diletakkan, terlihat api besar yang turun dari langit menyambar kambing binatang Habil yang seketika itu musnah termakan oleh api. Sedang karung gandum kepunyaan Qabil tidak tersentuh sedikit pun oleh api dan tetap tinggal utuh.

Peristiwa itu dimaknai Tuhan lebih menerima persembahan Habil ketimbang Qabil. 

Cerita selanjutnya sebagian besar sudah tahu. Saya tak ingin melanjutkannya. Yang ingin saya tekankan pada beberapa poin dalam cerita di atas: 

1. Adam dan anak-anaknya. 
2. Kambing.
3. Gandum. 

Apa kaitan Adam beserta dengan kambing dan gandum? 

Begini, Adam manusia pertama di Bumi. Kita tahu Allah menciptakannya dan menurunkannya ke Bumi dan menjadikan manusia sebagai khalifah di muka Bumi ini.  

Kapan sebetulnya manusia muncul menurut bukti-bukti ilmu pengetahuan atawa sains, perlu dijelaskan di sini sebagai awal diskusi kita.

Semua berawal sekitar tujuh juta tahun lalu, ketika berkembang suatu spesies mirip kera yang mampu bergerak secara bipedal, tegak. Antara tujuh dan dua juta tahun lalu banyak kera bipedal bermunculan. 

Di antara makhluk bipedal itu muncul satu spesies yang, antara tiga dan dua juta tahun lalu, berkembang dengan ukuran otak yang lebih besar. Di sinilah asal muasal genus homo, cabang pohon silsilah manusia yang tumbuh melalui Homo erectus yang akhirnya berevolusi menjadi kita, Homo sapiens. 

***

Di sini timbul lagi pertanyaan, kapan manusia seperti kita--Homo sapiens--muncul? 

Sebagian besar palaentropolog dan pakar genetika sepakat, manusia modern, kita atawa Homo sapiens muncul 200 ribu tahun lalu di Afrika. Fosil pertama ditemukan di Omo Kibish, Ethiopia. Bukti fosil tertua ditemukan di Israel yang membuktikan sekitar 90 ribu tahun lalu, manusia modern mulai keluar Afrika, bermigrasi menyebar ke berbagai tempat di Bumi. 

Dikatakan pula, sebagian kecil manusia modern meninggalkan Afrika pada 70 ribu hingga 50 ribu tahun lalu dan akhirnya menggantikan jenis manusia terdahulu, seperti orang Neandhertal. Di sini dominasi manusia modern di Bumi dimulai. 

Anda juga tentu tahu, sebelumnya manusia hidup dengan berburu dan meramu. Tak lama setelah pembesaran otak, nenek moyang manusia mulai mengenal perkakas paling awal sekitar 3 dan 2 juta tahun silam. Penggunaan perkakas berkembang terus, tapi manusia tak kunjung mengubah pola hidupnya dengan tinggal nomaden, berburu dan meramu.

Tapi, hidup manusia berubah sekitar 11 ribu tahun lalu. Sampai 13 ribu tahun lalu, sejak zaman es terakhir, manusia modern di seluruh dunia hidup dengan cara hidup yang sama: mereka berkumpul damlam kelompok kecil, tinggal dari satu tempat ke tempat lain, bertahan hidup dengan berburu binatang liar dan meramu tanaman.

Tapi sejak sekitar 11 ribu tahun lalu manusia mulai bosan hidup berpindah-pindah. Ah, bosan bukan kata yang tepat. Yang jelas, di masa itu ada keadaan yang membuat manusia hidup menetap. Dan ketika sekelompok manusia tinggal menetap, revolusi telah terjadi. Pola hidup manusia berubah total. 

Dari yang tadinya mengumpulkan tanaman menjadi bercocok tanam. Dari yang tadinya berburu hewan menjadi mengembangbiakkan hewan ternak. Buku Guns, Germs, and Steel(terbit pertama 1998, edisi Indonesia terbit Januari 2013) karya Jared Diamond menyebut satu kawasan di Asia Barat Daya yang disebutnya Bulan Sabit Subur, kawasan dekat laut Mediterrania, Turki, hingga Irak dan Suriah di Timur Tengah. Sekitar 8500 SM di kawasan Bulan Sabit Subur manusia melakukan domestifikasi paling awal. Di sana manusia bertani dan beternak. Boleh dibilang asal muasal peradaban manusia di mulai dari sini.          

***

Dari sini kita kembali ke cerita Adam dan putra-putranya. 

Harus saya terangkan dahulu, domestifikasi yang dimulai sekitar 8500 SM di Bulan Sabit Subur menandakan manusia di sana sudah mulai hidup menetap, mengenal pertanian dan beternak hewan. Manusia telah mengetahui bagaimana bercocok tanam. Gandum menjadi pilihan pangan utama. 

Selain itu, domestifikasi hewan berarti pula manusia telah mampu "menaklukkan" hewan-hewan liar untuk hidup berdampingan dengan mereka. Tidak semata untuk dimakan, tapi juga diberdayakan sebagai alat atau membantu hidup mereka. Di masa itu, manusia sudah hidup dengan kuda, sapi, kambing dan domba yang jinak. 

Nah, jika ditilik dengan cerita putra-putra Adam yang menyerahkan kurban "gandum dan kambing" untuk persembahan bagi Tuhan, bisalah kita duga kisah Adam dan putranya bermula tak sampai 10 ribu tahun lalu. Sebab, di masa itu manusia baru mengenal cocok tanam dan beternak. Sebelumnya manusia tinggal dengan berburu dan meramu.    

Atau, Anda pernah mendengar pada abad ke-17 Uskup Ussher memperhitungkan alam semesta, termasuk manusia pertama dfi dalamnya, tercipta sekitar 4004 SM, sebuah angka yang diperolehnya dari menjumlahkan usia tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama. Dicatat Stephen Hawking di esainya "Asal-Usul Jagat Raya" yang ditulis 1987 (muncul di buku Black Holes and Baby Universes [1993], saya baca edisi terjemahannya terbitan 1995) tahun penciptaan yang diturunkan dari Kitab Suci tidak begitu jauh dari saat akhir zaman es terakhir, yang secara ilmiah diduga sebagai awal munculnya manusia modern.    

Jadi, Adam baru muncul tak sampai 10 ribu tahun lalu? Bagaimana dengan sejarah panjang spesies bipedal yang muncul 7 juta tahun lalu? Apakah mereka "Adam" sebenar-benarnya? 

Teori evolusi memang tak pernah cocok dengan kisah yang diturunkan lewat agama. Perdebatan soal itu tak pernah selersai hingga kini dan menghasilkan dua kubu yang bertikai terus: di satu sisi kaum kreasionis, mereka yang percaya manusia diciptakan Tuhan seperti apa adanya saat ini dan menolak manusia satu keturunan dengan kera; di sisi lain penganut teori evolusi yang percaya manusia lahir dari perjalanan panjang evolusi.  

Di mana sebaiknya kita berada? 

Di lemari buku saya ada buku kisah para nabi yang dituturkan Hamka berjudul Hamka Berkisah Tentang Nabi dan Rasul (ditulis M. Saribi Afn, terbit pertama 1979, yang saya punya cetakan V, 1991). Jilid satunya berkisah tentang Nabi Adam. Saya kutipkan bagian yang saya suka dari pandangan Hamka yang moderat atas perbedaan sains dan agama terkait asal-usul manusia: 

"Adam menurut kepercayaan umum dalam agama adalah manusia pertama. Itu kepercayaan. Memang ada sementara penyelidikan ahli-ahli yang menyatakan bahwa Nabi Adam bukanlah manusia pertama. 

"Letak kepercayaan itu tentu saja lain. Dan ini bukan pula berarti bahwa kita tidak menerima penyelidikan-penyelidikan manusia lain ... Itu penyelidikan, biarlah orang terus melakukan penyelidikan.

"Dan karena penyelidikan itu belum habis-habisnya juga, tidak berarti kita lalu membuang kepercayaan agama.

"Mengenai Nani Adam sebagai manusia pertama ini tertulis dalam wahyu Allah, yang dituturkan kepada Rasul dan Nabi-nabi dalam kitab mereka.

"... (Y)ang tertulis dalam kitab-kitab suci itu kalau diselidiki dengan jiwa yang mendalam dan penuh iman, tidak kurang, malahan barangkali lebih nilainya, daripada apa yang pernah dihasilkan oleh ilmu pengetahuan."         

Hamka mempersilakan penelitian sains atas teori evolusi. Ia tidak hendak membantah sedemikian rupa--seperti dilakukan Harun Yahya, misalnya. 

Menarik pula fakta yang saya ditemukan di majalah Islam Madina edisi Januari-Februari 2009 yang mengulas 200 tahun kelahiran pencetus teori evolusi Charles Darwin. Mengutip tulisan penulis Muslim Jim Al Khalili di harian Inggris The Telegraph, diketahui, sekitar 1000 tahun sebelum Darwin mempublikasikan teori evolusinya, seorang ilmuwan di Baghdad, Irak, sudah memperkenalkan teori yang srupa. 

Orang ini bernama Abu Utsman al-Jahith (781-869), seorang ilmuwan asal Afrika Timur, berhipotesis tentang pengaruh lingkungan tehadap spesies. 

Kata al-Jahith:

"Hewan terlibat dalam perjuangan untuk mempertahankan diri; memperebiutkan sumber daya, mencegah dirinya menjadi mangsa dan berkembang biak. 

"Faktor-faktior lingkungan memengaruhi organisme untuk mengembangkan karakteristik-karakteristik baru untuk untuk menjamin keselamatan mereka, sehingga mereka berubah menjadi spesies baru. 

"Hewan yang selamat akan mewariskan ciri-ciri baru itu pada keturunan mereka." 

Teori itu sejalan dengan teori evolusi Darwin. Memang gagasan itu tak dilanjutkan pemikir Islam lain. Tapi suatu gagasan "radikal' seperti itu pernah tumbuh dalam peradaban Islam menandakan satu hal: Agama tidak menjadi penghalang melakukan penelitian ilmiah. Sains memperkaya pemahaman kita akan siapa kita di muka Bumi ini.***


BAHAN BACAAN

Jared Diamond, Guns, Germs, & Steel, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2013. 

M. Saribi Afn, Hamka Berkisah Tentang Nabi dan Rasul, Pustaka Panjimas, Jakarta, cet v, 1991.

Richard Leakey, Asal-Usul Manusia, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2007.

Stephen Hawking, Black Holes and Baby Universes, Gramedia, Jakarta, 1995. 

"Pengembaraan Manusia", James Shreeve, National Geographic Indonesia, Maret 2006.

"200 Tahun Darwin", Madina, Januari-Februari 2009.