Thursday, June 01, 2006

Resensi "Rantai Bumi"

Rantai Bumi

Kala Paranormal Jadi Produser (dan Main) Film

Oleh Ade Irwansyah

Dalam
hierarki produksi sebuah film, produser pegang peran kunci. Tanpa produser, mustahil sebuah film diproduksi. Ya, walau punya naskah skenario yahud, sudah ada sutradara beken mau menyutradarai, plus sudah mengasting aktor keren, film bisa tidak jadi dibuat jika tak ada produser yang mau mengucurkan uang. Lantaran sudah mengeluarkan uang banyak, produser merasa perlu tahu bagaimana uangnya digunakan. Itu yang dilakukan Jerry Bruckheimer, sang produser kondang dari Hollywood sana. Ia dikenal sebagai produser yang suka wara-wiri di lokasi syuting merecoki kerja sutradara. Ia begitu percaya diri menaruh kata-kata "a Jerry Bruckheimer production" di setiap film yang diproduserinya.

Di Indonesia sini langkah Jerry nampaknya ditiru Ki Kusumo, seorang paranormal. Sebagai anak bangsa, Ki Kusumo terpanggil memajukan perfilman tanah air. Ia rela merogoh koceknya demi memproduksi sebuah film. Judulnya, Rantai Bumi. Memang, Ki Kusumo tak seperti Jerry menaruh namanya besar-besar. Namun, dari nama rumah produksi yang tercantum (Putra Kusuma Production), jelas-jelas Ki Kusumo pemiliknya.

Nah, beda dengan Jerry Bruckheimer yang cuma mengucurkan uang dan merecoki lokasi syuting, Ki Kusumo bertindak lebih jauh. Ia jadi bintang utama film yang diproduserinya. Nggak cukup sampai situ, ia menuntut poster film memajang wajahnya paling besar di banding pemain lain (Duh, Ki Kusumo pasti berpikir wajahnya setampan Tom Cruise). Sah-sah saja, sih. Toh, itu semua uangnya sendiri.

Sebagai paranormal, Ki Kusumo tentu mengangkat realitas yang paling dekat dengannya: dunia mistik. Di filmnya, ia mengasting dirinya jadi paranormal. Rantai Bumi (disutradarai Purnomo Chakil) jelas-jelas film yang diperuntukkan bagi Ki Kusumo seorang. Ia digambarkan sebagai paranormal bernama Adhi Kusuma (Duh, apa nggak terpikir nama lain?) yang bisa menyembuhkan orang kerasukan hingga menggagalkan aksi teroris. Adhi digambarkan nyaris sempurna (termasuk men-dubbing suaranya biar terdengar lebih bagus). Selain sakti mandraguna, Adhi juga religius. Ia paranormal yang taat beribadah. Dalam film, ada 2 adegan Adhi sholat—pertama di kamar, kedua di atas kolam renang (Duh, apa nggak ada tempat lain untuk sholat?).

Kisahnya seputar mitos jimat sakti bernama Rantai Bumi. Dengan jimat itu: "Aku bisa menguasai dunia," kata Hans (Toro Margens sekali lagi berakting berlebihan), gembong mafia yang ingin memilikinya. Hans terkesan pada kesaktian Rantai Bumi setelah melihat aksi Ki Guntur Sewu (Marcellino) meledakkan sebuah mal. Pada penasihat spiritualnya, Ki Lodaya Sakti (Brata Santosa), Hans memberi perintah untuk meraih jimat itu.

Sayang, cerita lalu ngawur, Lodaya malah membangkitkan mayat dan mengubahnya jadi wanita cantik untuk diajak berdansa-dansi. Ki Guntur Sewu sekali lagi ingin meledakkan mal dengan bom. Beruntung, Adhi berhasil menggagalkannya. Adhi lantas terlibat pertarungan dengan Ki Guntur Sewu. Lodaya juga ikut. Saat itulah muncul tokoh lain Ki Sabdo (Dart Budiman) entah dari mana. Ki Sabdo ini datang dari masa lampau untuk menjemput kekasihnya yang bereinkarnasi pada sosok Maya (Kiki Amalia), istri Hans. Keempat orang sakti itu saling bertarung, hingga mengguncang angkasa. Siapa yang akhirnya mendapat jimat Rantai Bumi itu, mesti Anda cari sendiri jawabnya.

Namun, jangan lelah bila susah mengikuti alur ceritanya. Entah sengaja atau tidak, kisahnya dibuat membingungkan. Penonton tak pernah dijelaskan secara rinci apa itu jimat Rantai Bumi. Hans yang dibilang mafia, tak pernah dijelaskan apa bisnis kejahatannya. Maya, istri Hans, bisa tiba-tiba kecantol Lodaya. Ki Guntur, Lodaya, dan Ki Sabdo berpakaian a la Keanu Reeves di film The Matrix. Padahal, mereka dikisahkan dari masa lalu. Rasanya, baju model pendekar silat lebih cocok dengan cerita. Lalu, buat menarik perhatian, film ini mesti pula menyodorkan adegan panas (Ada siluet cewek berganti pakaian dan beberapa lainnya). Sayang, yang tersaji serba nanggung.

Nampaknya, Ki Kusumo tak ambil pusing soal cerita dan ketaklogisan filmnya. Buat dia, mungkin, yang penting film itu memberi citra baik bagi dirinya. Untuk satu hal ini ia berhasil. Ki Kusumo digambarkan nyaris sempurna sendirian. ***